Chapter 37
Sejak satu jam yang lalu Jungkook dan Jinri serta yang lainnya sudah sampai di Daegu. Mereka langsung check-in sesampai di hotel dan makan siang. Setelah makan siang, mereka langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Namjoon dan Hana setelah makan siang langsung menghilang entah kemana. Mungkin jalan-jalan, pasangan itu pasti berkeliling Daegu untuk berbelanja. Seokjin dan Sena lebih memilih untuk beristirahat di hotel, wajar saja karena mereka berdua membawa Hyung Seok. Bayi itu butuh tidur siang. Taehyung dan Yerin juga lebih memilih jalan-jalan untuk mengisi waktu siang mereka.
Jimin lebih memilih berkeliling hotel sekalian mengecek dan menyapa pegawai-pegawai ayahnya. Sudah menjadi rahasia umum jika ayah Park Jimin memiliki hotel bintang lima di berbagai kota. Salah satunya ada di Daegu. Jadi, hotel ini adalah milik keluarga Park dan mungkin sebentar lagi hotel ini akan diwariskan pada Jimin.
Berbeda dengan yang lainnya, Jungkook dan Jinri sudah sejak tadi terlelap ke alam mimpi di kamar mereka. Pasangan Jeon itu lebih memilih untuk tidur siang ketimbang jalan-jalan. Awalnya, hanya Jungkook yang tidur namun karena bosan Jinri akhirnya ikut tertidur. Perut kenyang membuat mereka berdua gampang untuk tertidur.
Suara bising dari luar tidak mempengaruhi tidur mereka berdua. Suara Taehyung yang baru saja kembali dari acara jalan-jalannya bersama Yerin terdengar memanggil Jungkook dari luar namun nihil. Jungkook maupun Jinri tidak bergeming dari posisi tidur mereka.
Taehyung menempelkan telinganya di depan pintu kamar Jungkook dan Jinri. "Apa mereka berdua tidak ada dikamar?" tanya nya pada Yerin disebelahnya.
Yerin mengangkat bahunya pelan. "Mungkin saja. Padahal aku ingin membawanya berkeliling hotel," sahutnya dengan wajah cemberut.
Taehyung menegapkan tubuhnya kembali. "Sayang, ku pikir mereka berdua pasti ada didalam. Mungkin mereka sedang tidak bisa diganggu," ucapnya dengan senyum aneh.
Yerin tertawa dengan suara pelan. "Kalau begitu kita pergi saja, Oppa." ajaknya yang langsung disetujui oleh Taehyung.
Mereka pergi dengan Taehyung yang tampak merangkul Yerin. Pasangan itu berbincang santai diselingi tawa dari Yerin. Entah apa yang dibicarakan Taehyung hingga gadis Lee itu tertawa dengan keras.
Mereka berdua berhenti didepan pintu kamar, lebih tepatnya pintu kamar milik Yerin. "Kau sudah ingin masuk?" tanya Taehyung berbasa-basi.
Yerin memanggukkan kepalanya. "Hmm... Kenapa? Oppa, ingin ikut masuk?" tawarnya dengan senyum manisnya.
Taehyung tampak menggelengkan kepalanya. "Jangan menawarku untuk masuk. Kau beristirahatlah setelah ini. Saat jam makan malam nanti, aku akan menjemputmu," ucapnya sambil mengacak rambut kekasihnya itu.
Yerin tampak mengerucutkan bibirnya. "Kenapa memangnya? Tidak ada yang salah jika Oppa menemaniku disini, bukan?" tanya nya masih bersikeras mengajak Taehyung untuk masuk.
Taehyung bersedekap dengan raut serius. "Tentu saja salah, sayang. Masuklah." perintahnya.
Yerin menganggukkan kepalanya patuh. Ia membuka pintu kamarnya lalu masuk dengan lesu. Taehyung hanya terkekeh melihat kelakuan kekasihnya itu. Setelah memastikan Yerin masuk dan mengunci pintu kamarnya, baru ia pergi menuju kamarnya bersama Jimin yang terletak di lorong paling ujung.
Yerin menyandarkan tubuhnya dibalik pintu. Ia tersenyum. Taehyung tidak pernah berubah, laki-laki itu sangat menjaganya dengan baik. Mungkin orang diluar sana mengira jika ia dan Taehyung adalah pasangan tidak beres karena jujur saja si Kim itu sering keluar-masuk apartemennya dan menginap disana. Namun, satu hal yang oranglain tidak tahu bahwa Taehyung tidak pernah menyentuhnya lebih dari pelukan dan ciuman. Laki-laki itu begitu menghormatinya dan menjaganya.
Padahal secara pribadi, Yerin tidak mempermasalahkan jika Taehyung meminta hal lebih darinya. Toh, hubungan mereka juga sudah lebih dari satu tahun. Namun, sepertinya laki-laki itu memilki prinsip yang kuat.
-00-
Namjoon dan Hana baru saja kembali dari acara berbelanja mereka. Baru beberapa jam di Daegu pasangan itu sudah banyak membawa kantong belanjaan. Mereka berdua berbelanja seperti tidak ada tempat berbelanja di Seoul.
Saat hendak berbelok, mereka berdua tidak sengaja melihat Hoseok dan seorang perempuan berdiri di depan sebuah pintu kamar. Sepertinya, Hoseok baru saja sampai terbukti dengan dua koper yang tengah ia bawa.
Namjoon dan Hana langsung bersembunyi dibalik pot besar dengan tumbuhan hijau yang cukup tinggi dan rimbun untuk bersembunyi sambil mengintip. Entah beruntung atau memang kebetulan, pasangan ini sering menemukan hal yang tak terduga.
Hana menutup mulutnya tidak percaya. "Oppa, perempuan yang bersama Hoseok itu Ahra, bukan?" bisiknya.
Namjoon menajamkan penglihatannya. "Itu Choi Ahra. Sayang, apa kau tidak tahu jika Hoseok kembali menjalin hubungan dengan Ahra?" tanya nya yang langsung mendapat respon heboh dari istrinya.
Hana menatap wajah suaminya tidak percaya. "Hah? Benarkah? Jiwoo tidak ada menceritakannya padaku. Darimana kau tahu, Oppa?" bisiknya penasaran.
Namjoon mengibas-ngibas tangannya. "Hoseok sendiri yang mengatakannya padaku. Ia sempat curhat padaku sekitar sebulan yang lalu. Ia juga ada memposting fotonya bersama Ahra di akun instagramnya," sahutnya dengan suara berbisik juga.
Hana langsung mengambil ponselnya dan membuka akun instagramnya. Ia mencari akun instagram Hoseok dan benar saja apa yang dikatakan oleh Namjoon. "Daebak! Jung bersaudara memang penuh kejutan," ucapnya takjub.
"Ya! Ya! Oppa, mereka masuk kamar bersama," lanjutnya sambil menepuk lengan suaminya.
Namjoon menegapkan tubuhnya. "Sebentar lagi, pasti kita akan mendapatkan undangan pernikahan lagi." ucapnya yakin yang dibalas anggukan oleh Hana.
Dari arah belakang, Jungkook tampak mengerutkan keningnya ketika melihat Namjoon dan Hana yang berdiri di balik tanaman hias sambil mengintip sesuatu. Gaya pasangan itu terlihat sangat konyol.
"Hyung, Noona. Apa yang kalian berdua lakukan disini?" tanya Jungkook tiba-tiba.
Namjoon dan Hana serempak berteriak kaget. Kerutan didahi Jungkook semakin terlihat. Pasangan aneh pikirnya.
"Ya! Jeon Jungkook, kau membuatku kaget. Tidak ada, kami hanya sedang berdiri disini," sahut Hana dengan senyum aneh sedangkan Namjoon hanya diam.
Jungkook menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Terserah kalian sajalah. Omong-omong, kalian berdua terlihat sangat konyol," ejeknya.
Hana mengangkat tangannya ingin memukul kepala Jungkook. "Aish, anak ini!" ucapnya kesal.
Jungkook menghindar dengan kekehannya. "Hyung, aku akan mengirimkan filenya nanti malam. Aku sudah mengubah sedikit melodinya," ucapnya pada Namjoon dan mengabaikan Hana disampingnya.
Namjoon terlihat tersenyum senang. "Okey... Kirimkan saja, aku akan mendengarnya nanti. Yakin saja, setelah ini kau akan mendapatkan banyak royalti," sahutnya sambil menepuk bahu Jungkook.
Senyum Jungkook langsung mengembang ketika mendengar kata royalti. "Terima kasih, Hyung. Kalau begitu aku pergi dulu. Bye Hyung," pamitnya lalu setelah itu ia berjongkok di depan perut buncit kakaknya. "Bye, Kim baby. Cepat lahir agar kau bisa bermain dengan paman." pamitnya pada calon keponakannya lalu setelah itu ia pergi begitu saja. Ia mengabaikan kakaknya Hana.
Hana menatap sebal Jungkook. "Dasar! Jeon Jungkook! Kau tidak pamit pada Noonamu, hah?" teriaknya kesal.
-00-
Jinri naik keatas ranjang untuk menghampiri Jungkook yang tampak sibuk dengan ponsel dan laptopnya sejak beberapa menit yang lalu. Ia memperhatikan apa yang dikerjakan oleh suaminya itu.
Jinri mengintip layar laptop Jungkook dengan gerakan pelan. "Kau sedang apa?" tanya nya hati-hati. Ia tidak ingin Jungkook terusik dengan suaranya.
Jungkook tidak melepas pandangannya pada layar didepannya namun ia tetap merespon Jinri disampingnya. "Bekerja. Tidurlah duluan jika kau sudah mengantuk," sahutnya.
Jinri mengambil bantal lalu memeluknya. "Aku belum mengantuk. Apa itu sebuah lagu? Apa itu lagu yang sudah rampung? Bisakah aku mendengarnya? Itu lagu tentang apa? Kau mengirimnya untuk Namjoon Oppa?" tanya nya lagi dengan nada yang ingin tahu sekali dan beruntun.
Mendengar pertanyaan Jinri yang beruntun membuat Jungkook tidak bisa menahan senyum gelinya. "Bertanyalah satu-satu, Nyonya Jeon. Aku bingung menjawabnya," protesnya.
Jinri mengerucutkan bibirnya dengan lucu. "Jika aku bertanya satu-satu itu memakan waktu lama." cicitnya.
Kerutan didahi Jungkook terlihat samar. Ia masih fokus dengan pekerjaannya dan ia juga harus menjawab pertanyaan beruntun Jinri disampingnya. Setelah proses pengiriman beberapa file lagunya sudah selesai, baru ia menutup laptopnya dan mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Jinri yang masih menunggu jawaban.
"Aku mengirim beberapa lagu untuk Namjoon Hyung untuk project baru perusahaannya. Ini sejenis lagu ballad. Jika Namjoon Hyung meloloskan laguku. Kau bisa mendengarnya," Jungkook menjawab pertanyaan Jinri dengan lengkap.
Jinri tampak menganggukkan kepalanya namun dari sorot matanya terlihat masih banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan. "Kenapa harus menunggu lagumu lolos dulu?" tanya nya lagi.
Jungkook tampak berpikir sejenak. "Itu memang sudah aturannya." jawabnya singkat.
Seperti tidak percaya dengan jawaban Jungkook, Jinri memicingkan matanya mencoba membaca raut wajah suaminya itu. Ia tahu itu pasti hanya alasan Jungkook. Laki-laki itu memang tidak mau repot-repot menunjukkan karyanya pada Jinri.
Sejauh ini, Jinri hanya mengetahui Jungkook bekerja sebagai Songwriter freelance dan ia sempat mendengar Jungkook juga sekali-kali ikut mencomposer lagu bersama Namjoon dan Yoongi. Namun, ia tidak tahu dan tidak pernah mendengar bagaimana lagu yang dibuat oleh Jungkook.
Jungkook memiliki banyak pekerjaan freelance. Ia juga bekerja sebagai pelatih dance di Studio Dance milik Hoseok. Karena pekerjaannya itu, Jungkook bisa membiayai sekolahnya sendiri. Jinri tidak tahu pasti berapa uang yang didapat Jungkook dari pekerjaan-pekerjaannya itu, tapi sekarang laki-laki itu bahkan rutin mentransfer uang bulanan ke rekeningnya.
Orangtua mereka memang masih rutin mengirimkan uang untuk keperluan mereka berdua, mengingat Jungkook maupun Jinri masih berkuliah. Tapi, Jungkook sepertinya tidak nyaman dengan hal itu. Ia tahu dan paham dengan tanggung jawabnya. Mungkin itu adalah alasan kenapa Jungkook rutin mentransfer uang bulanan kerekening Jinri .
Jungkook mengibas-ngibas telapak tangannya didepan wajah Jinri. "Jinri-ya, kau melamun?" tanya nya.
Jinri tampak terkejut, ia mengerjap beberapa kali. "Hah? Aku tidak melamun, hanya sedang memikirkan sesuatu," responnya dengan senyum kikuk.
Malas memperpanjang hal itu. Jungkook hanya menganggukkan kepalanya. "Kau tahu, saat kami berkumpul tadi. Aku baru sekali itu melihat Yoongi Hyung terlihat sangat bahagia," ia mengubah topik pembicaraan dengan memulai ceritanya tentang Yoongi.
Jinri cukup lega ketika Jungkook langsung mengubah topik pembicaraan dan memilih tidak bertanya apa yang sedang ia pikirkan. Ia mengubah sedikit posisi duduknya menjadi senyaman mungkin. "Hmm... Tentu saja Yoongi Oppa sangat bahagia. Ia akan segera memiliki hidup yang baru," sahut Jinri dengan senyum tipis.
Mengiyakan perkataan Jinri, Jungkook tampak menganggukkan kepalanya. "Iya, aku ikut bahagia melihatnya. Jiwoo Noona sangat beruntung mendapatkan pasangan seperti Yoongi Hyung. Hyung memang terlihat menyebalkan, kaku dan seperti tidak bisa diandalkan. Tapi, selama kami berteman. Ia adalah salah satu Hyung yang sangat bijaksana dan perhatian pada kami. Yoongi Hyung seperti seorang kakek untuk kami," ceritanya mencoba menerawang kembali kenangannya bersama Yoongi.
Jinri tersenyum. Ia senang bisa mendengar Jungkook bercerita dan secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya pada teman-temannya itu. "Awalnya aku tidak percaya jika kalian bertujuh berteman sangat dekat. Aku pikir persahabatan kalian itu unik karena memiliki perbedaan generasi," kekehnya.
Jungkook ikut terkekeh. "Hmm... Tapi itulah yang membuat kami semakin dekat dan saling memahami." sahutnya.
Mereka berdua kembali terdiam. Jinri sudah mengubah kembali posisinya menjadi bersandar pada Headbed sedangkan Jungkook mengecek ponselnya. Namjoon mengirimkan pesan bahwa file yang Jungkook kirim sudah ia terima.
Jungkook akhirnya menyusul Jinri namun ia lebih memilih berbaring ketimbang bersandar. Ia menatap langit-langit.
"Bagaimana perasaanmu saat acara pernikahan kita dulu?" tanya Jungkook memecah keheningan.
Jinri refleks menoleh ketika mendengar pertanyaan Jungkook. Ia tidak langsung menjawab sampai Jungkook menatapnya untuk menuntut jawaban. "Aku membenci perasaanku waktu itu. Rasanya tidak karuan. Aku gugup dan takut," jawabnya dengan tatapan menerawang ke depan.
"Bagaimana denganmu, Jungkook-ah? Apa yang kau rasakan dan pikirkan saat kau berada dialtar pernikahan?" lanjutnya. Jinri sebenernya sangat penasaran sampai saat ini. Ia ingat betul jika Jungkook terlihat tenang-tenang saja saat mereka di gereja untuk pemberkatan.
Jungkook melipat kedua tangannya di belakang kepalanya. "Awalnya aku sangat gugup dan tidak bisa memikirkan hal apapun," ia memberi jeda pada perkataannya. "Namun, saat kau datang dan berdiri disampingku. Hal yang kupikirkan hanya kau. Kau sangat cantik saat itu," ungkapnya jujur.
Jinri secara tidak sadar menahan napasnya ketika mendengar pengakuan Jungkook. Jantungnya pun mulai memberi reaksi berlebihan namun ia berusaha menutupnya dengan bersikap biasa saja. "Y⎯Ya! Kau berkata seperti itu agar aku tidak kecewa saja, kan? Aku tahu perasaanmu sesungguhnya. Kau membenciku saat itu," sahutnya dengan kekehan canggung.
Jungkook menolehkan kepalanya lalu menatap Jinri yang kini tampak mulai salah tingkah. "Sebenarnya, aku tidak sepenuhnya membencimu dulu," ucapnya lalu kembali mengalihkan tatapannya kearah lain.
Jinri tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Apa Jungkook benar-benar tengah jujur padanya atau hanya sedang mempermainkannya. "Itu tidak mungkin. Kau selalu menggangguku saat itu karena kau membenciku, bukan?" sanggahnya.
Jungkook menarik tangan Jinri agar ikut berbaring dengannya. "Berbaringlah disini," pintanya.
Jinri menuruti apa yang dikatakan Jungkook. Ia ikut berbaring disamping laki-laki itu, kini posisi mereka menjadi saling berhadapan dengan lengan Jungkook sebagai bantalan kepalanya.
"Jangan suka menyimpulkan sesuatu hanya dengan melihat satu sisi. Aku mengganggumu bukan karena aku membencimu," jelasnya.
Jinri memicingkan matanya. "Begitukah? Lalu apa alasanmu selalu menggangguku?" tanya nya dengan nada bicara terdengar belum percaya.
Senyum jahilnya mengembang. "Untuk bersenang-senang," sahutnya dengan santai.
Jinri mengerucutkan bibirnya. "Sudah aku duga." gumamnya sebal.
Tanpa Jinri sadari sebenanya, senyum Jungkook memiliki arti yang lain. Menurut pandangan Jinri mungkin Jungkook terlihat seperti tengah mempermainkannya. Namun, sebenarnya apa yang dikatakan laki-laki itu tentang perasaannya adalah benar. Hanya saja Jungkook mencoba menutupi hal itu dengan candaan pada akhirnya.
Jungkook memukul pelan kepala Jinri dengan jarinya. "Tidak usah dipikirkan lagi. Itu dulu, sekarang situasinya sudah berbeda," ucapnya dengan gemas.
Perkataan Jungkook memang ada benarnya, situasinya sudah berbeda sekarang. Namun, tetap saja ada sesuatu yang masih mengganjal dihati Jinri tentang isi pikiran Jungkook yang sebenarnya.
"Jungkook-ah, apa dulu setelah menikah, kau ada berpikir untuk berpisah denganku? Mungkin dalam rentan waktu satu atau dua tahun mungkin?" pertanyaannya itu membuat dahi Jungkook berkerut.
Inilah akibat dari menonton drama pikirnya. Drama telah meracuni isi pikiran wanita itu.
Jungkook mengambil napas. "Tidak. Bagiku pernikahan itu sekali seumur hidup," jawabnya tegas.
Jinri memundurkan kepalanya untuk melihat wajah Jungkook. Pandangannya menyelam jauh mencoba mencari kesungguhan dari perkataan suaminya itu. Namun, sayangnya Jinri tidak menemukan apa-apa dari raut wajah laki-laki itu. Jungkook untuk sekali lagi menyembunyikan raut wajahnya yang sebenarnya.
"Lalu apa yang membuatmu memutuskan untuk menerima pernikahan kita? Jika kau berpikir pernikahan hanya sekali seumur hidup, sebenarnya kau harus menikah dengan wanita yang kau cintai," sanggahnya.
Sebenarnya, Jungkook sangat malas membahas hal seperti ini karena menyangkut pautkan tentang perasaan. Sudah menjadi rahasia umum jika Jungkook bukanlah orang yang pintar dalam hal mengungkapkan perasaannya secara langsung. Butuh waktu lama baginya untuk jujur pada perasaannya sendiri.
"Ku pikir itu semua karena sebenarnya kita memang berjodoh." jawabnya singkat.
Jabawan Jungkook memang terkesan singkat dan terdengar seperti tidak niat dalam menjawab. Namun, Jinri dapat menangkap raut yang berbeda dari wajah laki-laki itu. Ada rasa yang tak ia pahami kini membucah dihatinya. Jawaban singkat itu berhasil membuat Jinri terdiam.
Tanpa diduga, Jinri langsung beringsut memeluk Jungkook yang langsung dibalas oleh laki-laki itu. "Hmm... Ku pikir juga begitu," gumamnya dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya itu, menghirup wanginya dengan dalam-dalam. Wangi yang akhirnya membuatnya kecanduan.
"Omong-omong kau belum membayar hutangmu padaku," suara Jungkook memecah keheningan diantara mereka.
Jinri menjauhkan kepalanya dari dada Jungkook dengan kerutan didahi. "Aku tidak ada berhutang apapun padamu," sahutnya cepat. Namun, beberapa detik kemudian raut wajah wanita itu berubah, ia menelan air ludahnya lamat-lamat. "Atau ada?" cicitnya takut-takut.
Jungkook mengambil tangan wanitanya itu, mengecup punggung tangan Jinri dengan lembut. "Aku menagihnya, Nyonya Jeon." ucapnya dengan tatapan yang tak akan bisa Jinri elak lagi.
-00-
Hari ini adalah dimana Yoongi dan Jiwoo mengucapkan janji setia mereka dalam ikatan pernikahan di hadapan Tuhan. Acara pemberkatannya diadakan disebuah gereja kecil yang menurut cerita adalah tempat awal bertemunya pasangan Min itu dua tahun yang lalu.
Setelah selesai upacara pemberkatan, acara pesta pernikahan dilanjutkan di salah satu aula hotel milik keluarga Park. Pesta pernikahan yang diadakan secara tertutup ini hanya mengundang kenalan dekat dan keluarga kedua mempelai. Yoongi dan Jiwoo ternyata hanya menyediakan 200 ratus undangan saja.
Walaupun tamu undangan tidak sebanyak seperti acara pernikahan biasanya, pesta pernikahan pasangan ini tetap terasa meriah dan menjadi reuni antar kerabat.
Yoongi dan Jiwoo sudah sejak tadi berkeliling menyapa para tamu, dan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menghampiri teman-teman mereka.
Yoongi duduk sambil menghela napas lelah. "Apa kalian semua sudah makan?" tanya nya. Mungkin karena suasana hatinya sedang bahagia, ia tidak gengsi mengeluarkan perhatiannya kali ini didepan teman-temannya.
Seokjin yang paling tua diantara teman-temannya itu berinisiatif lebih dulu menjawab. "Sudah. Hanya pasangan Kim disana saja yang belum puas mencoba semua menu makanan," ia menunjuk Hana dan Namjoon yang masih asyik mencoba makanan. Mereka berdua bahkan tampak kompak menilai makanan-makanan itu.
Hoseok menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku yakin semua makanan disana hampir mereka coba," ucapnya. Perkataan Hoseok berhasil membuat yang lain tertawa geli.
Jiwoo tersenyum maklum. "Selera makan wanita hamil itu berbeda. Hana pasti sedang mengidam. Sejak kemarin ia sudah bertanya apa menu makanan hari ini," belanya.
Yoongi yang duduk disampingnya tampak tersenyum miring. "Tapi, tampaknya Namjoon juga tengah mengidam." celetuknya yang langsung mengundang tawa.
Hana dan Namjoon tidak sadar jika teman-teman mereka tengah memperhatikan mereka berdua yang tengah asyik dengan kegiatan mencicipi semua menu makanan. Awalnya, Namjoon hanya menemani Hana, istrinya itu sejak mereka datang sudah memandang ke arah meja makanan. Namun, entah kenapa ia malah terbawa untuk ikut mencoba berbagai macam menu makanan disana. Sejak Hana hamil, pasangan Kim itu memang memiliki suatu obsesi pada makanan. Namjoon bahkan harus merelakan berat badannya ikut naik karena Hana yang selalu mengajaknya wisata kuliner.
Berpindah ke meja selanjutnya, meja kali ini di duduki oleh tiga sekawan yang tengah mengobrol santai. Jungkook, Jimin, dan Taehyung lebih memilih memisahkan diri dari para Hyung mereka demi kenyamanan. Setidaknya itu yang dikatakan Taehyung. Padahal alasannya ingin menjauh karena ia ingin berduaan dengan Yerin. Namun, Jungkook dan Jinri tiba-tiba datang menghampiri mereka dan akhirnya Yerin malah memilih berduaan dengan Jinri. Kedua pasangan sahabat bak perangko itu tengah bergabung dengan Hana dan Namjoon untuk mencicipi makanan.
Tidak sampai disitu, Jimin juga akhirnya ikut bergabung dan jadilah mereka bertiga duduk disatu meja. Jika diperhatikan, mereka bertiga sebenarnya berhasil menjadi pusat perhatian para tamu undangan yang lain. Pesona mereka memang tidak pernah meredup.
Gadis-gadis yang merupakan staff make up artist dan stylist perusahaan milik Namjoon dan merupakan agensi tempat Yoongi bernaung juga diundang di acara pernikahan ini. Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan mereka pada Jungkook, Jimin maupun Taehyung. Sosok ketiga laki-laki itu bak pangeran di tengah pesta.
Yerin menyenggol Jinri yang tengah menikmati desert disampingnya. "Jinri-ya, coba kau perhatikan para gadis-gadis yang memakai gaun kurang bahan itu. Mereka memperhatikan Jeon Jungkook," bisiknya.
Jinri terlihat biasa-biasa saja, karena Jungkook sepertinya tidak memperdulikan para gadis-gadis yang menatapnya genit. "Mereka juga memperhatikana Taehyung. Kekasihmu itu bahkan sejak tadi sering melempar senyum pada mereka," ucapnya pada Yerin yang langsung disambut dengan mata membelalak gadis itu.
Yerin menatap geram Taehyung dari jauh. "Sepertinya kita harus berbuat sesuatu," gumamnya.
Jinri menatap Yerin bergidik ngeri. "Jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Sebenarnya, mereka memperhatikan Park Jimin. Kau tahukan, ia tampak sangat tampan hari ini," ia mencoba meralat perkataannya. Jinri hanya takut Yerin tiba-tiba melabrak para gadis-gadis itu dan menghancurkan pesta ini.
Namun, sepertinya Jinri salah menduga. Yerin tampak tersenyum setelah menatap kekasihnya dengan tatapan membunuh. "Taehyung Oppa tidak akan berani macam-macam." ucapnya. Ternyata Taehyung sadar dengan tatapan kekasihnya dari kejauhan.
Setelah Taehyung yang berbuat ulah, kali ini malah Jungkook yang tampak mulai melirik para gadis tadi yang kini duduk di meja samping mereka. Bahkan, salah satu diantara para gadis itu tampak berbicara dengan Jungkook dan laki-laki itu menanggapinya.
Jinri memandang dengan wajah cemberut. Bagaimana pun, gadis yang tengah berbicara dengan Jungkook itu terlihat sangat cantik dengan polesan make up yang sempurna dan juga memiliki tubuh yang mampu menggoda setiap laki-laki dipesta ini.
Jungkook, Jimin dan Taehyung sedang membicarakan kegiatan klub mereka ketika suara deheman menginstrupsi perbincangan mereka. Ternyata salah satu gadis yang duduk di meja samping mereka tengah menatap mereka dengan senyum manis. Tidak ada pilihan lain, mereka bertiga juga ikut tersenyum ala kadarnya. Namun, sepertinya para gadis itu salah sangka dengan senyum mereka.
Gadis yang paling cantik diantara kedua temannya itu menopang dagunya. "Apa kalian bertiga sendiri? Aku sejak tadi tidak melihat pasangan kalian," ucapnya basa-basi.
Jungkook tersenyum miring. "Iya... Begitulah," sahutnya. Jimin dan Taehyung hanya bertukar pandang dengan senyum jahil. Gadis ini sepertinya sudah tertipu dengan paras tampan si Jeon itu, ia tidak tahu bagaimana Jungkook yang sebenarnya.
Senyum gadis itu mengembang. "Apa kalian bertiga ingin bergabung malam ini? Kami sedang membuat acara kencan buta di salah satu bar. Jika kalian ingin, aku akan memberi alamatnya," undangnya dengan gerak-gerik yang terlihat menggoda.
Sudut bibir Jungkook mulai membentuk seringain tipis. "Jika kami ikut, apa yang akan kami dapatkan?" tanya nya. Jimin tampak melirik Jungkook, ia tersenyum geli. Taehyung hanya menyimak, membiarkan Jungkook menikmati acara main-mainnya terlebih dulu.
Para gadis itu tampak senang ketika mendengar respon Jungkook. Mereka tidak menyangka para laki-laki didepan mereka ini sangat mudah untuk digoda. "Tentu saja, kalian bisa mendapatkan apapun yang kalian mau." sahutnya kali ini dengan senyum penuh arti.
Kencan buta yang dimaksud oleh gadis itu bukanlah kencan buta seperti biasanya. Mereka hanya menyebutnya seperti itu hanya untuk kiasan semata. Jungkook paham apa yang dimaksud oleh para gadis-gadis itu yang ia kenal sebagai staff stylist di perusahaan kakak iparnya Namjoon. Tapi, tampaknya mereka tidak mengenalnya. Jimin dan Taehyung sejak tadi juga sudah terlihat bisa menangkap apa maksud dari ajakan para gadis itu. Kencan buta yang biasanya dapat berujung menjadi one night stand.
Mereka bertiga tampak tersenyum dengan saling memberi kode. "Ah... Begitu. Tawaran kalian terdengar boleh juga," kali ini Taehyung yang bersuara. "Namun, sepertinya kami tidak bisa."
Gadis yang memakai gaun berwarna biru tua, yang sejak tadi hanya memilih diam dan sepertinya tertarik dengan Taehyung terlihat mulai membuka mulutnya. "Kenapa? Apa kalian sibuk malam ini? Kita bisa saja memundurkan jadwalnya jika kalian tidak bisa malam ini," sahutnya yang disambut anggukan oleh kedua temannya.
Taehyung pura-pura mendesah berat. "Anak dan istriku pasti akan kecewa jika aku membatalkan acara jalan-jalan kami berkeliling kota Daegu malam ini. Kami lama tidak berlibur bersama. Kalian tidak akan paham bagaimana rasanya menjadi suami sekaligus menjadi ayah 4 anak sepertiku ini. Ah... Maaf jika aku tidak bisa ikut," jelasnya panjang lebar dengan wajah pura-pura menyesal. Para gadis itu menatapnya dengan pandangan aneh. Apa mereka tidak salah dengar, laki-laki tampan bak model di depan mereka ini sudah menikah dan punya 4 anak.
Jungkook dan Jimin hampir saja mengeluarkan tawa mereka ketika melihat akting Taehyung yang begitu menggelikan. Sekali Taehyung ya tetap Taehyung. Alasannya selalu terdengar aneh.
Pandangan mereka bertiga beralih ke Jimin yang tampak kalem-kalem saja sejak tadi. Mengerti dengan tatapan para gadis itu, Jimin tampak tersenyum. "Aku tidak tertarik dengan wanita," sahutnya tanpa ragu. Sekali lagi, ketiga gadis itu melempar pandangan aneh.
Tinggal Jungkook yang belum mengeluarkan alasannya menolak. Laki-laki itu tampak tenang-tenang saja dikursinya yang sebenarnya tengah menahan tawa karena kelakuan tak terduga kedua sahabatnya itu.
Gadis pertama yang mengajak mereka tampak menatap Jungkook dengan harap-harap. Sejak tadi, ia sangat tertarik dengan Jungkook. Ia berharap laki-laki itu berubah pikiran dan menerima undangannya.
"Well, sebenarnya, aku tidak ingin membuat kalian kecewa. Seperti yang dikatakan temanku, aku pun tidak bisa," ucapnya dengan senyum singkat.
Gadis itu tampak kecewa. "Kenapa? Apa kau juga tidak tertarik pada wanita? Atau kau juga memiliki janji dengan keluargamu?" tanya nya.
Jungkook menunjuk cincin pernikahan di jari kirinya. "Aku sudah menikah, Nona. Pria yang sudah menikah tidak melakukan kencan buta lagi. Sepertinya kalian salah orang kali ini." sahutnya dengan senyum puas di bibirnya.
Para gadis itu paham, sejak awal ketiga laki-laki ini tengah mempermainkan mereka. Mereka yakin, ketiga laki-laki itu hanya membohongi mereka. Siapa yang menyangka para laki-laki tampan didepan mereka ini cukup sombong, tidak sesuai dengan tampang baik-baik mereka.
Tidak lama kemudian, Jinri dan Yerin tampak datang dengan lenggok anggun mereka. Jinri yang cantik dengan gaun berwarna hitam pas badan dengan model V neck yang terlihat cocok dengan kulit putih susu miliknya.
Jinri menghampiri Jungkook, ia dengan sengaja menjatuhkan tangannya di sekitar leher Jungkook, dengan gerakan tak terduga ia membelai leher laki-laki itu lalu turun secara perlahan ke bahu.
Gerakannya itu hanya seperkian detik namun memberi reaksi yang berbeda pada Jungkook. Jinri jarang melakukan hal ini padanya. Ada raut kebingungan dari wajah laki-laki itu sampai Jinri membisikkan sesuatu padanya.
Jinri mendekatkan mulutnya di telinga Jungkook. "Kau mencoba menggoda wanita lain saat aku tidak ada, bukan?" bisiknya.
Jungkook tersenyum. Ia menelusupkan tangannya pada pinggang istrinya itu lalu meremasnya pelan. "Kau cemburu, Nyonya Jeon?"tanyanya ikut berbisik.
Jinri tidak menjawab, ia tampak menggeliat mencoba melepas tangan Jungkook dipinggangnya. Namun, laki-laki itu tidak memperdulikan hal itu, Jungkook malah semakin merapatkan tubuh Jinri kearahnya.
Dari arah meja disamping mereka, gadis yang sempat mengincar Jungkook tadi tampak menatap pasangan Jeon itu dengan tatapan kesal. Ia mendengus lalu pergi meninggalkan kedua temannya. Sepertinya, ia tidak beruntung hari ini. Padahal laki-laki incarannya itu merupakan type yang ia cari selama ini.
-00-
Wonwoo menggandeng Yuri disampingnya dengan sekali-kali menyapa orang yang kebetulan ia kenal. Yuri disampingnya tampak beberapa kali mendengus.
"Kenapa kau mengajakku ke acara tidak penting seperti ini, sialan?" bisiknya dengan kesal.
Wonwoo hanya tersenyum mendengar perkataan kasar dari wanita disampingnya ini. "Bersantailah sedikit, Nona. Acara ini cukup penting untukku, bagaimanapun aku harus memberi selamat untuk teman lamaku." sahutnya dengan santai.
Baru beberapa langkah, Yuri kembali menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam kearah depan. "Apa ini salah satu tujuanmu mengajakku kesini?" tanya nya dengan nada yang terdengar tidak bersahabatan sama sekali.
Wonwoo mengikuti arah pandang Yuri. Ia tertawa hambar. "Apa ini terlihat seperti tujuanku? Aku tidak pernah suka, jika kau kembali bertemu dengannya," jawabnya dengan nada sinis.
Senyum meremehkan tersungging dibibir wanita Kwon itu. "Kau egosi, Tuan," ejeknya.
Wonwoo hanya tersenyum miring. "Sekali ini, aku persilahkan kau menyapa pria masa lalumu itu. Anggap saja itu hadiah karena kepatuhanmu, Nona Kwon," ucapnya dengan tatapan tajamnya.
Yuri mengepal tangannya. "Jangan asal bicara. Ia tidak akan pernah menjadi masa laluku, suatu saat ia akan kembali menjadi masa depanku," geramnya pada laki-laki disampingnya ini.
Raut wajah meremehkan terpampang jelas dibawah laki-laki tampan itu. "Kita lihat saja nanti." sahutnya dengan seringain tipis lalu pergi meninggalkan Yuri dengan langkah angkuhnya.
Kini, terlihat di meja yang diduduki oleh Jungkook dan Jinri begitu ramai karena candaan Taehyung dan Seokjin. Kedua kakak beradik itu tahu bagaimana cara nya membuat lelucoan aneh.
Sepeninggal Yoongi dan Jiwoo yang kini menghampiri meja keluarga mereka untuk menyapa kerabat mereka yang baru saja datang, Seokjin dan Sena akhirnya ikut berkumpul di meja adik-adik mereka. Hana dan Namjoon juga ikut berkumpul setelah puas mencicipi makanan. Hoseok entah pergi kemana bersama Ahra. Sepasang kekasih itu baru saja dimabuk cinta setelah berpisah selama 9 tahun. Jadi, maklum saja pasangan itu tiba-tiba menghilang ditengah pesta.
Namun, suasana ramai itu tidak bertahan lama ketika tiba-tiba Yuri melenggang menghampiri mereka dengan senyum anggunnya. Ia menyapa Jungkook dengan tidak terduga.
Wanita itu memeluk Jungkook sekilas lalu mempertemukan pipinya dengan pipi laki-laki itu. "Kita bertemu lagi rupanya, Jungkook-ah. Padahal baru kemarin kita bertemu," ucapnya dengan suara yang sengaja dibuat lantang.
Jungkook tampak masih terkejut dengan sikap wanita itu. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya nya terdengar tidak senang sama sekali.
Yuri mengusap bahu Jungkook dengan lembut. "Aku diundang ke acara ini." sahutnya dengan senyum manisnya.
Semua orang yang duduk di meja itu terlihat cengo bercampur khawatir pada Jinri yang tampak hanya diam dengan wajah terlihat sama sekali tidak sehat. Hana hampir saja berdiri ingin menghampiri Yuri yang terlihat sengaja menggoda Jungkook didepan Jinri. Untung saja Namjoon sempat menahan istrinya itu. Sejak dulu, Hana memang membenci wanita Kwon itu.
Jinri bangkit dari tempat duduknya. "Aku permisi sebentar." pamitnya lalu melangkah cepat meninggalkan tempat duduknya.
Yerin ingin menyusul, namun Taehyung yang duduk disampingnya memberi kode untuk tidak ikut campur dalam masalah ini. Mungkin, Jinri pergi untuk menenangkan hatinya. Semua mata kini tertuju pada Jungkook dan Yuri sekarang dengan pandangan menghakimi. Tepatnya pandangan itu lebih banyak dilemparkan pada Jungkook.
Setelah Yuri pergi, Hana lah orang pertama yang tidak bisa menahan amarahnya. "Jadi, kau masih berhubungan dengannya? Kau masih bertemu dengannya? Dimana otakmu, Jeon Jungkook! Aku akan memberitahukan pada Appa dan Eomma kelakuanmu ini," bentaknya pada adik semata wayangnya itu. Namjoon tampak menahan istrinya itu sambil menenangkannya.
Jungkook mendesah dengan berat. "Aku tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengannya. Aku juga tidak tahu kenapa ia tiba-tiba bersikap seperti itu padaku, Noona," jelasnya dengan frustasi.
Hana melepas tangan Namjoon dari bahunya. "Jelaskan itu pada Jinri. Kau baru saja melukai perasaannya. Kejar dia dan minta maaf padanya sebelum aku yang menghajarmu." ancamnya yang langsung mendapat tatapan penuh peringatan dari suaminya.
"Kim Hana, jaga ucapanmu. Kau sedang mengandung, tidak baik berkata kasar seperti itu." peringat Namjoon dengan tegas yang berhasil membuat Hana bungkam seketika.
Jungkook bangkit dari tempat duduknya lalu pergi untuk mengejar Jinri. Mereka tampak tidak nyaman dengan kejadian barusan. Bahkan tidak ada yang membuka suara setelah itu. Mereka tentu saja memikirkan Jinri. Perasaan wanita itu pasti sangat terluka.
-00-
Jinri mencuci wajahnya tidak peduli dengan riasannya akan luntur setelah ini. Ia mencoba untuk tidak menangis namun tanpa persetujuannya air matanya selalu jatuh membasahi pipinya. Setelah mencuci wajahnya beberapa kali, barulah Jinri dapat mengontrol air matanya.
Ia sudah tidak menangis namun rasa sakit itu semakin menghujam dan merobek jantungnya. Rasanya seolah-olah pisau tak kasat mata secara perlahan-lahan membuat luka dihatinya.
Jinri baru saja menenangkan hatinya namun sang takdir sepertinya belum puas bermain-main dengannya. Yuri tiba-tiba datang, wanita itu berdiri disamping Jinri. Ia bersikap seolah-olah seperi tidak terjadi apa-apa. Wanita itu dengan tenang memoles lipstik merahnya di depan cermin.
Setelah selesai merapikan riasannya. Ia menatap wajah Jinri dipantulan cermin dengan senyum angkuhnya.
"Sekarang kita seri, Shin Jinri-ssi," ucapnya dengan seringaian puas.
Jinri membalas senyum Yuri dengan tidak kalah sinisnya. "Kata siapa kita seri, Kwon Yuri-ssi? Kau tetap masih nol besar dan akan tetap seperti itu," balasnya.
Yuri tetap mempertahankan senyum sinisnya walaupun dalam hati ia cukup terkejut dengan jawaban berani dari wanita disampingnya ini. "Silahkan jika kau ingin menyimpulkannya seperti itu. Sekarang, aku masih memberimu kesempatan untuk berbahagia sebelum aku merebutnya darimu," ucapnya terdengar puas.
"Kebahagian yang kau rasakan sekarang tidak akan bertahan lama. Tunggu saja hari dimana aku akan mengambil posisiku kembali." lanjutnya. Yuri mengambil tasnya lalu melenggang pergi dengan seringaian puas. Entah apa yang direncakan Yuri kali ini.
-TBC-
Jangan lupa komentar dan votenya ya ^^
Terima kasih dan selamat membaca 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top