Chapter 9



Jinri keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi sambil menjinjing tasnya. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat setelah demam tinggi yang menyerangnya malam tadi. Ia berniat untuk datang ke kampus pagi ini karena ada tugas yang harus ia kumpulkan dan pagi ini ia harus bertemu dengan Yerin untuk membahas tugas akhir semester mereka. Jinri mengerutkan keningnya ketika melihat diatas meja makan sudah tersedia semangkok bubur yang masih terasa hangat dengan kertas kecil bertuliskan pesan.  Jinri menarik kursi dan membaca isi pesan dengan tulisan sedikit tidak rapi yang sepertinya ditulis dengan terburu-buru.

“Habiskan sarapanmu! Cepat sembuh dan jangan menyusahkanku lagi. (J. Jeon)

Jinri tersenyum. Ia membuka mangkok yang ditutup menggunakan piring oleh Jungkook tersebut lalu wangi menggiurkan langsung tercium dari makanan yang dibuat oleh laki-laki bermarga Jeon itu. Ternyata itu adalah semangkok bubur hangat. Senyum Jinri bertambah lebar ketika melihat bubur tersebut, dari tampilannya bubur itu terlihat sempurna dan menggugah selere. Ia memang sudah merasakan lapar sejak ia bangun tidur tadi. Jinri mengambil sendok lalu menyendok sesendok bubur itu namun ketika ia ingin memasukkan bubur itu kedalam mulutnya tiba-tiba ia kembali menyimpan sendok itu kedalam mangkok. Ia menatap bubur itu dengan tatapan curiga.

“Kenapa aku harus percaya dengan makanan yang dimasak oleh Jungkook? Ia bisa saja dengan sengaja membuat bubur ini untuk meracuni ku atau ia membuat bubur ini menggunakan ekstrak kecoa. Huwek…itu sangat menjinjikkan.” Gumam Jinri dengan imajinasinya yang terlanjur liar.

Ia menjauhkan mangkok berisi bubur itu tapi setelah itu ia mengambil mangkok itu lagi. Jinri tampak berpikir sambil memegang perutnya. Perutnya sudah berbunyi dan makanan yang ada di apartemennya ini hanya ada bubur ala Jungkook karena seingatnya persediaan makanan dilemari pendingin sudah habis.

“Jungkook tidak mungkin meracuniku kan? Aku yakin ia tidak mempunyai nyali untuk menjadi seorang pembunuh dengan tampang pengecutnya itu. Untuk bubur ekstrak kecoa, aku tidak yakin Jungkook bisa menangkap kecoa dengan tangannya yang lamban itu,” ucap Jinri. Ia tertawa dengan perkataannya tersebut. Ternyata menghina Jungkook bisa membuatnya memiliki kebahagian tersendiri.

Jinri menghentikan tawanya lalu kembali menyendokkan bubur tersebut. Jinri menatap bubur yang ia sendok itu, hatinya tiba-tiba menghangat ketika mengingat jika bubur sedang ia lihat sekarang adalah bubur buatan Jungkook. Tanpa ia sadari sekarang bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. Ia tanpa ragu memasukkan sesendok bubur itu kedalam mulutnya namun tiba-tiba senyumnya luntur begitu saja.

“JEON JUNGKOOK!!!” teriaknya dengan nyaring.

-00-

Jinri dan Yerin berjalan sambil membawa beberapa buku titipan dari Dosen Kang untuk dikembalikan ke perpustakaan. Sialnya, saat mereka berdua mengantar tugas ternyata hanya mereka berdua yang terlambat mengantarkan tugas dan sebagai hukuman mereka berdua ditugaskan untuk mengembalikan buku-buku yang lebih sialnya lagi dengan tebal melebihi kamus.

Yerin melirik Jinri dengan ekor matanya. “Ya! Shin Jinri, kau masih memikirkan kejadian tadi pagi, hah?” tanya Yerin.

Jinri mendengus. “Tentu saja aku masih mengingatnya. Kau tau rasa bubur itu masih terasa lengket dilidahku walaupun aku sudah berkumur berkali-kali. Si brengsek itu memang keterlaluan, ia hampir saja membuatku keracunan,” sahut Jinri dengan suara yang terdengar jengkel.

Yerin tertawa terbahak-bahak. Ia hampir saja menjatuhkan buku-buku yang ia bawa. “Ya! Tidak usah sejujur itu. Sebenarnya kau harus bersyukur. Coba kau pikir, Jungkook sering berbuat usil dan berkata jahat padamu tapi ia masih peduli denganmu. Ia merawatmu semalaman dan membuatmu bubur dipagi harinya. Bukankah itu manis? Ah…Jeon Jungkook memang laki-laki yang perhatian dan romantis,” ucap Yerin dengan mata berbinar-binar.

Jinri hampir saja tersedak air ludahnya sendiri ketika mendengar perkataan Yerin yang dengan terang-terangan memuji Jungkook. “Itu semua adalah perkataan dari sudut pandang jiwa fangirlmu, Lee Yerin. Kau tidak mengerti bagaimana menderitanya aku menghadapi si brengsek itu,” jawab Jinri dengan wajah lelahnya.

Yerin mengeluarkan senyum anehnya. “Omo! Kau menderita? Aku tidak yakin kau sepenuhnya menderita. Sebenarnya sekarang kau mulai menikmati peranmu sebagai seorang istri Jeon Jungkook. kan? Kau itu sebenarnya menyukai Jeon Jungkook namun kau hanya tidak ingin mengakuinya saja,” tuduh Yerin.

Jinri kembali mendengus. ‘Kecilkan suaramu, Lee Yerin. Walaupun koridor ini sepi bisa saja ada yang mendengar ocehan anehmu itu.” ucap Jinri setengah berbisik.

Jinri dan Yerin masih sibuk berdebat tanpa mereka berdua sadari ada seseorang yang berjalan dari arah berlawanan. Orang tersebut juga tampak tidak memperhatikan sekitarnya karena sibuk memperhatikan ponselnya dengan earphone ditelinganya.

“Bruk!”

Orang tersebut menabrak Jinri hingga gadis itu jatuh dan buku-buku yang ia bawa juga ikut jatuh. Jinri meringis, merasakan nyilu disekitar bokongnya karena ia terjatuh dengan bokongnya yang terlebih dahulu mendarat dilantai koridor tersebut. Yerin juga ikut meringis karena kakinya tertimpa buku tebal yang dibawa oleh Jinri. Jika ada satu lagi buku yang jatuh menimpa kakinya, Yerin yakin kakinya akan benar-benar memar.

“Jinri-ya, apa kau baik-baik saja? Apa kau bisa bangun?” tanya Yerin dengan khawatir karena setelah jatuh Jinri meringis seperti menahan sakit lalu tiba-tiba menunduk sambil memegang kepalanya.

Orang tersebut tertegun ketika mendengar nama Jinri. Ia berdiri menatap kedua gadis yang ada didepannya sekarang. Gadis dengan surai blonde disebelah gadis yang ia tabrak, ia seperti mengenalnya.

“Nona, apa anda baik-baik saja? Saya minta maaf karena saya tidak memperhatikan jalan. Apa anda bisa bangun,Nona?” tanya orang tersebut sambil berusaha melihat wajah Jinri karena gadis itu masih menunduk sambil memegang kepalanya.

Yerin langsung jengkel ketika orang yang menabrak sahabatnya itu tiba-tiba meniru kata-katanya. Apa orang ini tidak memiliki kata-kata lain pikirnya. Yerin berdiri lalu menunjuk orang tersebut dengan jari telunjuknya. “Ya! Kau masih bisa bertanya dengan menggunakan kata-kata itu dengan nada santaimu, eoh? Apa kau tidak bisa melihat jika gadis ini yang kau tabrak sedang tidak baik-baik saja, hah?” bentak Yerin dengan wajah memerah menahan emosinya.

Orang tersebut langsung berdiri yang ternyata jauh lebih tinggi dari Yerin. Yerin harus mendongak untuk melihat wajah orang yang menabrak sahabatnya itu. Ketika ia melihat wajah orang yang menabrak Jinri, gadis itu langsung membelalakkan matanya terkejut.

“Ju...Ju...Jung Ilhoon Sunbae,” ucap Yerin dengan terbata-bata.

Yerin tidak menyangka yang menabrak Jinri adalah Jung Ilhoon mantan kekasih dari Jinri. Ia tidak tau bagaimana ekspresi Jinri jika gadis itu tau yang menabraknya adalah mantan kekasihnya sendiri. Belum selesai keterjutan Yerin pada mantan kekasih sahabatnya itu, sekarang ia kembali terkejut ketika Jinri tiba-tiba pingsan. Yerin semakin panik.

-00-

Jinri membuka matanya secara perlahan-lahan. Ia melihat sekeliling ruangan yang bernuansa putih yang ia tau sebagai ruang kesehatan di universitasnya itu dengan bingung. Kenapa ia bisa ada diruang kesehatan. Jinri kembali melihat sekelilingnya, tidak ada orang didalam ruangan tersebut. Ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya tadi lalu berniat untuk keluar dari ruang kesehatan tersebut namun sebelum kakinya menyentuh lantai terdengar teriakan Yerin yang cukup memekakkan telinga dari arah pintu.

“Shin Jinri, siapa yang menyuruhmu untuk bangun dari ranjang itu? Kau tidak boleh terlalu banyak bergerak, sebaiknya kau beristirahat lagi,” ucap Yerin dengan lantang.

“Aku sudah tidak apa-apa. Kau jangan berlebihan seperti itu,” sahut Jinri memaksakan dirinya untuk berdiri namun baru saja ia mencoba untuk berdiri pusing dikepalanya kembali menyerang membuat ia sedikit terhuyung. Yerin kembali panik, ia menahan tubuh Jinri lalu membantu gadis itu untuk duduk kembali ke atas ranjang pasien.

“Ya! Apa yang aku bilang benarkan? Jangan memaksakan dirimu, sebaiknya kau beristirahat dulu. Aku sudah menelpon Dokter Song, mungkin beberapa menit lagi ia kembali.” Ucap Yerin.

Jinri hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Jinri merebahkan tubuhnya lalu mulai menutup matanya untuk beristirahat namun ia merasakan ada sesuatu lagi yang bergejolak diperutnya. Ia meringis memegang perutnya, rasanya seperti diaduk-aduk. Ia kembali bangun membuat Yerin kembali panik melihat sahabatnya itu seperti menahan sakit.

“Jinri-ya, ada apa? Kau merasakan sakit lagi? Ah...Apa yang harus aku lakukan?” ucap Yerin dengan panik. Tangan Jinri yang awalnya menekan perutnya kini berpindah kemulutnya. Gadis itu seperti ingin memuntahkan isi perutnya. Yerin mencari sesuatu untuk Jinri, ia tidak mungkin membiarkan Jinri memuntahkan isi perutnya lalu mengotori lantai.

Yerin kembali dengan membawa sebuah kantong plastik berukuran sedang yang entah dari mana ia mendapatkannya. Namun, saat ia kembali Jinri sudah baik-baik saja, gadis itu sedang duduk menenangkan dirinya. Hal tersebut membuat Yerin sedikit bernapas lega.

“Apa kau baik-baik saja? Ya! Shin Jinri, aku hampir saja menghancurkan ruang kesehatan ini hanya demi mencari sesuatu untuk menampung muntahanmu. Untung saja kau tidak benar-benar mengeluarkannya,” ucap Yerin. Ia duduk disebelah Jinri sambil memperhatikan sahabatnya itu yang tampak sangat pucat.

“Tunggu dulu. Kau beberapa hari ini sering mengeluh mual dan pusing. Apakah?...Apakah kau sudah melakukan sesuatu dengan Jeon Jungkook? Omo..” lanjutnya dengan mata berbinar-binar.

Jinri mengerutkan keningnya tidak mengerti. “Melakukan apa? Aku tidak mengerti dengan arah pembicaraanmu, Lee Yerin,” sahut Jinri.

Yerin tiba-tiba mengeluarkan senyum aneh. “Tentu saja melakukan sesuatu yang dapat membuahkan “hasil”. Omo...Omo...Aku tidak kuat membayangkannya,” pekiknya dengan heboh.

Jinri semakin bingung melihat sahabatnya itu histeris dengan perkataannya sendiri. “Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan, Yerin-ah. Kau benar-benar tidak jelas kali ini,” ucap Jinri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu.

Yerin menghela napas. Jinri benar-benar bodoh pikirnya. “Ya! Kau itu sudah menikah dan kau tidak paham dengan maksudku? Pemikiranmu itu patut dipertanyakan, Shin Jinri. “Hasil” maksudku disini adalah “bayi”. Sekarang didalam perutmu mungkin saja ada ya kau tau lah apa maksudku selanjutnya,” sahut Yerin dengan wajah setengah kesal.

Jinri terdiam cukup lama merenungkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. Ayolah...Shin Jinri kau sangat lambat dalam berpikir ternyata. “Mwo? Bayi? Didalam perutku? Kau gila Lee Yerin. Itu tidak mungkin. Aku dan Jungkook tidak pernah melakukan sesuatu seperti yang kau pikirkan,” pekik Jinri. Ia kaget luar biasa ketika ia tau maksud dari sahabatnya itu.

Yerin memegang kedua bahu Jinri. “Kau jangan meremehkan pengetahuanku, Shin Jinri. Mungkin ini rahasia pribadimu dan Jeon Jungkook tapi percayalah padaku, tidak apa-apa jika kau benar-benar sedang mengandung buah cinta mu dan Jeon Jungkook. Aku akan selalu mendukungmu, Shin Jinri. Kau hamil, Shin Jinri. Kau benar-benar hamil.” Ucap Yerin dengan mata berkaca-kaca menahan haru. Jinri hampir saja menangis mendengar perkataan sahabatnya tersebut. Bukan ingin menangis karena haru tapi ingin menangis karena pemikiran bodoh sahabatnya itu. Bagaimana bisa Yerin membuat kesimpulan seperti itu dengan mengandalkan pengetahuannya yang terkenal sering melenceng tersebut.

Hana menjatuhkan tasnya ketika mendengar perkataan Yerin. Ternyata wanita itu menguping pembicaraan dari luar tirai yang digunakan untuk menutup ranjang pasien. “Mwo? Hamil?” teriaknya. Hana membuka tirai tersebut dengan wajah berbinar-binar.

-00-

Jungkook berjalan dengan santai menuju ruang kesehatan. Kakak perempuannya memang menyusahkan. Ia baru saja ingin beristirahat di kantin ketika kakaknya itu tiba-tiba menelponnya dengan suara panik untuk menyuruhnya ke ruang kesehatan. Ada apa lagi dengan gadis itu pikirnya. Shin Jinri sama saja dengan kakak perempuannya, sama-sama menyusahkan. Jungkook memegang gagang pintu namun ia mengurungkan niatnya ketika ada seseorang yang memanggilnya dari arah belakang.

“Jeon Jungkook-ssi, apa kau yang akan menjemput Shin Jinri?” tanya Dokter Song to the point.

Jungkook mengangguk sebagai jawaban. Ia menatap sekilas laki-laki yang ada dibelakang Dokter Song. Entah kenapa laki-laki itu menatapnya dengan tatapan menyelidik tapi ia tidak mengambil pusing. Dokter Song langsung menyuruh Jungkook untuk masuk ke ruang kesehatan.

Hana menoleh ketika mendengar pintu dibuka. Ia langsung menghampiri Jungkook. “Kookie-ya, cepat bawa Jinri kemobil. Kita harus cepat membawanya ke rumah sakit,” ucap Hana dengan wajah berbinar-binar. Jungkook mengangkat sebelah alisnya ketika melihat raut wajah bahagia dari kakak perempuannya namun ia tidak ambil pusing dengan hal tersebut. Jungkook kembali hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Jungkook menghampiri Jinri, tanpa aba-aba laki-laki itu langsung menggendong Jinri. Jung Ilhoon yang sejak tadi berdiri dibelakang Dokter Song tampak terkejut melihat adegan didepannya. Ia sejak tadi mencari Dokter Song untuk memeriksa keadaan gadis itu namun usahanya hanya sia-sia saja. Ada laki-laki lain yang lebih tanggap darinya, salahnya ia tidak langsung membawa mantan kekasihnya itu langsung ke rumah sakit malah ia membuang-buang waktu untuk mencari Dokter Song yang memang sering lalai melakukan tugasnya dengan meninggalkan ruang kesehatan. Ia kembali menatap Jungkook saat laki-laki itu melewatinya, ia bisa melihat dengan jelas ada raut khawatir diwajah Jungkook dan hal yang membuatnya merasakan jantungnya berdegup dengan kencang adalah ketika ia melihat Jinri menyembunyikan wajahnya didada bidang Jungkook saat melewatinya. Siapa sebenarnya Jeon Jungkook? Apa hubungan laki-laki itu dengan mantan kekasihnya?

Hana segera pamit dengan Dokter Song dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Yerin karena gadis itu yang memberitahukannya tentang keadaan Jinri. Yerin pun ikut keluar dari ruang kesehatan tidak lama setelah kakak perempuan dari Jungkook tersebut pergi. Yerin pergi dengan langkah cepat, ia sengaja menghindar dari Jung Ilhoon setelah ia membentak laki-laki itu. Hal tersebut benar-benar membuatnya malu setengah mati.

Dokter Song tersenyum. “Aku dengar-dengar Jeon Jungkook mempunyai hubungan khusus dengan Shin Jinri. Ah...Mereka berdua pasangan yang cocok.” Ucap Dokter Song dengan nada bicara yang cukup lantang lalu dengan santai meninggalkan Jung Ilhoon yang masih diam mematung setelah mendengar perkataan dari Dokter Song.

-00-

Jungkook mundur satu langkah saat melihat dimana mereka sekarang. Ia dapat melihat dengan jelas jika tempat ia berdiri sekarang adalah tempat ruang tunggu untuk pasien Dokter Kim Seokjin dan ia tau Dokter Kim Seokjin bukanlah dokter umum walaupun laki-laki yang biasa ia panggil Hyung tersebut sering datang untuk memeriksanya saat ia demam atau terkena flu. Kim Seokjin adalah seorang dokter spesialis kandungan.

“Noona, kenapa kita kesini? Kita salah arah,” tanya Jungkook. Ia ingin berbalik namun Hana dengan sigap menahan tangan Jungkook.

“Kita tidak salah arah. Sebaiknya kita duduk dan menunggu giliran nama Jinri untuk dipanggil,” sahut Hana.

“Tunggu, kenapa Noona membawa Jinri ke dokter spesialis kandungan? Memang ada apa dengan Jinri?” tanya Jungkook. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa kakak perempuannya membawa Jinri ke dokter spesialis kandungan bukan ke dokter umum.

“Tentu saja untuk cek kehamilan,” sahut Hana dengan santai.

“Mwo...Mworago?” ucap Jungkook dan Jinri secara bersamaan. Jinri yang sejak tadi hanya diam menahan pusing dikepalanya langsung terkejut ketika mendengar perkataan Hana. Kenapa kakak iparnya ini kini ikut-ikut terpengaruh dengan dugaan Yerin.

Jungkook diam mematung, ia bagaikan disambar peting disiang bolong ketika mendengar perkataan kakak perempuannya. “Cek kehamilan? Sejak kapan Jinri hamil? Itu tidak mungkin,” tanya Jungkook dengan raut wajah yang sulit diartikan.

“Apanya yang tidak mungkin? Kalian sudah menikah. Kau kenapa jadi bodoh seperti ini, Jeon Jungkook?” sahut Hana

“Eonnie, ini semua hanya salah paham,” ucap Jinri dengan wajah hampir saja menangis.

Jungkook memijit kepalanya, kenapa ia dan Jinri bisa kembali terjebak dengan kesalahpahaman. Sekarang, bahkan mereka berhasil menjadi pusat perhatian. Hal ini benar-benar konyol.

-00-

Jungkook menatap ibunya dan Hana yang tampak murung. Apa sebenarnya yang mereka harapkan pikirnya. Ia semakin lelah dengan kehidupannya sekarang, berawal dari kesalahpahaman yang sangat-sangat konyol yang membuat ia menikah dengan Jinri dan sekarang ini ia juga harus menghadapi pemikiran konyol keluarganya. Bagaimana bisa mereka menyimpul Jinri hamil karena gadis itu merasakan pusing dan mual dan sekarang mereka kecewa karena Jinri ternyata tidak seperti yang mereka pikirkan. Gadis itu hanya kelelahan kurang tidur dan asam lambungnya naik. Ia merasakan sekarang hidupnya bagaikan sebuah drama. Benar-benar seperti drama konyol yang sering Jinri tonton di televisi. Kenapa harus ia yang menjalani kehidupan seperti ini?

Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya, sebaiknya ia pergi ke lantai atas untuk beristirahat daripada melihat kedua orangtuanya dan Hana yang tampak murung. Ia bangkit berdiri lalu naik ke lantai atas. Jungkook membuka kamarnya dengan pelan-pelan, Jinri terlihat masih lelap tertidur. Ia merebahkan tubuhnya di sofa yang terletak tidak jauh dari ranjang lalu menutup matanya. Baru beberapa menit ia mengistirahatkan tubuhnya, ponsel yang ada disaku celananya tiba-tiba bergetar. Ia terpaksa mengambil ponsel tersebut lalu melihat siapa yang menelponnya pada jam-jam malam seperti ini.

“Yuri Noona.” Gumamnya.

Ia hanya menatap layar ponselnya tanpa berniat untuk mengangkat panggilan dari gadis itu. Perkataan ayahnya tadi kembali terngiang-ngiang dikepalanya. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap Jinri. Apa ia bisa mencintai Jinri dengan sungguh-sungguh? Apa Jinri memang ditakdirkan untuknya? Pertanyaan itu berkelebat dipikirannya. Perkataan ayahnya menjadi beban baginya.

“Jauhi dan lupakan Kwon Yuri. Mulai sekarang kau harus belajar untuk mencintai Shin Jinri jika kau masih ingin menjadi penerusku, Jeon Jungkook.”


-TBC-

Jangan lupa untuk vomentnya ^^
Untuk yang bertanya Kwon Yuri itu member SNSD atau bukan, hari ini litmon akan jawab.
Jawabannya bukan, disini Kwon Yuri itu bukan Kwon Yuri member SNSD. Untuk yang penasaran bagaimana sosok seorang Kwon Yuri, bisa lihat di media yaa ^^
Maaf jika banyak kesalahan atau kekeliruan di ff ini. Silahkan memberi saran maupun kritik yang sifatnya dapat membangun dan membuat ff ini lebih baik. Sekian dari Litmon ^^
Terima kasih dan selamat membaca.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top