Chapter 33

Sungjae dan Ilhoon yang membawa Jinri dalam gendongannya berhasil menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor yang mereka lewati. Banyak bisik-bisik penasaran yang terdengar. Ada juga yang berusaha untuk bertanya namun tidak diindahkan oleh Sungjae maupun Ilhoon. Mereka berdua tampak terburu-buru menuju ruang kesehatan.

"Ya! Ya! Awas! Jangan menghalangi jalan kami. Ini darurat." Teriak Sunjae dengan panik.

Sungjae cukup risih dengan pandangan orang-orang pada mereka dan ramainya koridor membuat ia terpaksa meneriaki siapapun yang menghalangi jalan mereka. Ilhoon di sampingnya sejak tadi tidak bersuara sedikitpun. Wajah laki-laki itu tampak khawatir. Tentu saja ia khawatir, keadaan Jinri tidak baik-baik saja. Wajah wanita itu sangat pucat dan tubuhnya juga terasa dingin.

Sungjae membuka pintu ruang kesehatan dengan setengah mendobrak hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

"Dokter! Dokter! Tolong!" untuk sekali lagi Sungjae berteriak dengan hebohnya.

Dokter Song yang tengah menerima panggilan terlihat terkejut mendengar suara pintu yang di dobrak dan teriakan Sungjae yang memenuhi ruangan tersebut.

Dokter Song langsung bangkit dari kursinya dengan terburu-buru. "Ada apa? Apa ada yang terluka?" tanya nya langsung.

Sungjae menunjuk Ilhoon yang tengah merebahkan tubuh Jinri di atas ranjang pasien. "Shin...Shin Jinri pingsan," hanya itu yang bisa ia katakan dengan napas yang tersengal-sengal.

Dokter Song mencoba menenangkan Sungjae yang tampak tersengal-sengal. "Sungjae-ya, tenangkan dirimu, okey? Aku akan memeriksanya. Kalian berdua bisa duduk disana," ucapnya lalu menunjuk kursi di sudut ruangan.

Ilhoon masih belum bersuara. Ia menarik Sungjae yang hampir ingin pingsan itu untuk duduk. Memang sejak tadi yang terlihat cukup tenang hanya Ilhoon, Sungjae sejak mereka menemukan Jinri pingsan sudah mengeluarkan kepanikan luar biasa. Salah-salah Dokter Song akan mengurus satu orang pingsan lagi jika ia tidak membawa Sungjae duduk untuk mengambil napas.

Dokter Song menarik tirai yang mengelilingi ranjang pasien dan menutupnya. Ia mulai memeriksa keadaan Jinri yang terlihat semakin pucat. Menurut perkiraannya Jinri sudah cukup lama pingsan. Untung saja Ilhoon dan Sungjae sigap membawanya kesini.

Beberapa menit kemudian, Dokter Song keluar dari tirai dan langsung di serbu oleh Ilhoon dan Sungjae.

"Bagaimana keadaannya?" Ilhoon yang terlebih dulu bertanya dengan wajah khawatir.

Dokter Song tersenyum. "Tidak usah khawatir. Sekarang ia baik-baik saja. Ia hanya kelelahan. Aku sudah memasang infus. Jika infusnya sudah habis, ia bisa pulang." ucapnya sambil mengibas-ngibas tangannya dengan santai.

Ilhoon maupun Sungjae tampak sama-sama bernapas lega. Setidaknya tidak ada hal yang serius yang terjadi pada Jinri.

Dokter Song kembali duduk di kursinya sambil menopang dagunya dengan tangannya. "Kenapa ia bisa pingsan dan bersama kalian?" tanya nya dengan sorot mata curiga.

Sungjae langsung dengan cepat menjawab. "Kami menemukannya pingsan di ruang musik," sahutnya.

Dokter dengan paras cantik itu tampak menganggukkan kepalanya paham. "Aneh. Kenapa ia bisa pingsan di ruang musik," gumamnya pada dirinya sendiri.

"Hmm... Kalian berdua bisa pergi jika ada urusan lain. Aku bisa menunggunya sampai siuman. Dan... Ah... Apa kalian bisa menghubungi Jeon Jungkook? Ia harus mengetahui keadaan kekasihnya sekarang," ucap Dokter Song dengan senyum manisnya namun matanya terang-terangan menatap Ilhoon yang tampak juga tengah menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

Sungjae dengan hati-hati melirik Ilhoon disampingnya. "Jeon Jungkook? Ah... Iya tentu saja. Kalau begitu aku... Ah... Maksudku... Kami akan mengabarkan hal ini untuknya. Kami permisi. Terima kasih, Dokter Song." Sahutnya dengan senyum tidak enak. Ia dengan cepat menarik Ilhoon yang kembali tidak bersuara.

-00-

Jungkook berjalan dengan terburu-buru menuju ruang kepanitian dengan beberapa kertas di tangannya. Ia baru saja selesai mengurus spanduk yang tiba-tiba roboh hingga memakan korban. Ia juga harus mengantar kedua orang yang terkena robohnya spanduk itu ke rumah sakit. Setelah ini ia pastikan akan mengadakan evaluasi pada semua koordinator dan anggota-anggotanya. Mereka sudah sangat teledor. Satu koordinator melakukan kesalahan hari ini, bisa saja besok koordinator lain melakukan kesalahan yang lebih parah lagi. Karena itu ia akan melakukan evaluasi yang cukup keras hari ini tidak terkecuali sedikitpun.

Ia langsung menuju mejanya lalu meraba saku celana dan jaketnya seperti mencari sesuatu. Ia juga tampak membuka tasnya dan membokar isi mejanya. Taehyung yang sejak selalu mengekori Jungkook tampak bingung.

Taehyung menghampiri Jungkook yang kali ini membongkar laci meja nya. "Apa yang kau cari?" tanya nya.

Jungkook menghentikan kegiatannya. "Apa kau ada melihatku memegang ponselku tadi atau melihat dimana aku menyimpan ponselku?" tanya nya. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya di kursi dengan kerutan didahinya.

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Sejak tadi aku tidak melihatmu memegang ponselmu. Coba kau ingat lagi dimana terakhir kau menyimpannya." sahutnya.

Jungkook mencoba mengingat-ingat terakhir kali ia memegang ponselnya. Jika ia tidak salah ingat, beberapa jam yang lalu ia duduk disini untuk menghubungi Jinri. Bobby datang tiba-tiba memberitahunya jika spanduk di gerbang roboh. Dan...

Laki-laki itu menjentik jarinya. "Aku sepertinya tidak sengaja meninggalkan ponselku di atas meja," ucapnya sambil melihat seisi mejanya.

Taehyung ikut membongkar isi meja sahabatnya itu yang dipenuhi tumpukan kertas. "Kau yakin meninggalkannya disini?" tanya nya dengan dahi yang ikut berkerut.

Jungkook menganggukkan kepalanya pelan. "Aku yakin." sahutnya singkat.

Lelah mencari di tumpukan kertas yang begitu banyak itu. Akhirnya, Taehyung mengeluarkan ponselnya. Salah satu cara ampuh adalah menghubungi ponsel Jungkook. Jika ponsel itu ada di ruangan ini maka benda itu akan mengeluarkan suara dengan begitu mereka akan mudah mencarinya.

Belum sempat Taehyung menghubungi ponsel Jungkook, ponselnya lebih dulu berdering. Kekasihnya Yerin menghubunginya. Ia langsung mengangkatnya tanpa pikir panjang.

"Hmm... Sayang, ada apa?"

"Jungkook? Ya... Ia ada bersamaku."

Taehyung melirik Jungkook. Jungkook tampak mengalihkan perhatiannya ketika mendengar namanya disebut oleh Taehyung.

Taehyung masih berbicara di ponselnya. Ekspresi laki-laki itu tampak berubah. Ia sekali lagi melirik Jungkook.

"Okey. Tenangkan dirimu. Aku dan Jungkook akan kesana."

Taehyung menutup panggilannya. Ia menatap Jungkook dengan raut wajah khawatir. "Kau harus ke ruang kesehatan sekarang. Jinri tidak sadarkan diri." ucapnya.

Jungkook langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia menatap wajah Taehyung dengan pandangan tidak percaya. "Apa maksudmu?" tanya nya dengan ragu.

Taehyung mengusap wajahnya. "Jinri ditemukan tidak sadarkan diri di ruang musik. Sekarang, ia masih di rawat di ruang kesehatan. Yerin mengatakan Jinri terkunci di ruang musik." Jelasnya.

Jungkook langsung melangkahkan kakinya keluar ketika mendengar perjelasan Taehyung. Ia bahkan tidak mengubris panggilan sahabatnya itu. Sekarang, yanga ada dipikirannya hanya ada Jinri.

Jantungnya bahkan terasa berdetak dengan cepat. Raut khawatir terlihat jelas di paras tampannya itu. Ia tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu yang serius pada Jinri.

-00-

Sungjae berusaha menarik Ilhoon untuk pergi dari depan ruang kesehatan. Namun, laki-laki itu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Entah apa yang dipikirkan oleh Ilhoon sekarang. Sungjae tidak ingin tahu, yang ia khawatirkan jika Jungkook datang dan melihat mereka. Maka, kedua orang itu bisa saja bersitegang. Bermasalah dengan Jungkook bukanlah sesuatu yang bagus.

Sungjae hanya takut pada Ilhoon dan Jungkook yang sama-sama memiliki jiwa preman itu mengamuk di sini dan membuat ulah. Ia tahu Ilhoon dan Jungkook tidak pernah akur dalam segala hal apalagi sekarang ini masalah Jinri. Jika mereka bersitegang, Sungjae berniat untuk tidak ikut campur dan memilih untuk pergi. Ia tidak ingin namanya terseret. Ayahnya akan membunuhnya jika ada namanya di daftar mahasiswa bermasalah lagi.

Saat Sungjae masih mencoba membawa Ilhoon pergi. Jungkook dan Taehyung datang dari arah kanan mereka. Untung saja Jungkook maupun Taehyung hanya melewati mereka tapi Sungjae sempat melihat Jungkook melirik mereka dengan tatapan yang mengerikan.

Jungkook membuka pintu dengan kasar. Sudah terlihat laki-laki itu sedang marah. Ilhoon tampak tenang-tenang saja di tempatnya. Bibirnya membentuk seringaian tipis ketika menyadari Jungkook meliriknya dengan tatapan penuh kebencian.

Dokter Song langsung menghampiri Jungkook dan Taehyung. "Akhirnya kalian datang. Jinri sudah siuman," ucapnya sambil tersenyum.

Jungkook hanya menganggukkan kepalanya pelan tanpa menatap Dokter Song. Hanya Taehyung yang menyahut apa yang dikatakan oleh Dokter Song dan membalas senyum ramah dokter cantik tersebut.

Tatapan Jungkook sejak tadi tertuju pada Jinri yang tengah berbicara dengan Yerin. Ia melangkahkan kakinya menghampiri wanita itu dengan raut wajah datar. Tidak ada ekspresi yang berarti di tunjukkan oleh Jungkook. Taehyung sebenarnya sejak tadi sudah sadar jika sekarang Jungkook tengah berusaha menekan emosinya. Ia yakin sebentar lagi bocah Jeon itu akan mengamuk.

Jinri berusaha bangun dari posisi tidurnya namun Jungkook dengan cepat menahannya agar tetap dalam posisi tidurnya. "Jangan memaksakan keadaanmu. Istirahatlah lagi." perintahnya dengan nada yang terdengar dingin.

Yerin mundur beberapa langkah berlalu dengan menghampiri Taehyung yang cukup jauh berdiri dari ranjang pasien. Demi Tuhan... Yerin dapat merasakan aura di sekitar Jungkook terlihat sangat menyeramkan. Ia ingin bertanya pada Taehyung namun kekasihnya itu memberi kode padanya untuk diam saja.

Jinri menggigit bibirnya pelan. "Maafkan aku... Tidak seharusnya aku membuatmu khawatir hingga kau meninggalkan pekerjaanmu." cicitnya.

Itu bukanlah kata-kata yang ingin Jungkook dengar. Perkataan Jinri seperti ia bukanlah sesuatu yang berarti. Ia memilih untuk tidak menjawab perkataan wanita itu.

Jinri semakin menggigit keras bibirnya. "Kau marah padaku?" tanya nya dengan pelan.

Jungkook mengalihkan pandangannya. Kini ia menatap Jinri dengan pandangan yang kembali tidak Jinri mengerti. "Aku akan kembali untuk menjemputmu nanti. Yerin akan menemanimu disini," sahutnya tanpa mengubris pertanyaan Jinri barusan.

Jinri memegang tangan kiri Jungkook saat laki-laki itu ingin berbalik. "Kau kenapa? Tidak bisakah kau lebih lama disini?" pintanya.

Jungkook tersenyum membuat Jinri semakin bingung dengan sikap suaminya tersebut. "Kenapa kau tidak menyuruh mantan kekasihmu itu saja untuk menemanimu disini? Kau tahukan aku memiiki banyak pekerjaan hingga kau selalu merasa tidak enak hati karena selalu membuatku khawatir padamu dan meninggalkan pekerjaanku," ucapnya dengan santai. Yerin dan Taehyung terlihat bertungkar pandang dengan pandangan prihatin pada Jinri.

"Dan... Jangan lupa ucapkan terima kasih pada mantan kekasihmu itu karena ia yang menyelamatkanmu dan membawamu kesini, bukan?" lanjutnya lalu menarik tangannya dari genggaman wanita itu lalu pergi.

Dokter Song yang sejak tadi duduk di kursinya tampak menghela napas prihatin. Tempramen Jungkook benar-benar sangat buruk. Laki-laki itu bahkan tidak bersikap lembut sedikitpun pada Jinri yang sekarang masih lemah pasca pingsan. Ia menatap Jinri yang terbaring di ranjang dengan nanar.

Jinri memandang punggung Jungkook yang semakin jauh dan akhirnya menghilang dibalik pintu. Kenapa Jungkook bersikap seperti itu padanya? Itu bukan Jungkook seperti biasanya. Laki-laki itu bahkan meninggalkannya begitu saja.

-00-

Jungkook keluar dari ruang kesehatan disusul oleh Taehyung yang terlihat sedang menerima panggilan. Ilhoon dan Sungjae masih ada di posisi mereka sejak ia datang tadi. Jungkook berusaha mengabaikan tatapan Ilhoon yang terang-terangan menatapnya. Ia melewati Ilhoon dan Sungjae dengan langkah lebar. Tapi akhirnya ia menghentikan langkahnya juga ketika mendengar Ilhoon memanggil namanya. Ia berbalik dan Jungkook dapat melihat seringaian lebar Ilhoon menyapa penglihatannya.

"Kau terlambat kali ini, Jeon. Dimana kau saat Jinri membutuhkanmu? Menjaga milikmu saja kau tidak becus," ucapnya dengan nada mengejek.

Jungkook terlihat langsung tersulut dengan perkataan Ilhoon. "Becus atau tidak itu bukan urusanmu. Sebaiknya kau urusi saja urusanmu sendiri. Ah... Dan... Akan ku pastikan ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menyentuh milikku," sahutnya dengan seringaian berbahaya.

Ilhoon tertawa sinis. "Kau tidak lebih dari seorang pecundang, Jeon Jungkook. Jinri milikmu? Yang benar saja. Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentangnya, " ucapnya tajam.

Jungkook jangan ditanya lagi, laki-laki itu semakin tersulut emosinya. Taehyung mencoba menariknya menjauh namun ia tak bergeming dari tempatnya. "Apa maksudmu?" geramnya.

Ilhoon menghela napas seolah-olah apa yang dikatakannya begitu berat untuk ia katakan. "Kau hanya bisa berbicara, Jeon. Tindakanmu... Apa aku bisa katakan itu nol besar?" Ia mengambil jeda sesaat. "Apa kau tidak sadar jika semua ini adalah karena mu? Jinri terluka karena mu, Jeon. Ah... Kau bahkan mungkin tidak tahu bagaimana orang-orang memperlakukannya disaat kau sibuk dengan urusanmu sendiri," jawabnya semakin memperkeruh keadaan.

Jungkook menarik menarik jaket depan yang digunakan oleh Ilhoon dengan keras. "Tahu apa kau tentang diriku, huh? Apa pekerjaanmu hanya mengurus kehidupan orang lain seperti ini? Sadarlah, Jung Ilhoon Sunbae yang terhormat. Selama ini pecundang terbesar adalah kau. Kau yang meninggalkan Shin Jinri demi wanita lain. Jadi, jangan menyesal jika ia yang sebenarnya milikmu berbalik menjadi milikku." ucapnya dengan geram.

Ilhoon tidak tinggal diam. Ia juga menarik jaket depan yang digunakan oleh Jungkook. "Kau harus menjaga mulut brengsekmu ini, Jeon. Kita lihat saja siapa yang menang. Aku akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Ingat itu." ancamnya lalu mendorong Jungkook dengan cukup keras.

Taehyung tampak menghela napas dengan lelah. Keadaan semakin parah. Jika Jungkook sudah tersulut seperti itu, tidak ada yang bisa menghentikannya. Setelah ini bocah Jeon itu pasti akan mencari sasaran lagi untuk ledakan emosinya. Doa kan saja bukan ia akan menjadi orang tempat amukan Jungkook setelah ini.

Sungjae yang sejak tadi berdiri disamping Taehyung sudah seperti cacing kepanasan. Ia sangat cemas jika Ilhoon dan Jungkook melanjutkan pertengkaran mereka. Namun, sepertinya Sungjae dapat bernapas lega sedikit karena Jungkook lebih dulu terlihat mundur. Baguslah si Jeon itu masih bisa mengendalikan emosinya.

Jungkook mundur satu langkah, ia mengepal tangannya dengan keras berusaha menekan emosinya yang sudah memuncak. Bersyukurlah ia masih mempunyai akal sehat sekarang. Ia tidak mungkin menghajar Ilhoon di depan ruang kesehatan dan yang lebih parahnya di dalam masih ada Jinri. Jungkook tidak ingin membuat keributan dan mengganggu waktu istirahat istrinya. Ia memang kesal pada Jinri namun dibalik itu semua bisa dikatakan Jungkook hampir gila karena rasa khawatirnya.

-00-

Jungkook kini berada di ruang keamanan, laki-laki itu memperhatikan CCTV yang berada di ruang kepanitian. Jimin beberapa menit yang lalu menghubungi mereka jika ia dan Bobby menemukan sesuatu. Bobby tidak sengaja menemukan ponsel Jungkook tergeletak begitu saja di tempat sampah yang tidak jauh dari ruang musik. Sepertinya ada yang sengaja membuang ponsel itu. Hal itu langsung mengundang kecurigaan diantara mereka. Terkuncinya Jinri di ruang musik pasti sudah di rencanakan.

Pada layar terlihat jelas siapa pelaku yang mencuri ponsel Jungkook. Tampaknya orang tersebut lupa jika ruangan kepanitian memiliki fasilitas CCTV. Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi terlihat kesal melihat kelakuan salah satu anggota klubnya.

Jimin memutar kursinya lalu menatap Jungkook. "Gadis gila ini mulai berulah lagi. Aku yakin ia menggunakan ponselmu untuk menjebak Jinri," duganya.

Bobby menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Jimin. "Apa yang akan kau lakukan, Kook? Jujur saja, aku sering mendengar kabar tentang Lee Hayoung. Ia cukup gila saat membully seseorang. Gadis itu tidak akan mundur untuk menyakiti Jinri jika kau tidak bertindak." ucapnya sambil bergidik ngeri ketika menceritakan tabiat gadis Lee itu.

Ekspresi Jungkook kali ini tidak terbaca. Tidak ada ekspresi yang berarti yang ditunjukkan laki-laki itu. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa berkata-kata.

Mereka dapat menebak kemana Jungkook pergi. Laki-laki itu pasti mencari Lee Hayoung dan sudah dipastikan gadis itu akan menjadi orang berikutnya yang menerima ledakan emosi Jungkook.

-00-

Pintu ruang klub fotografi tiba-tiba terbuka dengan kasar. Anggota klub yang sedang berkumpul untuk merundingkan pengambilan foto-foto festival langsung menghentikan kegiatan mereka. Kini, perhatian mereka semua tertuju pada pintu. Jungkook tengah berdiri disana dengan raut wajah datar khasnya. Banyak bisik-bisik yang terdengar di ruangan tersebut ketika melihat Jungkook yang masuk

Minhyuk langsung bangkit dari tempat duduknya ketika melihat Jungkook. "Oh... Jeon Jungkook. Ada apa? Apa kau mencari ketua? Kebetulan Taehyung tidak ada kesini hari ini," ucapnya menghampiri teman sekelasnya itu.

Jungkook tidak mengubris perkataan temannya tersebut. "Dimana Lee Hayoung?" tanya nya.

Minhyung menoleh sebentar ke belakang. "Lee Hayoung sedang keluar mungkin sebentar lagi ia kembali. Ada apa kau mencari anggota kami?" tanya nya penasaran.

Baru saja Minhyuk setelai menjawab pertanyaan Jungkook. Hayoung masuk dengan kedua temannya. Gadis itu mundur satu langkah ketika melihat Jungkook ada diruang klub.

Minhyuk menunjuk Hayoung yang berdiri dengan kikuk di dekat pintu keluar. "Nah... Itu dia," ucapnya.

Jungkook berbalik dengan cepat. Tanpa menunggu lama, laki-laki itu menghampiri Hayoung dan menarik gadis itu keluar. "Ikut aku!" paksanya.

Laki-laki itu membawa Hayoung menjauh dari ruang klub. Jungkook mendorong Hayoung hingga punggung gadis itu membentur dinding dengan keras.

Hayoung meringis pelan. "Jungkook-ah, apa yang kau lakukan?" tanya nya dengan takut-takut.

Jungkook menatap tajam Hayoung. "Apa yang kau lakukan pada Shin Jinri?" tanya nya tanpa mengubris perkataan gadis itu.

Hayoung pura-pura mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun pada Shin Jinri," bohongnya.

Jungkook mengebrak dinding di samping kepala gadis itu dengan tangannya. "Jangan berpura-pura tidak tahu, Lee Hayoung. Ini semua ulahmu. Kau pikir aku takut untuk memberi pelajaran padamu," bentaknya.

Gadis itu menutup matanya takut. "Aku... Aku hanya menguncinya di ruang musik," akunya dengan terbata-bata.

Jungkook menjauhkan tubuhnya dari gadis itu. "Kenapa kau melakukannya?" tanya nya dengan suara yang tidak setinggi tadi.

Hayoung memberanikan dirinya untuk menatap mata Jungkook yang terlihat berbahaya. "Aku melakukannya karena ia merebutmu dariku. Aku melakukan hal itu karena aku menyukaimu. Kau hanya milikku, Jeon Jungkook," sahutnya dengan suara setengah berteriak.

"Apa itu salah? Kenapa kau sama sekali tidak memandangku? Apa keistimewaan gadis Shin itu dibandingkan denganku? Apa kekuranganku, hah? Aku bahkan dapat memberikan apapun yang kau inginkan, Jungkook-ah," lanjutnya mulai terisak.

Jangan harap tatapan Jungkook dapat berubah melembut. Laki-laki itu malah terlihat berdecih. "Simpan saja pengakuanmu itu, Nona Lee. Kau tidak akan pernah bisa menyaingi Shin Jinri dari sisi mana pun. Sebaiknya kau mundur mulai dari sekarang sebelum aku benar-benar memberimu pelajaran. Jika kau berani melakukan hal gila lagi pada Shin Jinri, aku tak segan-segan merobek mulutmu." ancamnya dengan penuh penekanan membuat siapapun bergidik ngeri mendengarnya.

Hayoung tak bersuara, membuka mulutnya saja ia tak mampu. Bibirnya terlihat gemetar. Ia tidak menyangka Jungkook mengancamnya seperti itu. Jungkook begitu mengerikan ketika emosinya tersulut. Tatapan laki-laki itu bahkan terlihat seperti ingin membunuhnya.

Jungkook memasukkan kedua tangannya pada saku jaketnya dengan santai. "Ini juga berlaku pada kalian semua. Siapapun yang berani melakukan hal-hal tidak menyenangkan pada Shin Jinri. Kalian akan berhadapan denganku. Aku tidak suka ada yang menyentuh bahkan mengganggu sesuatu yang sudah menjadi milikku." peringatnya lalu berbalik menatap teman-teman Hayoung dan anggota klub lainnya yang ternyata sejak tadi mengintip percakapannya bersama gadis itu.

Suara bisik-bisik mulai terdengar nyaring. Secara tidak langsung Jungkook mengakui jika ia memiliki hubungan dengan Shin Jinri. Laki-laki itu sudah menandai miliknya dan sudah dipastikan tidak ada yang dapat mengganggu-gugat hal tersebut.

Minhyuk menatap Jungkook dengan tatapan yang sulit diartikan. "Sepertinya akan ada perang sebentar lagi." bantinnya.

Setelah Jungkook pergi. Taehyung datang dari arah belakang teman-teman satu klubnya dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

Laki-laki itu menghampiri Minhyuk. "Pastikan untuk mencoret namanya di daftar anggota klub kita. Aku tidak ingin melihat anggota dengan kelakuan penghuni kebun binatang di klubku," perintahnya dengan tatapannya yang tertuju pada Hayoung.

"Ada lagi yang ingin menyusulnya? Aku dengan senang hati mengeluarkan kalian dari klubku jika berkelakuan seperti itu. Sekali lagi kalian berani berbuat ulah dan mempermalukan nama klub. Aku akan mengirim kalian langsung ke neraka dengan tanganku sendiri." Lanjutnya lalu pergi dengan langkah besar.

Semua anggota klub terdiam ketika Taehyung ketua mereka yang terkenal sangat baik itu tiba-tiba memarahi mereka dengan ancaman mengerikan.

Hayoung menatap Minhyuk dengan tatapan memelas. "Oppa, bisakah kau membujuk ketua untuk tidak mengeluarkanku dari klub?" mohonnya.

Minhyuk menggelengkan kepalanya. "Kau tahu Kim Taehyung itu bagaimana? Ia tidak akan terbujuk jika sudah memutuskan sesuatu. Sebaiknya kau merenungi kesalahanmu ini. Kau sudah tahu bagaimana resikonya jika bermasalah dengan Jeon Jungkook. Inilah akibatnya." sahutnya lalu pergi.

Salah satu anggota klub mulai bersuara. "Ya! Aku tidak menyangka kau seperti itu, Lee Hayoung. Bukankah kita sudah membuat kesepakatan jika Jeon Jungkook adalah idola bersama. Tapi, apa yang kau katakan tadi sudah menunjukkan betapa busuknya dirimu. Kau yang berkhianat selama ini." cercanya.

Perkataan gadis itu langsung dibenarkan oleh teman-temannya yang lain. Bisik-bisik mulai terdengar. Mereka memandang Hayoung dengan pandangan tidak suka. Hayounglah dulunya membuat kesepakatan jika Jungkook adalah idola untuk mereka bersama dan karena kesepatakan itu juga tidak ada perkelahian lagi karena merebut si Jeon. Namun, ternyata itu hanya akal-akalan gadis itu. Ia melakukan hal itu karena ia ingin menguasai Jungkook hanya untuknya sendiri.

Ahrin dan Sejin hanya menatap Hayoung datar. Mereka bukannya tidak tahu rencana Hayoung tapi mereka tidak ingin bernasib seperti gadis itu. Mereka berdua tidak ingin terasingkan dan dihakimi oleh semua orang seperti Hayoung. Mereka berdua akhirnya ikut berbalik pergi ketika teman-teman yang lain mulai meninggalkan tempat itu.

-00-

Setelah Jinri membaik, Jungkook langsung menjemput Jinri untuk pulang. Wanita itu sudah tidak sepucat tadi siang. Namun, tubuhnya masih terasa sedikit lemas.

Jungkook cukup kesusahan membuka pintu apartemen mereka karena Jinri ada dalam gendongannya. Jinri sebenarnya ingin turun namun Jungkook tidak mengubris perkataannya. Akhirnya, ia hanya pasrah dalam gendongan laki-laki itu.

Setelah pintu terbuka, Jungkook langsung membawanya menuju kamar. Laki-laki itu merebahkan tubuh Jinri dengan hati-hati. Ia melepas jaketnya yang ia gunakan untuk menyelimuti waniat itu lalu berlanjut melepas sepatu Jinri tanpa bersuara sedikitpun. Selesai dengan itu, ia menarik selimut untuk Jinri hingga sebatas leher.

Jinri menatap suaminya itu dengan raut wajah muram. Jungkook sama sekali tidak berbicara padanya. Saat didalam mobil tadi pun, Jungkook tidak menjawab perkataannya. Menoleh pun tidak. Raut wajahnya juga terlihat datar dan dingin.

Jinri menurunkan selimut hingga sebatas dadanya. "Jungkook-ah, bisakah kau tidak diam seperti ini? Jika kau marah, katakan saja," akhirnya Jinri tidak bisa menahan perkataannya.

Jungkook yang awalnya ingin melangkah pergi, akhirnya kembali membalikkan tubuhnya. Ia menatap Jinri dengan tatapan datar. "Kita bahas ini besok. Aku lelah. Sebaiknya kau melanjutkan istirahatmu," sahutnya.

Jinri bangun dari posisi tidurnya. "Soal Ilhoon Sunbae. Aku harap kau tidak salah paham," cicitnya.

Jungkook menutup matanya sejenak lalu menghela napas dengan kasar. "Jangan membatah perkataanku, Shin Jinri. Kita bahas ini besok. Kau butuh istirahat," kali ini suaranya terdengar melemah. Jungkook benar-benar terlihat lelah.

Jinri terdiam sesaat. Ia menggigit bibirnya pelan. "Aku sudah cukup mendapatkan istirahat tadi. Apa kau lapar? Aku akan membuat makan malam untukmu," wanita itu menyibak selimut bersiap-siap untuk bangun. Ia tidak sadar dengan raut wajah Jungkook yang berubah.

Rahang Jungkook tampak mengeras. "Apa kau tuli, Shin Jinri? Bisakah sekali saja kau tidak membatah perkataanku. Jangan melakukan hal bodoh. Aku muak dengan sikap keras kepalamu itu. Turuti perkataanku dan berhentilah berbicara hal yang tidak berguna." bentaknya dengan keras.

Jinri terdiam. Tidak sadar tangannya meremas selimut dengan gemetar. Ia luar biasa terkejut mendengar suara Jungkook yang membentaknya. Jungkook langsung pergi meninggalkannya dengan membanting pintu kamar.

Sejak tadi Jungkook bersikap sangat berbeda padanya. Tidak ada kelembutan sama sekali yang ditunjukkan laki-laki itu dari sikapnya, tatapannya bahkan tutur katanya seperti yang Jungkook lakukan biasanya. Jungkook kembali pada tempramen buruknya. Ia bahkan tidak bisa mengendalikan sisi gelap laki-laki itu.

Jinri mengusap air matanya yang tiba-tiba menganak di pelupuk matanya. Ia diam-diam terisak. Ini untuk kesekian kalinya Jungkook bersikap kasar padanya. Jinri memegang dadanya yang terasa perih, sekali lagi Jungkook berhasil melukai perasaannya.






-TBC-




Semoga chapter ini bisa bikin kalian baper ya walaupun rada aneh :'v maaf litmon telat update :'v Cuma ini yang bisa litmon tulis buat chapter minggu ini karena sebenarnya litmon lagi sakit. Muka litmon sekarang lagi bengkak karena pembekakan kelenjar ludah :'v doakan semoga litmon cepat sembuh ya :'v

Buat part Hoseok, litmon belum bisa lanjutin karena part itu salah satu part yang susah ditulis karena ceritanya cukup menguras perasaan #asyek xD

Jangan lupa vote dan komentarnya. Terima kasih dan selamat membaca 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top