Chapter 6
Namjoon mengernyit heran saat melihat Hoseok hanya duduk melamun sambil melihat pantulan dirinya di cermin besar yang dipasang diruang latihan tersebut. Hoseok bahkan tidak menyadari Namjoon masuk dan sekarang sedang memperhatikannya.
Namjoon menepuk bahu Hoseok lalu ikut duduk disebelah laki-laki bermarga Jung itu. "Apa yang sedang kau pikirkan? Apa anak-anak sudah selesai berlatih?" tanya Namjoon.
Hoseok tampak terkejut karena Namjoon tiba-tiba ada disebelahnya namun ia mencoba menutup keterkejutannya dengan senyum lebarnya. "Ah! Aku hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting. Anak-anak sudah selesai berlatih sejak 30 menit yang lalu," sahut Hoseok.
Namjoon mengangguk mengerti. Ia kembali menatap wajah Hoseok mencoba menebak apa yang sedang dipikirkan sahabatnya tersebut. Namjoon tau ada sesuatu yang mengganggu pikiran sahabatnya yang terkenal hyperaktif tersebut. Ia sudah sangat kenal sikap sahabatnya itu, Hoseok memang terkenal pintar menyembunyikan segala kesedihannya maupun masalah dihidupnya dengan senyum, tawa dan tingkah konyolnya didepan semua orang namun tidak untuk Namjoon. Namjoon selalu tau jika Hoseok sedang tidak baik-baik saja.
Namjoon berdehem. "Jika ada yang mengganggu pikiranmu, ceritakan saja. Jangan kau pendam sendiri," ucap Namjoon.
Hoseok melirik Namjoon lalu tersenyum tipis. "Ia kembali. Aku bertemu dengannya." lirih Hoseok. Ada tatapan terluka dimata Hoseok.
Namjoon menghela napas. Ternyata perkataan Yoongi beberapa hari yang lalu benar, jika Choi Ahra sudah kembali. Kembalinya gadis itu membuat luka lama yang disembunyikan oleh Hoseok selama 9 tahun ini kembali terbuka.
-00-
Jinri menatap Jungkook yang kini sedang berkonsentrasi menyetir disebelahnya dengan wajah kesal. Ia benar-benar ingin menyumpah suami sintingnya itu, bagaimana tidak Jungkook tiba-tiba datang ke kelasnya lalu menariknya pulang atau lebih tepatnya menyeretnya pulang tanpa berbicara apa-apa. Untung saja dikelasnya hanya tersisa dirinya dan Yerin. Jika tidak, pasti satu kelas akan gempar melihat Jeon Jungkook menyeretnya pulang dengan tidak wajar tersebut.
Jungkook melirik Jinri yang sejak tadi dengan lekat menatapnya. "Apa yang kau lihat? Berhenti menatapku seperti itu," ucap Jungkook dingin.
Jinri berdecak. "Memangnya apa lagi? Aku menatapmu seperti itu karena aku ingin meminta penjelasan darimu. Kenapa kau menyeretku pulang dan... Hei! Bahkan ini bukan jalan menuju ke apartemen. Kau mau membawa aku kemana?" sahut Jinri panjang lebar dengan tatapan menusuk.
Jungkook mendengus. Ini yang tidak ia suka dari Jinri. Gadis bertubuh mungil itu sangat cerewet dan berisik. "Bisa tidak kau diam saja ditempat dudukmu dan mengunci mulut besarmu itu, Shin Jinri? Dasar berisik!" ucap Jungkook. Ia mencoba mengontrol suaranya agar tidak membentak gadis itu disaat itu juga.
Jinri semakin ganas menatap Jungkook. "Mwo? Mulut besar? Berisik? Yak! Jeon Jungkook, asal kau tau aku tidak akan begini jika kau memberitahuku kita akan kemana. Kau bahkan tiba-tiba membawaku tanpa berbicara sedikitpun. Tingkahmu itu mencurigakan. Jangan-jangan kau ingin menculikku lalu melakukan hal-hal mesum ditempat sepi." tuduh Jinri. Ia dengan cepat menyilangkan kedua tangannya didepan dada lalu menatap takut Jungkook.
Jungkook mendengus kasar. Ingin rasanya ia membongkar isi kepala Jinri lalu membuang pikiran aneh Jinri terhadapnya. Jinri selalu menganggapnya mesum. Jungkook tiba-tiba menghentikan mobilnya disebuah café yang diketahui Jinri merupakan café milik Park Jimin sahabat Jungkook. Jungkook melayangkan tatapan tajamnya lalu mendekatkan mulutnya ditelinga Jinri. Ia membisikkan sesuatu yang membuat Jinri mematung seketika.
"Asal kau tau, Shin Jinri. Aku tidak harus menculikmu lalu mencari tempat sepi untuk melakukan sesuatu yang seperti kau tuduhkan padaku. Apartemen kita juga cukup untukku menunjukkan bagaimana mesumnya aku jika aku ingin. Jadi, tutuplah mulut besarmu itu selagi kau masih memiliki kesempatan untuk menutup mulutmu."
-00-
Jungkook dan Jinri memasuki café bernama "Chim-Chim Café" milik Park Jimin tersebut dengan Jungkook yang menggandeng tangan Jinri dengan erat sejak mereka berdua keluar dari mobil. Mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian saat memasuki café tersebut, Jinri dapat mendengar bisik-bisik pelanggan dicafe berlantai dua itu membicarakan dirinya dan Jungkook lebih tepatnya membicarakan ketampanan Jungkook dan betapa anehnya Jungkook menggandeng dirinya. Jinri hampir saja ingin melempar wajah gadis-gadis yang menjelekkannya itu dengan sepatu nike yang sedang ia pakai jika ia tidak mengingat dimana sekarang ia berada.
Jinri beberapa kali ingin melepas genggaman tangan Jungkook namun semakin Jinri ingin melepasnya semakin kuat pula laki-laki jangkung itu menggenggam tangannya. Entah apa tujuan Jungkook sekarang tapi Jinri benar-benar tidak paham dengan jalan pikiran laki-laki yang sudah menjadi suaminya tersebut.
"Jungkook-ah, disini." Suara seorang gadis langsung menyapa pendengaran Jinri, ia langsung menoleh yang diikuti oleh Jungkook. Gadis itu tampak sedang melambaikan tangannya pada Jungkook dan dirinya.
Jungkook tersenyum lalu menarik Jinri untuk mengikuti langkahnya. Gadis yang memanggil Jungkook tersebut langsung berdiri lalu memeluk Jungkook dengan erat. Jinri membelalakkan matanya saat melihat kejadian didepan matanya sekarang apalagi saat tiba-tiba gadis itu langsung mengecup bibir Jungkook dengan santainya. Jinri langsung mundur satu langkah, entah kenapa ia merasa terganggu melihat pemandangan didepannya sekarang.
Jungkook melirik Jinri yang sedikit demi sedikit menjauh darinya, ekspresi wajah gadis itu tampak berubah saat melihat gadis yang ia panggil noona tersebut tiba-tiba melakukan sesuatu yang mungkin membuat Jinri bingung. Jungkook menarik Jinri untuk lebih dekat dengannya. Ia merangkul pinggang Jinri dengan lembut.
"Noona, perkenalkan ini istriku, Shin Jinri."
"Deg!"
Tiba-tiba jantung Jinri berdetak dengan kencang saat mendengar Jungkook menyebut dirinya sebegai istri didepan oranglain untuk pertama kalinya. Jinri mendongak sedikit untuk melihat wajah laki-laki yang kini sedang merangkul pinggangnya dengan mesra tersebut. Ia mengangkat sebelah alisnya ketika mendapati bukan senyum manis yang ditunjukkan oleh Jungkook namun senyum angkuh yang ditunjukkannya pada gadis itu.
"Ah...Jadi kau yang selama ini sering Jungkook ceritakan padaku? Senang berkenalan denganmu, Shin Jinri-ssi. Perkenalkan namaku Kwon Yuri, sahabat Jungkook," ucap gadis itu dengan senyum.
Jungkook diam-diam tersenyum miris saat mendengar Kwon Yuri menyebutnya sebagai sahabat didepan Jinri. Memang apa yang ia harapkan, dirinya memang tidak akan pernah diakui sebagai orang yang spesial oleh gadis yang sudah bertahun-tahun ia cintai tersebut. Bahkan, saat ia memperkenalkan Jinri sebagai istrinya tidak ada ekspresi janggal yang ia dapati diwajah cantik gadis blasteran Korea-Jepang tersebut.
-00-
"Nuguya?" untuk ke-20 kali nya pertanyaan tersebut di lontarkan oleh Jinri pada Jungkook sejak mereka meninggalkan café milik Park Jimin siang tadi. Jungkook tidak menghiraukan pertanyaan Jinri, ia lebih memilih melanjutkan kegiatannya membaca bukunya ketimbang menjawab pertanyaan tidak penting dari istrinya itu.
Jinri mengerucutkan bibirnya. "Ya! Jeon Jungkook. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Menurutku gadis itu bukan sekedar sahabatmu. Kalian berdua tampak seperti sepasang kekasih yang lama tidak bertemu," ucap Jinri. Ada nada tidak suka yang keluar tanpa Jinri sadari.
Jungkook menoleh, ia memandang lekat wajah Jinri dengan kerutan di dahinya. "Apa kau tidak suka? Aku bersahabat dengannya atau memiliki hubungan lebih dengannya itu bukan urusanmu. Jangan mengulang-ulang pertanyaan yang tidak penting," sahut Jungkook dengan wajah dingin khasnya.
Jinri menyipit matanya tidak suka. "Ah. Tentu saja itu bukan urusanku. Aku hanya bingung saja apa sepasang sahabat melakukan ciuman ditempat umum. Aku benar-benar prihatin dengan gaya bersahabatmu. Apa semua sahabat wanitamu kau perlakukan seperti itu?" ucapnya dengan sindiran.
Jungkook mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan Jinri. Mengapa arah pembicaraannya menjurus kearah lain. "Apa kau sekarang sedang cemburu, Shin Jinri?" tanya Jungkook.
Jinri tercekat mendengar tuduhan Jungkook padanya lalu ia dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi senyum sinis andalannya. "Setan apa yang merasukiku hingga aku bisa cemburu padamu? Hah! Aku tidak akan pernah cemburu padamu. Tidak akan pernah!" sahut Jinri.
Jungkook tertawa keras. "Woah, aku tidak percaya kau benar-benar cemburu, Shin Jinri. Wajahmu itu tidak bisa berbohong," ucapnya dengan seringaian diakhir katanya.
Jinri langsung memegang wajahnya. "Mwo? Ya! Tau apa kau dengan wajahku." Sahutnya.
Jinri tampak salah tingkah saat Jungkook mengatakan jika wajahnya tidak bisa berbohong. Kenapa ia jadi salah tingkah? Apa benar ia cemburu? Ia juga tidak tau kenapa ia menjadi seperti benar-benar cemburu sekarang. Jinri mengambil toples kaca dengan tutup berwarna biru tua dari atas meja didepanya sekarang lalu membuka toples tersebut dengan cepat-cepat. Ia berusaha menutup salah tingkahnya dengan melakukan kegiatan lain tanpa menatap Jungkook yang sekarang masih memperhatikannya.
Jinri mengaduk-aduk gummy bear di toples yang sedang ia pegang sekarang dengan kerutan dahi. "Ya! Jeon Jungkook! Kenapa kau menghabisi semua gummy bear yang berwarna merah? Kau benar-benar menyebalkan," teriak Jinri dengan tiba-tiba.
Jungkook terkejut ketika tiba-tiba Jinri meneriakinya. Apa lagi sekarang pikirnya. "Wae? Apa aku salah menghabisinya? Aku memakannya karena gummy bear berwarna merah terletak dipaling atas," ucapnya dengan santai.
Jinri meletakkan toples yang ia pegang tadi dengan kasar diatas meja. "Tentu saja kau salah. Aku sengaja menyisihkannya dan meletakkannya dipaling atas agar aku mudah memakannya. Kau tidak tau betapa susahnya aku menyisihkannya dan menahan keinginanku untuk tidak memakannya," ucapnya. Jinri tampak sangat kesal.
Jungkook mengangkat sebelah alisnya bingung. "Untuk apa kau menyisihkannya? Bukankah semua warna sama saja rasanya. Jangan berlebihan. Kau bisa saja memakan gummy bear warna lain," sahut Jungkook dengan helaan napas.
Jinri mengepal tangannya menahan rasa kesalnya. "Kau benar-benar tidak mengerti. Tentu saja rasanya beda. Aku benar-benar membencimu, kau selalu mengganggu kesenanganku." Ucapnya. Ia langsung bangkit berdiri lalu pergi meninggalkan Jungkook yang masih menatapnya bingung bahkan laki-laki itu tidak bisa berkata apa-apa. Jinri seperti kerasukan setan anak-anak sekarang pikirnya.
-00-
Hoseok menghentikan mobilnya ditempat parkir disebuah TK swasta yang tidak jauh dari agency tempatnya bekerja. Ia tampak terburu-buru keluar dari mobilnya, sekali-kali ia melihat jam tangannya. Hoseok setengah berlari memasuki area TK yang cukup luas tersebut. Ia mempercepat langkahnya saat melihat gadis kecil sedang duduk sendiri dibangku taman TK tersebut. Gadis kecil tersebut melambai-lambai kearahnya dengan senyum lebarnya.
Hoseok tersenyum. "Young-ah, apa kau lama menunggu? Pasti kau sangat bosan menunggu, Appa," tanya Hoseok. Ia duduk disebelah gadis kecil tersebut.
Gadis kecil tersebut tersenyum. "Aniyo, Appa. Young tidak bosan menunggu, Appa. Young baik-baik saja. Tadi ada Choi Sonsaengnim yang menemani Young," ucap Young.
Hoseok mengerutkan dahinya. Choi Sonsaengnim? Seingatnya guru di TK ini tidak ada yang bermarga Choi karena ia mengenali semua guru TK tempat Young bersekolah.
"Lalu dimana Choi Sonsaengnim, Young-ah?" tanya Hoseok penasaran.
Young menunjuk ruang guru yang tidak jauh dari taman tempat mereka berdua duduk sekarang. "Choi Sonsaengnim pergi sebentar ke ruang guru. Young haus jadi Choi Sonsaengnim mengambilkan air untuk Young," sahut Young dengan wajah polosnya.
Hoseok mengangguk-angguk kepalanya mengerti. "Sepertinya Appa tidak pernah mendengar nama Choi Sonsaengnim. Apa ia Sonsaengnim baru, Young-ah?" tanya Hoseok.
Young menganggukkan kepalanya. "Ne, Appa. Choi Sonsaengnim baru saja datang kesini beberapa hari yang lalu. Ia mengajar kami menari dan bernyanyi," ucap Young dengan semangat.
Hoseok tersenyum. "Ah. Ne, Young-ah." Sahut Hoseok.
Hoseok mengusap kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang. Jung So Young atau biasa dipanggil Young ini adalah keponakan satu-satunya anak dari kakak perempuannya. Saat umur Young 2 tahun, orangtua gadis kecil ini sepakat untuk bercerai. Setelah itu Young kehilangan sosok seorang ayah karena hak asuh jatuh pada kakak perempuannya. Setelah perceraian, ayah Young tidak pernah menunjukkan batang hidungnya bahkan menjenguk atau menanyai kabar Young yang pada saat itu masih berumur 2 tahun itu pun tidak. Jadi, selama ini Hoseoklah yang menjadi sosok ayah bagi Young karena itu Young selalu memanggil pamannya itu "Appa".
"Choi Sonsaengnim." Teriak Young tiba-tiba. Gadis kecil itu langsung bangkit lalu berlari kearah gurunya tersebut.
Hoseok duduk terdiam dengan wajah kaku. Jantungnya mulai berdetak dengan kencang. Apa ia tidak salah lihat? Choi Sonsaengnim ternyata adalah Choi Ahra mantan kekasihnya. Jadi, Choi Ahra adalah guru baru yang dimaksud oleh keponakannya. Ahra juga tidak kalah terkejut saat melihat siapa yang ada didepannya sekarang. Ia hampir saja menjatuhkan tempat minum milik Young jika ia tidak cepat-cepat mengontrol dirinya.
Young menarik-narik tangan gurunya tersebut. "Choi Sonsaengnim, Appa Young sudah datang," ucap Young.
Ahra mengangguk. "Kajja! Young-ah kita datangi Appa mu." Ucap Ahra tersenyum.
Ahra berjalan kearah Hoseok dengan menggandeng Young yang sedang sibuk memeluk tempat air minum dengan tangan kirinya tersebut. Jantungnya sudah berdetak dengan sangat kencang bahkan sekarang Ahra sudah merasakan tangannya basah karena berkeringat. Ahra mencoba mengontrol ekspresinya, ia harus terlihat biasa-biasa saja. Ia akui sejak bertemu kembali dengan mantan kekasihnya itu ia selalu memikirkan mantannya itu. Hoseok kembali membuatnya terpesona, laki-laki itu banyak berubah. Hoseok tampak dewasa, tampan dan ehm..seksi. Ia akui itu tapi saat ini ia seperti terhempas begitu saja saat ia menerima kenyataan bahwa Hoseok sudah menjadi seorang ayah dan anak Hoseok adalah Jung So Young muridnya.
Ahra terkejut saat Young melepas gandengannya. Gadis kecil itu kini berdiri disamping Hoseok. Ahra secara bergantian menatap Young dan Hoseok. Wajah Young sangat mirip dengan Hoseok, cara berjalan dan cara gadis itu tersenyum pun sangat mirip dengan Hoseok. Kenapa ia baru saja sadar, pantas saja saat ia melihat Young ia seperti mengingat seseorang dan ternyata itu adalah Hoseok.
"Appa, perkenalkan ini Choi Sonsaengnim yang Young ceritakan dan Choi Sonsaengnim perkenalkan ini Appa Young," ucap Young.
Ahra tersenyum lalu menundukkan kepalanya memberi hormat. "Perkenalkan saya Choi Ahra. Senang berkenalan dengan anda, Young Appa," ucap Ahra.
Hoseok menundukkan kepalanya juga memberi hormat dengan canggung. "Ah. Ya Choi Sonsaengnim. Perkenalkan saya Jung Hoseok, Saya juga senang berkenalan dengan anda. Terima kasih sudah menjaga putri saya," ucap Hoseok dengan senyum diwajahnya.
-00-
Jinri membuka pintu kamar dengan pelan-pelan lalu mengintip keluar. Tidak ada siapa-siapa diluar. Ia keluar dari kamar dengan berjinjit-jinjit, entah kenapa ia bersikap seperti itu diapartemennya sendiri. Ia berjalan kearah pintu kamar yang terletak dipojok ruangan tidak jauh dari kamar utama. Ia menempel telinganya dipintu bertuliskan "Jungkook's Studio" tersebut. Tidak ada suara apa-apa didalam menandakan Jungkook sedang tidak ada di studio pribadinya itu. Jinri tersenyum lebar. Gadis itu langsung berlari kearah ruang tengah lalu kedapur, tidak ada tanda-tanda keberadaan Jungkook. Jinri bernapas lega. Laki-laki itu pasti sedang keluar menemui teman-temannya atau ke sanggar tari milik Hoseok untuk berlatih. Jujur saja Jinri masih malas bertemu dengan Jungkook sejak insiden Jungkook menuduhnya sedang cemburu dan ia marah karena gummy bear tadi siang. Ia juga tidak paham kenapa ia bisa benar-benar bertindak seperti sedang cemburu dan marah-marah tidak jelas karena gummy bear. Ia hanya penasaran apa hubungan Jungkook dengan gadis bernama Kwon Yuri tersebut dan perkataan Yerin beberapa jam yang lalu masih terngiang-ngiang dikepalanya. Kekasih dari Kim Taehyung itu memang beberapa jam yang lalu menghubunginya sekedar menanyakan kabarnya karena Jungkook menyeretnya pulang dengan tiba-tiba siang tadi. Jinri dengan iseng bertanya dengan sahabatnya itu apakah ia mengenal gadis bernama Kwon Yuri yang mengaku sebagai sahabat Jungkook tersebut. Yerin ternyata mengenalnya dan perkataan sahabatnya itu berhasil menjawab pertanyaannya. Jungkook memiliki hubungan dengan Kwon Yuri.
Jinri menggeleng-gelengkan kepalanya dengan apa yang ia pikirkan. "Ah..Kau kenapa, Shin Jinri? Itu bukan urusanmu, ok?" gumam Jinri.
"Ah..Ya Tuhan sejak kapan aku peduli dengan urusan pribadi laki-laki menyebalkan itu. Aku benar-benar sudah tidak normal," lanjutnya.
"Kau memang sudah tidak normal sejak dulu," Jinri terkejut mendengar suara yang ia tebak dari arah belakangnya tersebut. Ia berbalik dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Jungkook berdiri di belakangnya sambil melipat kedua tangannya.
Jinri mundur selangkah dengan wajah terkejut yang sangat kentara. "Sejak kapan kau berdiri disitu?" tanyanya.
Jungkook mengusap-usap dagunya seperti sedang berpikir. "Sejak kau menggeleng-gelengkan kepalamu lalu bergumam tidak jelas tentang laki-laki yang kau sebut menyebalkan," sahut Jungkook.
Jinri berdehem. "Ah. Iya, itu bukan apa-apa. Aku hanya bergumam sesuatu yang tidak penting..Haha.."ucapnya dengan tawa yang dibuat-buat.
Jungkook melewatinya lalu membuka lemari pendingin. Laki-laki itu mengambil sebotol air mineral. "Hm...Terserah kau saja," ucap Jungkook dengan nada tidak peduli lalu pergi begitu saja.
Jinri hanya diam, ia menatap punggung Jungkook yang semakin menjauh. Jinri tampak bingung dengan sikap cuek Jungkook. Laki-laki itu tidak seperti biasanya, biasanya Jungkook selalu mengejeknya atau mengganggunya setiap waktu tidak peduli ia sedang sibuk atau sedang marah. Wajah Jungkook juga tampak kelelahan. Akhirnya, Jinri memutuskan untuk tidak memikirkan sikap suaminya tersebut mungkin Jungkook benar-benar lelah dan sedang malas mencari gara-gara padanya. Ia membuka lemari pendingin dan mulai mengeluarkan bahan makanan untuk makan malam.
Jungkook meneguk habis air mineral yang ia ambil dari lemari pendingin tadi lalu meletakkan botol kosong air mineral tersebut diatas meja ruang tengah. Ia merebahkan tubuhnya di sofa yang cukup lebar tersebut dengan helaan napas. Hari ini begitu melelahkan baginya, setelah bertemu dengan Kwon Yuri tadi siang dan menerima ekpresi gadis itu yang biasa-biasa saja terhadap statusnya itu membuat ia merasa bahwa gadis itu tidak pernah dan tidak akan pernah menerima dan mencintainya. Selama bertahun-tahun cinta nya hanya bertepuk sebelah tangan, ia dengan bodohnya mengejar cinta gadis yang lebih tua dua tahun dari nya tersebut lalu pada akhirnya ia harus menerima penolakan dengan alasan gadis itu sudah nyaman bersahabat dengannya.
"Prang!!!"
Jungkook membuka matanya lalu bangun untuk duduk. Ada suara benda yang jatuh dari dapur. Jinri ada didapur saat ia mengambil air mineral 20 menit yang lalu dan pasti gadis itu sedang menyiapkan makan malam di saat jam-jam seperti ini. Jungkook langsung bangkit dari duduknya dan berlari kedapur saat ia mengingat Jinri ada didapur.
"Shin Jinri, apa yang kau lakukan?" bentak Jungkook. Jinri kini tengah berdiri dengan tangan gemetar menatap kakinya, disekitar gadis itu banyak pecahan kaca yang bisa ditebak Jungkook adalah mangkok tempat biasanya Jinri menyimpan sup.
Jinri terisak. "Jungkook-ah, maaf," ucapnya lebih seperti bisikan.
Jungkook berjalan kearah Jinri dengan cepat. "Jangan bergerak, tetap disitu." Ucapnya.
Tanpa diduga Jungkook langsung menggendong Jinri lalu membawa gadis itu menjauh dari dapur. Jinri yang awalnya terkejut tanpa sadar melingkarnya tangannya keleher laki-laki itu. Ia membenamkan wajahnya didada Jungkook untuk menutup isakannya. Ia terkejut dan nyeri dikaki nya mulai terasa. Kaki nya pasti melepuh setelah ini karena tumpahan sup panas yang ia masak.
Jungkook membawa Jinri ke kamar mandi di seberang ruang makan, laki-laki itu menendang pintu kamar mandi dengan tidak sabaran. Ia mendudukkan Jinri dipinggiran bathup dengan tangannya yang melingkar di sekitar gadis itu. Jungkook mengambil shower lalu menyiram kaki Jinri yang tampak kemerahan dengan air dingin yang keluar dari shower yang ia pegang. Jinri mendongak sedikit untuk melihat wajah Jungkook, laki-laki itu tampak serius dengan kegiatannya.
"Jungkook-ah," panggil Jinri dengan suara pelan.
"Diamlah. Aku akan mengobati kakimu," ucapnya.
Jungkook mematikan shower lalu melemparnya begitu saja. Ia kembali mengendong Jinri keluar dari kamar mandi lalu membawa gadis itu masuk kedalam kamar. Jungkook mendudukkan Jinri dipinggir ranjang dengan pelan-pelan. Wajah Jungkook benar-benar terlihat serius, Jinri sedikit takut melihat ekspresi Jungkook seperti itu.
"Kau tunggu disini." Ucapnya. Jinri menganggukkan kepalanya patuh.
Jungkook berjalan kearah kamar mandi dikamar mereka tersebut lalu kembali keluar dengan sebuah tube berbahan kaca dengan tutup berwarna kuning. Ia membuka tutup tube tersebut lalu mencolek sedikit isi dari tube itu yang merupakan sebuah gel berwarna bening. Jungkook menggosok gel tersebut dengan pelan-pelan ke kaki Jinri yang memerah karena tersiram air sup yang sangat panas. Jinri memperhatikan Jungkook yang kini tengah meniup kaki nya yang baru di beri obat untuk luka bakar tersebut. Ada gelenyar aneh diperutnya saat ia memperhatikan Jungkook yang sedang berjongkok mengobati kakinya tersebut. Ia mengakui Jungkook sekarang terlihat tampan bahkan saat laki-laki itu sedang mengobati kakinya. Entah kenapa Jungkook terlihat mempesona sekarang.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" suara Jungkook tiba-tiba membuat Jinri sedikit terkejut.
"Tidak ada," sahut Jinri dengan cepat.
Jungkook tergelak. "Lalu kenapa wajahmu merona seperti itu? Apa yang kau pikirkan saat aku mengobati kaki mu?" tanya Jungkook. Laki-laki itu masih berjongkok, kepalanya sedikit mendongak untuk melihat Jinri.
Jinri dengan cepat memegang pipinya. "Ti..Tidak ada. Aku hanya kepanasan," ucapnya asal. Ia memalingkan wajahnya kearah lain.
Jungkook mengangkat sebelah alisnya. Ia membuka mulutnya ingin menjawab perkataan Jinri namun suara dering handphone membuat Jungkook mengurungkan niatnya untuk menjawab perkataan dari istrinya tersebut. Ia bangkit berdiri lalu berjalan kearah meja rias untuk mengambil handphonenya. Laki-laki itu tampak terdiam sesaat lalu mematikan handphonenya. Ia melempar benda tersebut ke atas meja rias dengan kasar. Rahangnya mengeras, ada raut kemarahan diwajahnya.
"Siapa? Kenapa kau tidak mengangkatnya?" tanya Jinri dengan hati-hati. Ia menyadari ekspresi Jungkook yang tampak menahan amarah.
"Bukan siapa-siapa," ucap Jungkook. Ia berjalan kearah Jinri lalu mengambil tube yang ia letakkan diatas lantai lalu ingin berlalu menuju ke kamar mandi tapi langkahnya terhenti ketika mendegar perkataan Jinri.
"Apa itu Kwon Yuri? Apa kau memiliki hubungan dengannya? Aku..Aku hanya tidak enak jika kalian memiliki hubungan. Status kita sekarang pasti membuat hubunganmu dengannya menjadi kurang baik," ucap Jinri sambil menatap punggung Jungkook.
Jungkook mendengus. "Jangan membuat kesimpulan dengan seenak jidatmu. Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya. Ia hanya teman lama. Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu? Jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting dan berhenti untuk ingin tau semua urusanku," sahut Jungkook dengan suara dingin.
Jinri menunduk. "Apa ia cinta pertama mu?" tanya Jinri dengan tiba-tiba.
Jungkook menegang. "Bukan urusanmu," ucapnya cepat lalu meninggalkan Jinri. Ia menghilang dibalik pintu. Jinri dapat mendengar pintu apartemennya terbuka lalu tertutup kembali. Pergi kemana Jungkook pikirnya. Apa laki-laki itu benar-benar marah padanya sekarang?
-TBC-
Jangan lupa untuk vomentnya ^^
Entah dari mana dulu ngomongnya, aku minta maaf sebesar-besarnya karena lama bahkan terlalu lama untuk update ff ini. Aku punya urusan lain yang bikin aku gak sempat untuk lanjutin ff ini. Buat Readers yang masih setia nunggu lanjutin ff abal-abal aku ini, aku ngucapin terima kasih banyak. Kalian adalah sumber semangat dan inspirasi aku untuk menulis ff ini. Aku juga minta maaf jika ff ini mengecewakan kalian dan gaya penulisanku yang masih berantakan. Sekali lagi terima kasih untuk kalian semua. Aku menyayangi kalian semua *Bow
Selamat membaca ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top