Chapter 5
Jungkook terbangun saat mendengarkan suara ramai kicauan burung diluar jendela kamarnya tapi ia terlalu malas untuk membuka matanya. Nyamannya tempat tidur dan guling ia peluk begitu menggodanya untuk melanjutkan tidurnya lagi. Guling ia peluk terasa hangat dan wangi, ia tidak tau ternyata gulingnya bisa senyaman ini. Jungkook semakin mempererat pelukannya pada gulingnya tersebut.
Jinri terbangun karena merasa sesak dan ada hembusan napas yang terasa hangat diwajahnya. Jinri perlahan-lahan membuka matanya. Saat mata Jinri terbuka dengan sempurna, hal pertama yang ia lihat adalah wajah lelap Jungkook. Sekarang wajahnya sangat dekat dengan wajah Jungkook dan laki-laki itu memeluknya seperti memeluk sebuah guling.
Mata Jinri membulat. "Ya! Jeon Jungkook!" teriak Jinri tepat diwajah Jungkook, laki-laki itu spontan membuka matanya terkejut.
Jinri menatap kesal wajah Jungkook yang hanya beberapa centi dari wajahnya sekarang. Jungkook hanya diam menatap wajah Jinri, ia masih mencerna apa yang dikatakan gadis itu padanya. "Lepaskan pelukanmu! Kau kira aku ini gulingmu, hah?" ucap Jinri setengah membentak.
Butuh beberapa detik bagi Jungkook untuk mencerna apa yang dikatakan Jinri yang sekarang sedang mengeluarkan aura membunuhnya tersebut. "Hah! Kenapa kau ada dipelukanku?" tanya Jungkook. Ia langsung melepas pelukannya lalu bangkit dari tidurnya, ia baru sadar ternyata saat tidur ia memeluk Jinri bukan guling. Pantas rasanya hangat pikir Jungkook.
Jinri ikut bangkit dari tidurnya. Ia melayangkan tatapan sinisnya pada Jungkook. "Kenapa kau bertanya padaku? Tanyakan pada dirimu sendiri!" sahut Jinri.
Jungkook melihat guling yang ia letakkan ditengah ranjang sebagai batas tempat tidurnya dan Jinri sudah terlempar jauh dari ranjang. "Mana aku tau. Kau pasti sengaja membuang guling itu tadi malam lalu mendekatiku," ucap Jungkook lalu menunjuk guling yang terlempar jauh dari ranjang.
Jinri langsung menunjuk wajah Jungkook didepannya sekarang menggunakan jari telujuknya. Ia tidak terima dengan tuduhan laki-laki itu padanya. "Mwo? Pasti kau yang membuang guling itu tadi malam lalu kau mengambil kesempatan untuk memelukku. Mana mungkin aku bisa membuang guling sampai sejauh itu. Aku tidur selalu tetap pada posisiku dan kau lah yang tidur keluar dari perbatasan yang kau buat tadi malam," ucap Jinri. Jungkook melihat posisinya, Jinri benar ia tidur diwilayah Jinri dan tentu saja melewati batas yang ia buat tadi malam.
Jinri tersenyum menang. "Bagaimana? Apa kau sudah menyadari kesalahanmu, Tuan Jeon Jungkook? Sekarang kau harus menerima sanksimu sesuai perkataanmu tadi malam," ucapnya dengan senang.
Jungkook tersenyum miring. "Baiklah, aku menyadari kesalahanku. Itu tidak sengaja. Aku tidak sadar karena aku terbiasa tidur sendirian. Hum! Sebaiknya kau mengingat-ingat lagi perkataanku tadi malam Shin Jinri" ucap Jungkook. Jinri menatap Jungkook tidak mengerti. Ia mulai mengingat-ingat apa yang dikatakan Jungkook padanya.
Jungkook mengeluarkan seringaiannya. Kau kalah Shin Jinri pikirnya. "Oh! Tampaknya kau sudah lupa atau kau tidak mencerna dengan baik apa yang aku katakan tadi malam. Aku tidak akan mendapatkan sanksi. Tadi malam aku hanya bilang jika kau yang melewati batas ini maka kau akan mendapatkan sanksi, aku tidak bilang jika aku melewati batas ini maka aku juga akan mendapatkan sanksi" lanjutnya.
Jinri membulatkan matanya tidak percaya. "Mwo? Jeon Jungkook! Kau- Aish!" ucap Jinri dengan rasa jengkel yang sudah memenuhinya sekarang. Jadi, ia dibodohi oleh Jungkook. Salahnya juga yang tidak mencerna dengan baik apa yang dikatakan laki-laki itu tadi malam. Ia langsung mengiyakan saja karena ia hanya berpikir tidur diranjang yang nyaman tidak disofa seperti saran Jungkook tadi malam. Kali ini Jinri sangat ingin menjambak rambut Jungkook hingga tercabut lalu mencakar wajah angkuh laki-laki itu hingga tidak berbentuk lagi.
Jinri mengepal tangannya. Pagi ini ia tidak bisa lagi menahan rasa jengkelnya pada laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu. Hidup bersama Jungkook bukanlah pilihan yang bagus bagi Jinri karena laki-laki pemilik senyum manis itu memiliki beribu cara untuk menjahilinya dan membuatnya jengkel. "Argh! Dasar kau Jeon Jungkook menyebalkan!" teriak Jinri. Ia tiba-tiba menyerang Jungkook, Jinri menjambak rambut Jungkook dengan ganas. Jungkook tidak sempat menghindar karena Jinri bergerak dengan cepat.
Jungkook meringis menahan sakit dikepalanya. Ia memegang tangan Jinri yang kini menjabak rambutnya mencoba melepas tangan gadis itu dari rambutnya. "Ah! Apa yang kau lakukan? Lepaskan! Sakit bodoh!" ucap Jungkook setengah membentak.
Jinri tertawa dengan keras. "Tidak akan, Jeon Jungkook," sahut Jinri disela-sela tawanya.
Jungkook membalas, ia menjambak rambut panjang Jinri yang dibiarkan tergerai tersebut. "Dasar gadis jadi-jadian. Rasakan Ini," ucap Jungkook. Ia tertawa puas.
Jinri meringis kesakitan. Jungkook tidak tanggung-tanggung menjambak rambutnya. Kepalanya terasa sangat sakit. "Ah! Yak! Appo!" jerit Jinri. Jinri tidak tinggal diam, ia menarik baju depan Jungkook dengan tangannya kirinya yang bebas. Jungkook juga tidak tinggal diam, ia mendorong tubuhnya hingga sekarang ia menindih Jinri. Mereka berdua masih melakukan aksi jambak-menjambak rambut bahkan sekarang mereka berdua melakukan aksi gulat di atas ranjang. Jungkook dan Jinri tidak peduli lagi dengan penampilan mereka berdua yang sudah sangat berantakan.
"Kookie-ya! Jinri-ya! Apa kalian berdua sudah bangun?" terdengar teriakan dari luar kamar. Jungkook dan Jinri berhenti saling menjambak, mereka berdua saling tatap.
"Sepertinya itu suara Noona" ucap Jungkook melihat pintu.
Jungkook dan Jinri langsung bangkit dari posisi mereka berdua yang tadi sedang melakukan aksi gulat dan tarik-menarik rambut tersebut. Ranjang mereka berdua tampak sangat kacau. Selimut dan bantal-bantal terlempar kesembarangan arah. Penampilan Jungkook dan Jinri juga seperti baru saja diterpa badai, rambut yang acak-acakan dan baju tidur yang mereka berdua pakai tampak kusut bahkan baju tidur milik Jungkook kancing teratasnya hilang entah kemana karena Jinri menarik bajunya dengan keras.
Jinri dengan asal merapikan rambutnya yang sudah tidak berbentuk lagi karena ulah Jungkook. "Cepat buka pintunya!" ucap Jinri dengan nada memerintah.
Jungkook mendengus. "Kenapa aku? Kau saja yang membukanya. Aku malas!" ucap Jungkook. Ia kembali merebahkan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda karena amukan Jinri.
Jinri mengerucutkan bibirnya ketika mendengar perkataan Jungkook. "Aku tidak mau! Kau saja. Cepat bodoh sebelum Eonnie marah," ucap Jinri. Ia menendang pinggang Jungkook yang sedang meringkuk di ujung ranjang dengan kasar. Jungkook terjatuh dari ranjang dengan tidak elitnya.
Jungkook meringis kesakitan karena terjatuh dengan tidak elitnya dari ranjangnya tersebut. "Yak! Shin Jinri! Dasar gadis jadi-jadian menyebalkan. Ah! Pinggangku." ucap Jungkook dengan kesal. Ia langsung bangkit lalu berjalan kearah pintu kamarnya sambil memegang pinggangnya yang terasa nyeri. Jinri hanya tertawa melihat Jungkook kesakitan. Ia turun dari ranjang lalu memungut selimut dan guling yang berserakan karena ulahnya dan Jungkook tadi. Ia mulai merapikan tempat tidur itu dengan cepat.
Hana menatap adiknya dari atas sampai bawah dengan wajah bingung. Penampilan bangun tidur Jungkook seperti baru saja terkena badai. Rambutnya yang acak-acakan dan baju tidurnya yang tampak kusut dan berantakan membuat pikiran Hana langsung menjurus kearah lain. Malam tadi pasti berhasil, ternyata adikku sudah dewasa pikirnya. Ia tersenyum dengan wajah aneh membuat Jungkook bingung melihat sikap kakaknya itu.
Hana masih tersenyum aneh. "Apa aku mengganggu kalian?" tanya Hana sambil melihat kearah dalam.
Jungkook mencoba menghalangi kakaknya agar gadis bersurai merah panjang itu tidak melihat keadaan kamar yang hampir mirip seperti kapal pecah. Hana pasti akan memukulnya jika kamarnya ketahuan berantakan. "Tidak. Aku dan Jinri sudah bangun sejak tadi," jawab Jungkook mencoba tersenyum.
Hana mengangguk mengerti. "Cepatlah turun untuk sarapan, Appa dan Eomma sudah menunggu dibawah dan jangan lupa ajak Jinri." ucap Hana. Ia menepuk bahu Jungkook lalu pergi meninggalkan Jungkook. Jungkook menghela napas lega saat kakaknya pergi, untung saja kakaknya tidak melihat keadaan kamarnya yang sangat berantakan. Hana sangat benci dengan kamar berantakan. Kakaknya itu cinta kerapian.
-00-
Jungkook dan Jinri turun dari lantai atas menuju ruang makan, disana sudah ada orangtua Jungkook, orangtua Jinri, Hana dan Namjoon yang ternyata sedang menunggu mereka berdua untuk sarapan. Ruang makan keluarga Jeon pagi ini terlihat ramai karena bertambahnya keluarga baru. Tuan Jeon dan Tuan Shin tampak ceria, akhirnya perjanjian masa muda mereka berdua untuk menjodohkan anak mereka sudah terlaksana.
Tuan Shin tersenyum. "Bagaimana malam kalian berdua? Apa menyenangkan?" tanya Tuan Shin pada Jungkook dan Jinri.
Jungkook mengangguk. "Cukup menyenangkan, Aboji," ucap Jungkook dengan wajah polos. Tentu saja menyenangkan, ia dan Jinri adu mulut saat malam pertama mereka dan ia berhasil mengusili gadis itu. Hana dan Namjoon tersenyum penuh arti dari tempat duduk mereka berdua ketika mendengar jawaban Jungkook, entah apa yang sedang dipikirkan pasangan yang selalu terlihat kompak dalam segala hal tersebut.
Tuan Jeon tertawa. "Aigo! Sam Dong-ah kau seperti tidak tau saja. Tentu saja itu sangat menyenangkan. Ah! Aku jadi ingat masa-masa dulu," ucap Tuan Jeon. Nyonya Jeon hanya senyum-senyum malu mendengar perkataan suaminya.
Tuan Shin ikut tertawa. "Rasanya aku ingin mengulangi masa-masa dulu. Sepertinya akan sangat menyenangkan," sahut Tuan Shin sambil memandang istrinya. Nyonya Shin ikut tertawa lalu menepuk tangan suaminya tersebut.
Nyonya Jeon beralih menatap Hana dan Namjoon. "Hana-ya, Namjoon-ah, apa kalian berdua sudah menyiapkan hadiahnya?" tanya Nyonya Jeon.
Namjoon mengangguk. "Semuanya sudah selesai, Eomma. Hari ini sudah bisa ditempati," ucap Namjoon.
Nyonya Jeon tersenyum. "Baguslah." ucapnya. Ia memandang Jungkook dan Jinri dengan senyum penuh arti.
10 menit kemudian.
Hana meletakkan sumpitnya, ia sudah menghabiskan sarapannya. Namjoon masih sibuk menghabiskan sarapannya sambil bercerita dengan Tuan Jeon dan Tuan Shin tentang bisnis yang sebagian tidak dimengerti oleh Hana. Ia mengalihkan pandangannya pada Jungkook dan Jinri. Hana menghela napas melihat Jungkook yang sedang menyisihkan sayuran dari makanannya lalu memberikannya pada Jinri. Hana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jungkook yang tidak pernah ingin memakan sayuran jika tidak dipaksa tersebut.
Hana berdehem. "Kookie-ya, Jinri-ya, cepat habiskan sarapan kalian berdua. Setelah ini kalian berdua akan pergi kesuatu tempat," ucap Hana lembut.
Jungkook menatap kakak perempuannya itu dengan bingung. "Kemana?" tanya Jungkook. Mulutnya masih dipenuhi oleh makanan.
Hana tersenyum. "Ke apartemen baru kalian. Setelah ini kalian berdua akan pindah kesana," sahut Hana dengan wajah berbinar-binar.
Jungkook dan Jinri saling tatap saat mendengar perkataan Hana. "Nde?" ucap mereka berdua dengan serempak.
Tuan Jeon mengambil alih pembicaraan. "Hari ini dan seterusnya kalian berdua akan tinggal disana. Apartemen itu hadiah pernikahan dari kami. Mulai sekarang kalian berdua harus hidup mandiri dan mengurus rumah tangga kalian sendiri. " ucap Tuan Jeon yang disambut senyum oleh istrinya dan besannya tersebut.
Sumpit yang Jinri pegang tiba-tiba terjatuh dari tangannya. Apa ia tidak salah dengar? Jadi ia dan Jungkook akan hidup terpisah dengan orangtua mereka. Mereka berdua akan tinggal di apartemen sendiri. Jinri memandang ibu dan ayahnya dengan sedih. Ia belum siap berpisah dengan orangtuanya. Jungkook masih berkutat dengan sarapannya, laki-laki itu hanya terkejut diawal tapi setelah itu ia terlihat santai-santai saja. Ia sudah dapat menebak jika ia dan Jinri akan hidup mandiri setelah menikah. Jungkook cukup mengerti pikiran orangtuanya dan mertuanya, ia dan Jinri sudah lepas dari tanggung jawab orangtua mereka dan harus bisa hidup mandiri. Setidaknya setelah ini ia bisa hidup bebas dan tentu saja bisa lepas dari pengawasan orangtuanya.
-00-
Kini Jungkook dan Jinri berada didalam apartemen baru mereka. Jinri menatap takjub apartemen hadiah dari orangtuanya dan orangtua Jungkook tersebut. Apartemen itu cukup luas dengan dua kamar, memiliki jendela kaca besar diruang tengah yang menyungguhkan pemandangan kota Seoul. Apartemen ini adalah apartemen yang sudah lama Jinri idam-idamkan, ternyata orangtuanya dan mertuanya tau jika ia sudah lama mengincar apartemen ini. Jungkook juga terlihat takjub dengan apartemen yang akan ia tinggali bersama Jinri tersebut. Apartemen ini tidak terlalu luas dan mewah tapi sangat nyaman untuk ditempati.
Mereka berdua sekarang sibuk menjelajah apartemen baru mereka tersebut. Apartemen yang didominasi warna putih itu ternyata di desain dari perpaduan selera Jungkook dan Jinri. Jungkook membuka pintu yang bertuliskan "Jeon Jungkook Studio" dengan hiasan Ironman disekitarnya membuat ia bisa menebak pasti itu ulah kakak perempuannya. Jungkook tersenyum senang melihat isi dari ruangan tersebut, ruangan itu ternyata sebuah studio musik pribadi dengan perlengkapan lengkap dan semuanya merupakan keluaran terbaru yang selama ini diidam-idamkan oleh Jungkook. Studio tersebut hadiah pernikahan dari Namjoon dan Hana. Namjoon dan Hana sengaja merombak kamar kedua menjadi sebuah studio pribadi untuk adik kesayangan mereka tersebut karena Jungkook memang suka berkutat di studio menulis lagu dan mengarasemen lagunya sendiri. Biasanya Jungkook membuat lagu di studio milik Yoongi atau di RM studio milik Namjoon.
Jinri membuka kamar utama, ia kembali takjub melihat kamarnya dan Jungkook tersebut. Kamar tersebut didominasi warna putih. Ada jendela besar dengan tirai berwarna cream dengan sofa berwarna putih tulang yang diletakkan didekat jendela kamar tersebut. Ranjang bergaya kanopi dengan dihiasi kain tulle transparan berwarna putih yang tergantung di pilar-pilar menyerupai kelambu yang tampak putih bersih menambah keindahan kamar dengan tema romantic tersebut. Wangi aromaterapi yang berasal dari lilin-lilin aromaterapi yang sengaja diletakkan dikamar itu memberikan kesan sexy dan romantic bagi siapa saja yang memasukinya. Jinri tersenyum melihat kamar utama tersebut tapi saat ia melihat foto pernikahannya dan Jungkook yang tergantung didinding kamar itu membuat senyumnya luntur seketika. Ia lupa kamar ini bukan miliknya sendiri tapi miliknya dan Jungkook juga.
Jinri bangkit berdiri lalu menatap ranjang yang tadi ia duduki itu dengan tatapan horror. Ranjang tersebut membuat otaknya berpikir aneh sekarang. "Jungkook tidak mungkin menyerangku karena suasana kamar ini, kan? Kenapa kamar ini seperti mempunyai aura mengerikan?" gumam Jinri. Ia bergidik ngeri membayangkan jika ada Jungkook didalam kamar tersebut. Ia sama sekali tidak bisa menebak jalan pikiran laki-laki bermarga Jeon itu, Jungkook bisa saja melakukan hal-hal gila contohnya saja adegan ciuman panas yang dilakukan Jungkook digereja. Hal tersebut berhasil membuat Jinri malu setengah mati walaupun ia mengakui ia juga membalas ciuman laki-laki itu. Ia tidak tau kenapa ia bisa membalas ciuman Jungkook dan menikmati ciuman tersebut.
-00-
Langit sudah mulai menguning menandakan malam akan tiba. Jinri sedang berkutat didapur untuk menyediakan makan malam untuknya dan Jungkook. Ini adalah malam pertama ia tinggal bersama Jungkook diapartemen baru mereka. Jinri tampak sibuk memotong sayuran sambil membaca resep masakan dari buku resep pemberian ibunya tersebut.
"Ting Tong!"
Terdengar suara bell dari arah pintu depan membuat Jinri mengangkat sebelah alisnya bingung. Siapa yang bertamu pada jam-jam seperti ini pikirnya. Jinri melepas celemek yang sedang ia pakai lalu berjalan meninggalkan dapur untuk melihat siapa yang datang. Jinri melihat layar intercom, ada seorang nenek-nenek didepan pintunya sekarang.
Jungkook datang dari arah kamar sambil membawa handuk dikepalanya. Laki-laki itu ternyata baru saja selesai mandi, rambutnya terlihat masih basah dan wangi sabun mandi yang tercium dari tubuhnya."Siapa yang bertamu?" tanya Jungkook. Ia ikut melihat layar intercom.
Jinri mengangkat bahunya. "Aku tidak tau. Mungkin Halmeoni itu tetangga kita dan ingin menyapa kita," sahut Jinri.
Jungkook hanya mengangguk mengiyakan perkataan Jinri lalu berjalan kearah pintu dan membuka pintu apartemennya tersebut. Jinri mengekor dibelakangnya. Nenek yang sejak tadi terus menerus memencet bell apartemen mereka itu tampak tersenyum saat pintu terbuka.
Jungkook tersenyum. "Apa ada yang bisa kami bantu, Halmeoni?" tanya Jungkook ramah.
Nenek yang terlihat masih cantik tersebut kembali menyunggingkan senyum. "Panggil aku Kim Halmeoni. Apa kalian pasangan pengantin baru yang baru saja pindah kesini?" tanya nenek tersebut.
Jungkook mengangguk. "Ah! Ya, Kim Halmeoni. Kami baru saja pindah tadi pagi," sahut Jungkook. Ia menatap nenek tersebut lekat, ia seperti mengenal nenek yang ada didepannya sekarang.
Nenek Kim mengangguk-anggukkan kepalanya. "Apa kalian berdua tidak merasakan hal aneh di apartemen ini?" bisik nenek Kim.
Jungkook dan Jinri serempak menggelengkan kepala lalu menatap nenek Kim penuh tanya. Jungkook dan Jinri tidak merasakan sesuatu yang aneh di apartemen baru mereka. Semuanya biasa saja dan normal. Nenek Kim berdecak ketika melihat Jungkook dan Jinri menatapnya dengan ekspresi bingung.
Nenek Kim tiba-tiba menatap serius Jungkook dan Jinri. Ekspresinya benar-benar berubah drastis sekarang membuat Jungkook dan Jinri mengernyit heran. "Aku ingin memperingatkan kalian untuk berhati-hati. Apartemen ini berhantu, setiap pasangan pengantin baru yang tinggal diapartemen ini pasti akan dihantui. Banyak pasangan pengantin baru yang tidak sanggup tinggal diapartemen ini, ada yang mencoba bertahan tinggal disini tapi mereka berakhir meninggal dengan tragis," ucap nenek Kim dengan nada-nada menakuti. Jinri tercekat mendengar perkataan nenek Kim. Ia secara tidak sadar memegang tangan Jungkook lalu merapatkan dirinya pada laki-laki tersebut. Ia langsung takut mendengar cerita nenek Kim.
Jinri memandang nenek Kim dengan tatapan takut. "Benarkah? Apa tidak ada penangkal untuk mengusir hantu itu, Kim Halmeoni?" tanya Jinri. Ia tiba-tiba merasa merinding sekarang.
Nenek Kim menggelengkan kepalanya. "Sampai sekarang tidak ada penangkal yang bisa mengusir hantu itu dari tempat ini." ucap nenek Kim dengan wajah serius.
Jungkook hanya diam mendengar perkataan nenek Kim, ia sama sekali tidak terpengaruh. Jungkook tidak percaya dengan hal-hal yang berbau hantu. Jinri sebaliknya, gadis itu sangat percaya dengan adanya hantu dan ternyata selain takut dengan kecoa Jinri juga sangat takut dengan namanya hantu.
-00-
Setelah nenek Kim pulang, Jinri melanjutkan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda. Ia masih memikirkan perkataan nenek Kim padanya dan Jungkook tadi. Jinri melirik Jungkook yang ada disebelah yang sedang asyik mencomot tumis daging tersebut.
Jinri berdehem. "Jungkook-ah, bagaimana jika malam ini kita menginap saja dirumah Eomma dan Appa?" ucap Jinri pelan.
Jungkook mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan Jinri. "Kenapa kau tiba-tiba ingin menginap? Kita berdua baru saja pindah tadi pagi dan sekarang kau sudah mengajak untuk menginap. Aboji dan Eommonim pasti akan marah jika kita berdua menginap," sahut Jungkook.
Jungkook menyipit matanya curiga. "Jangan bilang kau takut dengan cerita Kim Halmeoni? Kau sebenarnya takut dengan hantu, kan?" lanjutnya.
Jinri tertawa aneh. "Tidak. Untuk apa aku takut dengan hantu. Aku hanya sedang ingin menginap dirumah Appa dan Eomma. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan cerita Kim Halmeoni." ucap Jinri. Ia kembali melanjutnya kegiatan memasaknya. Jinri memunggungi Jungkook dengan gumaman tidak jelas.
Jungkook hanya diam, ia tidak menjawab perkataan Jinri seperti biasanya. Biasanya Jungkook pasti langsung mengejeknya tapi kali ini laki-laki itu tidak melakukannya. Jinri mengerutkan dahinya karena Jungkook tidak menjawab perkataannya. Ia berbalik dan sekarang Jinri bisa melihat Jungkook berdiri mematung dengan tatapan aneh menatap ruang tengah. Seperti ada sesuatu yang dilihat oleh Jungkook sehingga membuatnya terdiam.
Jinri menatap Jungkook dan ruang tengah secara bergantian. Ia bingung apa yang sedang dilihat Jungkook. "Jungkook-ah, apa yang sedang kau lihat? Kau kenapa?" tanya Jinri. Ia menepuk tangan Jungkook cukup keras.
Jungkook beralih menatap Jinri disebelahnya. Wajahnya seperti ketakutan. "Jinri-ya, ada sesuatu berwarna putih yang melayang-layang diruang tengah," lirih Jungkook.
Jinri tercekat. "A..A..Apa yang melayang-layang, Jungkook-ah? Kau sedang tidak bercandakan?" tanya Jinri. Ia sekarang mulai merasakan bulu kuduknya merinding.
Jungkook mundur satu langkah. "Aku tidak tau. Ia melayang menuju kita," pekik Jungkook.
Jinri sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Ia langsung berhambur memeluk Jungkook. "Kyaaa! Hantu! Eomma tolong aku!" teriak Jinri dengan keras. Ia sudah sangat gemetar. Sekarang ia dan Jungkook pasti dihantui oleh hantu yang diceritakan nenek Kim tadi. Setelah ini nyawanya dan Jungkook akan terancam jika tidak segera pindah dari apartemen tersebut. Jinri tidak menyangka nasibnya akan seperti ini, setelah ia harus terpaksa menikah dengan Jungkook dan sekarang ia akan mati bersama Jungkook karena hantu.
Jungkook menahan tawanya, Jinri sekarang memeluknya dengan erat dan ia bisa merasakan gadis itu gemetar dengan hebat. Sekarang ia tau selain takut dengan kecoa, Jinri juga takut dengan hantu. Ini bisa menjadi senjata yang menyenangkan untuk menjahili Jinri pikirnya.
Jungkook akhirnya tertawa dengan keras, ia sudah tidak kuat lagi menahan tawanya. Jinri yang mendengar Jungkook tertawa langsung melepas pelukannya pada laki-laki tersebut. Ia menatap laki-laki itu dengan kesal. "Yak! Jeon Jungkook! Kau membohongiku. Dasar menyebalkan." teriak Jinri.
Jungkook memegang perutnya mencoba menahan tawanya yang tidak bisa berhenti. "Wajah takutmu sangat lucu, Shin Jinri. Kau ternyata benar-benar takut dengan hantu. Kau benar-benar payah," ucap Jungkook. Laki-laki itu kembali tertawa dengan keras.
Jinri mengepal tangannya menahan kekesalannya pada Jungkook. "Argh! Aku benar-benar membencimu, Jeon Jungkook," teriak Jinri. Ia mengambil sawi putih dari atas meja lalu melemparnya ke wajah Jungkook yang sedang tertawa tersebut.
Jungkook terkejut ketika sawi putih tersebut mengenai wajahnya. "Yak! Shin Jinri, kenapa kau melempar sayur bau itu ke wajahku?" tanya Jungkook. Ia kini menatap horror sayur yang sudah tergeletak dilantai dapur tersebut.
Jinri tertawa. "Untuk mengusir setan yang ada ditubuhmu," jawab Jinri dengan asal disela tawanya.
Jungkook mendengus. Ia mengambil sawi putih yang cukup besar tersebut yang tadi dilempar oleh Jinri lalu melemparnya ke wajah Jinri saat gadis itu masih menertawainya. Jinri langsung terdiam karena sawi itu tepat mengenai mulutnya.
Jinri melayangkan tatapan membunuhnya pada Jungkook. "Yak! Kenapa kau juga ikut melemparnya? Sakit bodoh!" ucap Jinri setengah membentak. Ia mengusap wajahnya yang terasa sakit karena terkena lemparan sawi putih yang berukuran cukup besar itu.
Jungkook tersenyum dengan wajah polos. "Untuk mengusir setan yang ada ditubuhmu." Ucap Jungkook. Ia meniru perkataan Jinri.
Jinri semakin kesal saat mendengar Jungkook meniru perkataannya apalagi laki-laki itu mengatakannya dengan wajah sok polos yang menjijikkan menurutnya. Ia mengambil sawi putih tersebut lalu melemparnya kembali pada Jungkook begitu juga Jungkook yang membalas melemparnya pada Jinri. Akhirnya malam itu Jungkook dan Jinri berakhir dengan saling melempar sayur dan adu mulut. Perang antara Jungkook dan Jinri kembali terjadi karena ulah Jungkook yang memang sangat suka menjahili Jinri tersebut.
-00-
Taehyung duduk dilantai dengan terengah-engah. Ia sudah lelah berkeliling di gedung apartemen yang mempunyai 20 lantai tersebut. Ia mencari neneknya yang tiba-tiba menghilang dari apartemen Hyungnya karena ia tinggal sebentar saja. Jin pasti akan memarahinya habis-habisan setelah ini jika ia tidak bisa menemukan neneknya itu.
Taehyung tiba-tiba bangkit dari duduknya saat melihat neneknya berjalan dengan santai didepannya sekarang. Ia langsung menghampiri neneknya tersebut dengan wajah senang.
Taehyung menghela napas lega. "Akhirnya aku menemukanmu, Halmeoni. Halmeoni, kau dari mana saja? Jin Hyung akan marah jika kau tidak ada diapartemen saat ia pulang nanti," ucap Taehyung mengomeli neneknya yang masih terlihat cantik walaupun sudah lanjut umur tersebut.
Nenek Kim tersenyum. "Aku hanya ingin menyapa tetangga baru. Mereka baru saja pindah tadi pagi dan mereka pasangan pengantin baru yang terlihat tampan dan cantik," sahut nenek Kim.
Taehyung mengerutkan dahinya mendengar perkataan neneknya itu. "Darimana Halmeoni tau jika dilantai ini ada penghuni baru?" tanya Taehyung.
Nenek Kim menjetikkan jarinya. "Itu gampang. Aku mendengarnya dari security tampan yang ada dilantai utama dan saat aku melewati lantai ini aku melihat penghuni baru masuk ke apartemen itu," ucap nenek Kim. Ia menunjuk pintu apartemen yang terletak diujung lorong sebelah kiri yang sebenarnya merupakan apartemen Jungkook dan Jinri.
Taehyung menyipit matanya curiga. "Halmeoni, kau tidak menceritakan hal yang aneh-aneh pada penghuni baru itu, kan?" tanya Taehyung. Ia khawatir neneknya kembali mengusili orang-orang penghuni gedung apartemen tempat Hyungnya tinggal tersebut.
Nenek Kim terkekeh. "Aku hanya menceritakan cerita hantu pada mereka berdua. Aku mengatakan apartemen mereka dihuni hantu." sahut nenek Kim.
Taehyung menghela napas, sudah bisa ia tebak neneknya itu kembali mengusili tetangga baru lagi. Setiap neneknya berkunjung ke apartemen Jin pasti ada saja orang-orang yang akan jadi korban keusilan nenek Kim. Neneknya tersebut sangat suka menceritakan cerita aneh pada orang yang baru ia kenal. Ia dan Jin biasanya sangat kewalahan mengurus neneknya yang memang sudah pikun tersebut.
Taehyung menggandeng neneknya itu untuk turun ke lantai 11 tempat apartemen Jin, sekarang mereka berdua ada dilantai 12 yang merupakan tempat apartemen Jungkook dan Jinri berada. Taehyung masih belum tau jika sahabatnya itu pindah ke apartemen yang sama dengan kakak laki-lakinya.
Taehyung tersenyum lebar. "Kajja! Halmeoni, kita harus kembali ke apartemen Jin Hyung. Bukankah kau ingin menyambut kedatangan Sena Noona? Sebentar lagi Sena Noona akan pulang," ucap Taehyung.
Nenek Kim menepuk jidatnya. "Aigo! Taehyung-ah. Halmeoni sampai lupa jika malam ini cucu menantuku pulang. Ah! Aku sangat merindukan Sena." Sahut nenek Kim. Ia langsung menarik cucunya tersebut masuk lift menuju lantai 11. Nenek Kim ingin cepat-cepat menyambut cucu menantu kesayangannya Kim Sena istri Jin yang sudah seminggu ini dirawat di rumah sakit karena ada sedikit gangguan pada kandungannya dan hari ini adalah kepulangan Sena setelah dirawat.
-00-
Hoseok membaca daftar belanjaan yang diberikan ibunya padanya dengan wajah masam. Ibunya benar-benar tidak tanggung-tanggung menyuruhnya untuk berbelanja kebutuhan selama sebulan tersebut. Daftar belanja bulanan tersebut berhasil membuat Hoseok pusing seketika. Biasanya yang melakukan tugas belanja bulanan ini adalah Noonanya tapi saat ini Noonanya sedang berada diluar kota karena ada urusan bisnis jadi sekarang ia yang menggantikan tugas berbelanja keperluan rumah tersebut.
Hoseok mendorong troli belanja yang sudah terisi setengah tersebut sambil membaca daftar belanja dengan gumaman. Ia masuk ke deretan tempat menjual detergen lalu mulai mencari detergen dengan merk yang tertera di daftar belanjaan yang diberikan ibunya padanya.
"Hoseok? Kau Jung Hoseok, kan?" terdengar suara seseorang yang memanggil Hoseok membuat laki-laki tersebut menoleh.
Hoseok hanya berdiri mematung saat orang yang menyapanya tersebut menghampirinya. Ia tiba-tiba merasakan jantungnya berdegup cukup keras sekarang. Bagaimana tidak sekarang didepannya berdiri seorang gadis cantik bersurai hitam sebahu dengan senyum indah yang pernah mengisi hari-hari Hoseok dulu. Gadis itu Choi Ahra mantan kekasihnya 9 tahun yang lalu dan merupakan cinta pertama dari seorang Jung Hoseok.
"Choi Ahra."
"Lama tidak bertemu, Hoseok-ah."
-TBC-
Jangan lupa vomentnya yaa ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top