Chapter 32

Festival Seni dan Musik tahunan yang diketuai oleh Jeon Jungkook tahun ini digadang-gadang memang akan sukses besar. Pada hari pertama, festival berjalan dengan sangat lancar dan tidak mengecewakan sama sekali. Festival tahun ini berhasil menjadi bahan perbincangan di berbagai universitas lain karena kemeriahannya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kepanitian tahun ini menyelenggarakan acara dengan mengundang bintang tamu spesial. Untuk pembukaan festival di hadiri oleh Gfriend dan tentu saja hal itu disambut oleh para fanboy di Universitas tersebut.

Selera kepanitian tahun ini memang sangat bagus dalam mengundang bintang tamu. Taehyung bahkan menyebut festival tahun ini sebagai surga dunia yang sebenarnya. Tidak sampai disitu, untuk acara penutupan kepanitian juga menyediakan kejutan yang tidak kalah bagusnya yaitu mengundang bintang tamu yang berbeda. Banyak yang mengatakan kepanitian berhasil mengundang Twice tapi sampai sekarang pihak panitia masih belum menaggapi berita itu.

Festival tahun ini sudah dapat dipastikan banyaknya hadir para idola. Untuk hari kedua, pihak panitia juga mengundang alumni-alumni Universitas mereka yang kini sudah berhasil memuncaki dunia hiburan. Nama Min Yoongi, Kim Namjoon, dan Jung Hoseok masuk dalam daftar. Mereka adalah mantan rapper dan dancer yang sangat terkenal di Universitas dulunya dan sekarang sudah sukses di dunia hiburan. Itu adalah suatu kebanggaan bagi Universitas ini.

Berkat festival ini, rumor berkencan Jungkook dan Jinri secara cepat menghilang begitu saja. Semua kini mengalihkan fokus pada festival tahunan yang menjadi salah satu kebanggaan Universitas ini. Hal ini tentu saja menjadi angin segar bagi Jungkook maupun Jinri. Mereka dapat sedikit bernapas lega karena masalah berkencan mereka yang sempat menjadi gossip panas itu teralih.

Jinri juga dapat sedikit leluasa sekarang. Ia tidak harus mendengarkan bisikan-bisikan yang membuat kupingnya panas. Yah... Walaupun masih ada segelintiran orang yang masih membicarakannya dan menatapnya penuh kebencian. Itu tidak masalah baginya, ia masih bisa mengatasi itu.

-00-

Hayoung membawa paper bag berisi bekal ditangannya dengan senyum yang mengembang. Ia akan menyelinap di ruang kepanitian dan meletakkan paper bag berisi bekal itu di meja Jungkook.

Saat ia hampir sampai di ruang kepanitian, ia melihat Jungkook keluar dari ruangan dengan ponsel di telinganya. Laki-laki itu terlihat sedang menerima panggilan dengan langkah yang terburu-buru. Hayoung diam-diam memperhatikan Jungkook dan memutuskan untuk mengikuti kemana laki-laki itu pergi. Ia melupakan niat awalnya untuk memberikan bekal makan siang untuk Jungkook.

Jungkook tidak pergi kearah tempat berlangsungnya festival, laki-laki itu malah menuju arah ke taman belakang kampus. Hal itu yang membuat gadis Lee itu penasaran. Apa yang dilakukan Jungkook pergi ketempat seperti taman belakang kampus.

Jungkook melangkahkan kakinya dengan cepat menuju taman belakang kampus dimana Jinri tengah menunggunya. Ya... Ia membuat janji dengan wanita itu siang ini untuk bertemu di taman belakang kampus. Tempat itu cukup aman untuk mereka bertemu karena jarang di lewati dan sunyi.

Laki-laki itu tersenyum tipis ketika melihat Jinri duduk disalah satu kursi taman sambil memangku paper bag yang dapat ia tebak berisi makan siang untuknya.

Jungkook menghempaskan tubuhnya disamping Jinri. "Kau lama menunggu?" tanya nya sambil memperhatikan wajah Jinri yang tampak mulai cemberut.

Jinri mendengus. "Tidak usah bertanya lagi. Aku hampir 40 menit menunggumu ditempat menyeramkan seperti ini," keluhnya.

Jungkook tertawa lalu mengacak rambut wanita itu singkat. "Maafkan aku. Aku tadi memiliki sedikit pekerjaan yang harus kukerjakan secepatnya," sesalnya.

Jinri menganggukkan kepalanya. "Ya sudah. Sebaiknya kau cepat makan siang dan setelah itu kau dapat melanjutkan pekerjaanmu. Kau pasti sangat sibuk mengurus festival hari ini," sahutnya lalu mulai membuka paper bagnya dan mengeluarkan isinya.

Jungkook mengerutkan keningnya terlihat tidak setuju. "Tidak usah terburu-buru. Aku masih memiliki banyak waktu luang. Ada Taehyung dan Jimin yang menggantiku dilapangan," ucapnya terlihat tanpa beban.

Jinri menyipit matanya tidak suka. "Tapi bukan berarti kau bisa bersantai-santai seperti ini. Bagaimana bisa kau malah asyik menikmati makan siang disini dan mereka disana lelah dan kepanasan untuk mengganti tanggung jawabmu." omelnya.

Ini yang tidak Jinri suka dari Jungkook. Terkadang laki-laki itu bersikap semena-mena pada oranglain untuk kepentingan dirinya sendiri. Laki-laki itu sering meninggalkan tanggung jawabnya dan melimpahkannya pada Taehyung yang notabene sebagai wakil ketua panitia. Pantas saja Taehyung sering meneriaki dan mengomeli Jungkook karena kelakuan laki-laki itu yang sering menghilang tanpa kabar ditengah pekerjaan.

Jungkook mengambil satu suap penuh makanan ke dalam mulutnya dan menguyahnya dengan santai. "Hanya sebentar. Memangnya kau tidak merindukanku?" tanyanya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

Jinri terdiam sesaat. Ia menatap Jungkook sekilas. "Ti... Tidak. Kita setiap hari bertemu. Kenapa aku harus merindukanmu?" elaknya dengan tatapan ia buang kearah lain. Terlihat jelas sekali jika wanita itu tengah salah tingkah sekarang.

Jungkook menghentikan kunyahannya. "Kau tidak merindukanku? Woah... Apa aku perlu tidak pulang selama seminggu dulu agar kau merindukanku? Kau memang keterlaluan," keluhnya dengan nada setengah bercanda.

Jinri berdecih pelan. "Ya! Apa yang kau bicarakan? Cepat habiskan makan siangmu," sahutnya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Jungkook tidak menjawab lagi. Ia lebih memilih menghabiskan makan siangnya dengan cepat. Sebenarnya, ia juga tengah memikirkan acara festival yang tengah berlangsung sekarang. Taehyung dan Jimin memang dapat diandalkan untuk menghandle pekerjaannya namun tetap saja ia harus ada di lapangan. Ia tidak melupakan tanggung jawabnya.

Laki-laki itu meletakkan sumpitnya ditempat bekal ketika semua makanan yang dibawa oleh Jinri berhasil ia habiskan. "Kau ada membawa baju ganti yang aku katakan tadi?" tanya nya sambil melihat jam tangannya.

Jinri menganggukkan kepalanya pelan. "Hmm... Kau tidak pulang lagi hari ini?" tanya nya hati-hati.

Jungkook tampak ikut menganggukkan kepalanya. "Ya... Malam ini aku harus menginap. Banyak pekerjaan yang harus aku urus untuk besok," sahutnya tanpa menyadari ekspresi Jinri yang mulai berubah.

Jinri diam-diam mengerecutkan bibirnya. "Hmm..." gumamnya pelan tanpa semangat. Untuk kesekian kalinya ia akan sendiri lagi di apartemen.

Pemahaman jika laki-laki sama sekali tidak peka bukanlah sepenuhnya benar. Terkadang mereka sadar dan tahu apa yang dipikirkan oleh perempuan. Namun, mereka hanya malas bahkan tidak ingin menanggapi hal tersebut dan bersikap biasa saja karena mereka menganggap perempuan dapat mengatasi hal itu sendiri.

Seperti sekarang, Jungkook cukup sadar jika Jinri tidak menyukai keputusannya untuk menginap di kampus lagi. Walaupun wanita itu tidak memberitahukannya namun ia mengerti dari gerak gerik dan suara Jinri yang terdengar tak bersemangat.

Jungkook mengambil tangan Jinri lalu menggenggamnya dengan lembut. Hal itu berhasil mengalihkan tatapan wanita itu. Kini, mereka saling bertungkar pandang. Tidak ada percakapan, mereka hanya saling memandang seolah dengan itu mereka mengatakan jika sebenarnya mereka saling merindu.

Jinri lah yang paling dulu memutuskan tatapannya. Ia menundukkan kepalanya dan mengambil napas dengan pelan. "Jika ada waktu kau harus pulang. Aku... Aku tidak kuat menghabiskan makanan yang aku masak sendiri." ucapnya dengan cepat.

Jungkook yang awalnya sedikit khawatir melihat sikap murung istrinya itu, kini tidak bisa menahan tawa gelinya. "Hanya itu? Baiklah... Aku akan berusaha pulang dan membantu mu untuk menghabiskan masakanmu," sahutnya lalu menarik Jinri masuk ke dalam pelukannya.

Jinri menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jungkook sambil menghirup wangi laki-laki itu yang sangat ia rindukan. "Hmm... Jika kau pulang, kau juga akan mendapatkan makanan penutupmu," ucapnya dengan pipi yang mulai merona.

Jungkook tampak mengulum senyum. "Berapa yang aku dapat?" tanya nya. Ia merenggangkan pelukannya pada Jinri.

Jinri melepas pelukannya pada Jungkook. Ia tersenyum tipis. "Kau bisa mendapatkan berapa pun yang kau mau." sahutnya.

Seringaian Jungkook langsung terbentuk ketika mendengar perkataan Jinri barusan. Jinri mulai berani menggodanya sekarang. Cara wanita itu memberi kode untuknya sangat menggemaskan dimatanya. Ingin rasanya ia langsung menyeret Jinri untuk pulang saat ini juga namun ia teringat dengan pekerjaannya. Untuk sekarang ia tidak mungkin meninggalkan tanggung jawabnya pada festival yang masih berlangsung. Taehyung dan Jimin bisa saja menghajarnya jika ia tiba-tiba menghilang lagi di tengah-tengah acara.

Lee Hayoung menjatuhkan paper bag dari tangannya dengan ekpresi murkanya. Ia melihat dengan jelas Jungkook bersama Jinri yang tampak begitu mesra di bangku taman. Hayoung hampir tidak bisa mengontrol emosinya. Apalagi saat melihat Jungkook tersenyum dan tertawa begitu lepas bersama Jinri. Jungkook bahkan tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti itu ketika bersama teman-temannya. Apa hebatnya Shin Jinri hingga membuat seorang Jeon Jungkook yang terkenal sering menunjukkan ekspresi datar ketimbang tersenyum itu kini tertawa lepas? Jungkook menjadi sosok yang hangat ketika bersama Jinri. Pernyataan itu begitu menohok hatinya.

Hayoung mengepal tangannya keras. "Tunggu pembalasanku, Shin Jinri." geramnya lalu pergi meninggalkan kawasan taman belakang kampus itu dengan seringaian mengerikan.

-00-

Entah apa alasan Hoseok masih merahasiakan hubungannya bersama Choi Ahra. Bahkan sahabat-sahabatnya masih belum mengetahui jika ia kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya itu. Hanya Jiwoo kakak perempuannya saja yang mengetahui hubungannya bersama Ahra. Orangtuanya pun masih belum mengetahui hubungannya ini.

Hoseok sebenarnya juga tidak menyangka dengan keputusannya kembali dengan Ahra setelah gadis itu meninggalkannya selama 9 tahun. Ia sempat membenci gadis itu namun saat ia bertemu kembali dengan Ahra kebencian yang ia tanam di pikiran dan hatinya entah menguap kemana. Orang bisa mengatakannya sebagai orang yang sangat bodoh karena dengan mudahnya ia memaafkan mantan kekasihnya itu tapi ia mempunyai alasan untuk memaafkan gadis itu.

Ahra meninggalkannya karena orangtua gadis itu. Hoseok juga tahu jika kedua orangtua Ahra tidak pernah menyetujui hubungannya bersama putri mereka. Apalagi saat itu ia hanya mahasiswa kere dengan masa depan yang tidak jelas. Hoseok bukanlah laki-laki yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi seperti Namjoon, keluarganya juga tidak terpandang seperti keluarga Seokjin, dan ia tidak memiliki keahlian apapun untuk menghasilkan banyak uang sejak muda seperti Yoongi. Dari ketiga sahabatnya itu, ia lah sang pecundang.

Jika dipikir-pikir mana ada orangtua yang ingin anak gadisnya bersama dengan laki-laki yang tidak berguna seperti dirinya. Ia bahkan tidak bisa memastikan masa depannya ketika orangtua Ahra menanyakan rencana masa depannya.

Untuk sekali lagi, ia tidak memiliki kehebatan apapun seperti sahabat-sahabatnya. Yang bisa ia lakukan hanya menari dan menari. Hidupnya ada di menari. Tempat yang pas untuknya adalah dipinggir jalan-jalan kota dan menari disana. Jika ada yang tertarik, mungkin beberapa koin dan lembar uang ia dapatkan. Hanya itu yang dapat ia lakukan.

Sedangkan, Choi Ahra adalah seorang balerina yang sudah masuk daftar pemballet tingkat Nasional. Gadis itu sudah banyak memperoleh penghargaan dan namanya cukup terkenal di seantero Korea. Gadis itu kebanggaan Universitas mereka dan tentu saja kebanggaan orang tuanya. Dari sisi manapun, ia dan Ahra tidak memiliki kecocokan apapun. Ia tidak pantas bersama gadis itu.

Namun, Ahra membuat kesalahan dengan jatuh cinta dengannya. Ah... Tidak sepenuhnya kesalahan gadis itu. Yang lebih salah adalah dirinya. Ia yang lebih dulu jatuh cinta dengan sosok Ahra ketika gadis itu salah memasuki ruang latihan.

Dari kejadian itu entah sengaja atau tidak, mereka menjadi sering bertemu lalu berlanjut saling sapa karena pada dasarnya Hoseok adalah orang yang ramah pada siapapun. Semakin lama hubungan mereka menjadi dekat apalagi hobby mereka yang sama yaitu menari. Mereka sering bertukar pendapat dan berbicara tentang hal apapun yang menyangkut tentang dunia tarian. Hal itu yang membuat mereka menjadi dekat dan menumbuhkan benih-benih cinta diantara mereka pada akhirnya.

Hoseok pernah ingin mundur karena ternyata Namjoon juga menyukai Ahra. Ia berpikir Namjoon lebih pantas bersama Ahra dibanding dirinya. Hoseok juga tidak ingin persahabatannya rusak hanya karena bersaing mendapatkan seorang gadis. Tapi, takdir tidak menyetujui pikirannya itu. Ahra lebih memilih dirinya dan Namjoon tiba-tiba beralih menjadi mengincar Jeon Hana yang tidak kalah populer dari Choi Ahra.

Pada awalnya hubungan mereka berjalan dengan baik-baik saja tapi itu tidak bertahan lama hingga kedua orangtua Ahra mengetahui hubungan mereka. Setelah bertemu dan mengetahui siapa dirinya, orangtua Ahra seperti mencoba menjauhkan Ahra dari dirinya. Ia sadar itu.

Semakin lama sikap Ahra juga terlihat aneh padanya, gadis itu sering berasalan sibuk berlatih dan menolak untuk bertemu dengannya. Jika mereka bertemu, gadis itu juga terlihat selalu murung. Hoseok awalnya tidak ambil pusing akan hal itu mungkin kekasihnya itu sedang stress karena saat itu Ahra akan mengikuti perlombaan tingkat nasional lagi. Ia pun juga akan mengikuti perlombaan besar pada waktu yang sama. Perlombaan itu menentukan masa depannya. Jika ia menang ia akan mendapatkan beasiswa melanjutkan sekolah ke salah satu Universitas favorit di Amerika.

Namun, beasiswa itu menjadi dilema baginya. Ia tidak ingin meninggalkan Ahra. Walaupun hubungan mereka belum terhitung tahun, Hoseok sudah memantapkan hatinya jika Ahra adalah cintanya yang sebenarnya. Ia benar-benar mencintai gadis itu.

Untuk kesekian kalinya takdir begitu apik mengatur kehidupannya. Saat Hoseok kembali dari perlombaannya dengan membawa gelar juara 1 di pundaknya, saat itu juga ia kehilangan sosok Ahra. Gadis itu pergi meninggalkannya tanpa kabar sedikitpun.

Ia mencoba menenangkan pikirannya dengan berpikir jika gadis itu sedang menjahilinya, atau mungkin Ahra hanya sedang pergi berlibur. Satu bulan ia mencari gadis itu, bertanya disana-sini tapi tidak membuahkan hasil. Semua orang juga terkejut karena Ahra tiba-tiba menghilang begitu saja.

Itu semua bagaikan mimpi bagi Hoseok. Ia berharap untuk segera bangun dan dapat kembali menggenggam tangan gadis itu. Ya... Itu hanya harapan dari seorang pecundang seperti dirinya. Pada akhirnya ia pasrah, ia menyerah akan Choi Ahra.

Kepergian gadis itu berhasil membuatnya terpuruk hingga ketitik terendah. Ia bahkan sempat ingin mengakhiri hidupnya. Namun, kedua orangtuanya, kakak perempuannya dan sahabat-sahabatnya tidak pernah lelah untuk mendorongnya untuk bangkit dari keterpurukannya.

Lelah dengan hidup mengenaskannya itu, akhirnya Hoseok mendapatkan dirinya kembali. Ia akan selalu menjadi pecundang jika tidak bangkit dari rasa terpuruknya. Tidak ada gunanya hidup seperti itu. Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil beasiswa melanjutkan sekolahnya ke Amerika dan disanalah ia menemukan sosok dirinya yang sebenarnya. Dari situlah ia memulai kehidupan barunya.

Hoseok kembali bangkit, sekembalinya dari Amerika ia menjadi sosok yang lebih baik dan menanggalkan predikat pecundangnya. Karirnya secara perlahan melenjit berkat gelar koreografer profesionalnya. Ia semakin banyak dikenal dan menjadi idola. Ia bahkan kebanjiran kontrak menjadi pelatih di berbagai agensi hiburan tapi ia menolak semua tawaran itu. Hoseok lebih memilih untuk membangun studio dan sekolah menari miliknya sendiri dan menerima tawaran kontrak dari Namjoon untuk menjadi pelatih senior di agensi milik sahabatnya itu. Ia bahkan bersama Yoongi ikut berinvestasi di agensi milik Namjoon dan membangun agensi kecil-kecilan itu bersama.

Semua itu membuahkan hasil, Hoseok benar-benar mengubah cara pandang semua orang pada dirinya tapi ia tidak bisa mengubah hatinya yang masih terluka begitu dalam karena cinta masa lalunya, Hoseok masih memikirkan Choi Ahra, ia masih mencari keberadaan gadis itu yang berujung dengan hasil nihil. Gadis itu benar-benar menghilang bagaikan ditelan bumi.

-00-

Jungkook mengambil ponselnya untuk menghubungi Jinri. Ia baru ingat jika ia memiliki janji makan siang dengan koordinator dan anggota hari ini. Jadi, Jinri tidak usah membawa makan siang untuknya. Jungkook juga tidak ingin merepotkan istrinya itu untuk membawanya makan siang setiap hari untuknya. Ia tahu tidak mudah bagi Jinri menyelinap untuk bertemu dengannya tanpa terlihat orang-orang.

Saat Jungkook ingin menekan tanda panggil, Bobby dari arah pintu masuk berlari tergesa-gesa menghampirinya. Jungkook akhirnya mengurungkan niatnya untuk menghubungi Jinri.

Bobby mengatur napasnya. "Spanduk... Spanduk di gerbang kedua tiba-tiba roboh dan melukai dua orang. Kau harus kesana... Cepat!" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk kearah luar.

Jungkook tampak terkejut. "Roboh? Bagaimana bisa? Siapa yang ada disana?" tanyanya. Laki-laki itu segera bangkit dari tempat duduknya.

Bobby kembali mengambil napas yang masih belum beraturan. "Hanya ada Jimin dan Hanbin. Anggota yang lain sedang mengurus panggung," sahutnya kembali.

Jungkook tanpa sadar meletakkan ponselnya di atas meja lalu meninggalkan mejanya dengan cepat. "Ayo kita kesana." ajaknya meninggalkan ruang kepanitian.

Hayoung membuka pintu ruang kepanitian yang tidak terkunci. Ia melihat di sekitarnya. Tidak ada orang diruang tersebut. Biasanya Jungkook ada di ruang kepanitian pada jam-jam seperti ini karena itu ia datang kemari. Ia ingin memberikan laporan kerjanya dan anggotanya kemarin pada Jungkook. Sangat disayangkan, padahal itu ia sudah berkhayal jika ia akan berduaan saja bersama Jungkook tadi. Ia bahkan sampai melarang Ahrin dan Sejin untuk ikut dengannya.

Gadis itu menghampiri meja milik Jungkook lalu menyimpan laporannya itu di tumpukan laporan dari koordinator lain. Saat ia meletakkan laporan itu matanya tidak sengaja melihat ponsel berwarna hitam yang tergeletak begitu saja di atas meja. Hayoung kembali melihat sekitarnya dan dengan cepat mengambil ponsel itu. Ia melihat ponsel tersebut dan senyumnya langsung mengembang. Ponsel itu milik Jungkook.

Ia menyimpan ponsel itu di saku jaketnya dan pergi.

-00-

Jinri memarkir mobilnya dengan hati-hati di parkiran. Ia terlihat sedikit tergesa-gesa. Sebentar lagi jam makan siang, pasti Jungkook sudah menunggunya untuk makan siang. Awalnya ia ingin naik bus seperti biasa namun karena ia terburu-buru akhirnya ia memakai mobil saja untuk berangkat. Kebetulan Jungkook kali ini tidak membawa mobil, laki-laki itu lebih memilih membawa motornya. Jadi, Jinri dapat leluasa memakai mobil untuk bepergian.

Wanita itu mengunci mobilnya bersamaan dengan getaran pada ponselnya. Ia membuka ponselnya dengan susah payah karena satu tangannya membawa tas dan satunya membawa paper bag berisi makanan. Ada satu pesan masuk dari Jungkook. Jinri langsung tersenyum ketika mengetahui Jungkooklah yang mengirim pesan.

Byuntae Bunny

"Aku tunggu diruang musik. Waktumu hanya 5 menit~"

Jinri berdecak sebal, memang Jungkook sekali. Laki-laki itu memang tidak pernah memasukkan kata sabar dikamusnya. Jinri dengan cepat membalas pesan suaminya tersebut.

"Dasar... Aku akan segera kesana. 3 menit dari sekarang!"

Setelah ia membalas pesan Jungkook, Jinri langsung melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang musik yang dimaksud oleh laki-laki itu. Jungkook tidak lagi membalas pesannya. Pasti Jungkook sudah menunggunya dengan wajah menyebalkannya itu.

Jinri menaiki tangga menuju ruang musik dengan rutukan dalam hati. Kenapa Jungkook sangat suka membuat janji ditempat yang menyusahkan seperti ini. Ruang musik terletak di lantai dua dan berada di ujung lorong. Tempat itu bagi Jinri tidak kalah menyeramkan dari taman belakang kampus.

Ia sampai di depan pintu ruang musik. Jinri memegang gangang pintu dan mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci. Ia membuka pintu tersebut dengan pelan. Suara pintu yang terbuka terdengar menggema nyaring. Jinri mengintip ke dalam ruangan itu. Ruangan tersebut terlihat gelap dan sunyi. Apa Jungkook sengaja tidak menghidupkan lampunya untuk menakutinya? Jinri tersenyum sinis. Kau tidak bisa menakutiku kali ini Jeon Jungkook pikirnya.

Jinri masuk kedalam ruang tersebut dengan mengendap-endap. Pintu ia biarkan terbuka agar memberikan penerangan untuknya.

Ia melihat sekitarnya untuk mencari saklar lampu. "Jungkook-ah, kau dimana?" panggilnya.

Setelah beberapa saat mencari saklar lampu, ia menemukannya. Namun, saat ia mencoba menghidupkannya ternyata saklar tersebut tidak berfungsi. "Ya! Apa lampunya mati?" gumamnya pada dirinya sendiri.

Jinri kembali melihat sekitarnya, ia mencoba mencari keberadaan Jungkook. "Jungkook-ah, cepat keluar. Tidak lucu sekali kau menakutiku seperti ini. Aku tahu rencanamu," ucapnya.

Tidak ada sahutan sama sekali. Jungkook benar-benar berniat menjahilinya kali ini.

Tidak sampai disitu, kini pintu terdengar berderit. Jinri terperanjat kaget, ia dengan cepat berbalik dan disaat itu juga pintu langsung berdebum tertutup. Ruang musik tersebut langsung gelap, Jinri mundur satu langkah. Ia meraba sekitarnya untuk menuju pintu keluar.

Ia mencoba membuka pintu yang sama sekali tidak terlihat tanda-tanda untuk terbuka. Jinri dengan perasaan mulai panik mengedor-ngedor pintu itu dan berteriak. Namun, itu hanya sia-sia saja. Ruang musik ini memiliki fasilitas kedap suara dan letaknya paling ujung membuatnya jarang dilewati.

Apalagi disaat ada acara festival seperti ini. Ruangan ini benar-benar akan sunyi. Jinri mencoba mengedarkan pandangannya, semuanya gelap. Ia tidak bisa melihat apa-apa. Wanita itu menyandarkan punggungnya di pintu dengan napas yang mulai memburu.

"Kali ini kau sangat keterlaluan, Jungkook-ah." teriaknya dengan suara serak.

Untuk kesekian kalinya tidak ada jawaban. Ia sadar jika tidak ada oranglain di dalam ruangan ini selain dirinya. Entah ini ulah Jungkook yang ingin menjahilinya atau laki-laki itu lupa akan janjinya. Lalu siapa yang menutup pintu dan menguncinya? Apa ada oranglain yang sengaja menjahilinya? Tapi siapa? Jika oranglain, kenapa isi pesan Jungkook untuk menyuruhnya datang kesini?

Ia sama sekali tidak salah membaca isi pesan laki-laki itu. Jungkook benar-benar mengirimnya pesan.

Jinri meraba tasnya dan mengambil ponselnya. Ia mencoba menghidupkan ponselnya namun kesialan sepertinya tengah higap padanya. Ponselnya mati.

Wanita itu hampir saja menangis. "Siapa saja tolong aku. Jungkook-ah... Tolong aku." teriaknya kembali sambil mengedor-ngedor pintu didepannya.

Sudah hampir 20 menit wanita itu duduk bersandar di pintu. Suaranya sudah hampir habis, air matanya juga mulai membasahi pipinya. Ia takut. Ia tidak bisa melihat apapun di sekitarnya. Jinri akhirnya memilih untuk bangkit, dengan tenaga yang tersisa ia meraba sekitarnya mungkin saja ia dapat mendapat senter atau apapun untuk menerangi ruangan itu.

Baru 5 langkah ia melangkah, wanita itu memegang dadanya. Rasa sesak didadanya semakin menjadi-jadi. Sejak tadi ia memang sudah merasakan kesulitan untuk bernapas. Jinri memang tidak akan kuat terlalu lama dalam ruangan yang gelap. Ia takut gelap.

Tubuhnya semakin melemah dan akhirnya kakinya tidak sanggup untuk menopang tubuhnya lagi. Jinri jatuh hingga terdengar suara berdebum dilantai.

Secara perlahan-lahan matanya tertutup dan wanita itu tidak sadarkan diri.

-00-

Ilhoon beberapa kali memutar matanya jengah mendengar rengekan Sungjae disampingnya. Selain cerewet, Sungjae juga sangat suka mengganggu teman-temannya dengan rengekan menyebalkannya itu. Seperti sekarang, Sungjae merengek untuk mengantarnya keruang musik karena kecerobohannya yang meninggalkan stik drumnya.

Sungjae memegang lengan Ilhoon dengan wajah dibuat sesedih mungkin. "Hyung... Temani aku, eoh. Kekasihku akan membunuhku jika aku menghilangkan stik drumku lagi. Itu hadiah ulang tahunku, Hyung," rengeknya.

Ilhoon menyerumput colanya dengan kesal. "Kenapa harus aku yang mengantarmu? Kau bisa sendiri kesana," tolaknya dengan nada suara tinggi.

Sungjae mengerucutkan bibirnya dengan lucu. "Hyung... Aku tidak berani sendiri, disana gelap. Aku takut kegelapan. Lampu disana juga belum diganti. Temani aku, Hyung. please!" pinta laki-laki itu lagi dengan wajah memohon.

Ilhoon akhirnya menghela napas dengan berat. "Baiklah... Aku akan menemanimu. Cepat ambil dan jangan membuat ulah lagi." peringatnya yang langsung disambut mata berbinar-binar Sungjae.

Mereka berdua akhirnya pergi menuju ruang musik. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di ruang tersebut. Sungjae memegang gagang pintu dan mencoba membuka pintu itu. Pintunya terkunci.

Ilhoon menatap gerak-gerik Sungjae yang tampak mencoba membuka pintu. "Kau ada membawa kuncinya? Terakhir kau yang memegang kunci cadangannya, bukan?" tanya nya sambil bersandar pada dinding dibelakangnya.

Sungjae tampak meraba kantong celananya. "Hmm... Aku meminjamnya kemarin pada Taehyung," sahutnya.

Setelah mendapatkan kunci, Sungjae langsung membuka pintu ruang musik tersebut. Ia mengintip ke dalam. Laki-laki itu langsung bergidik ngeri, di dalam sungguh sangat gelap.

Sungjae kembali menutup pintu lalu mengeluarkan cengirannya pada Ilhoon. "Hyung... Kau bisa masuk duluan," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ilhoon langsung mengangkat alisnya bingung. "Kenapa aku yang masuk duluan? Kau yang memiliki kepentingan maka kau yang duluan masuk. Cepat masuk sana, cari stik drum mu. Aku akan menunggu disini," sahutnya sambil bersedekap.

Untuk sekali lagi Sungjae mengerucutkan bibirnya. "Temani aku ke dalam, Hyung. Disana sangat gelap," pintanya,

Ya... Tuhan. Apa salahnya sampai memiliki sahabat seperti Sungjae keluh Ilhoon dalam hati. Laki-laki itu benar-benar penakut.

Ilhoon membuka pintu ruang musik itu dengan pelan. "Nyalakan sentermu." Perintahnya pada Sungjae yang berdiri dibelakangnya sambil memegang ujung bajunya.

Sungjae langsung menyalakan senter pada ponselnya dan mengikuti langkah Ilhoon yang sudah melangkah masuk.

"Hyung... Apa itu?"

Ilhoon terkejut luar biasa ketika Sungjae berteriak dengan nyaring di dekat telinganya. Ia bahkan dapat merasakan kupingnya berdengung sekarang.

Ilhoon memegang kupingnya. "Ya! Teriakanmu menyakiti telingaku," bentaknya,

Sungjae menyorotkan senternya ke tengah ruangan. "Lihat itu, Hyung. Ada... Ada seseorang dilantai," ucapnya dengan terbata-bata.

Ilhoon mengalihkan pandangannya menuju arah sorot lampu senter sahabatnya itu. Ia tampak membulatkan matanya terkejut. Ilhoon dengan cepat menghampiri seseorang yang dimaksud oleh Sungjae.

Ia mengangkat kepala orang tersebut kepangkuannya. Saat ia melihat wajah gadis yang ada dipangkuannya. Jantungnya seperti berhenti berdetak disaat itu juga.

"Shin Jinri!" gumamnya terkejut.





-TBC-


Jangan lupa untuk meninggalkan komentar dan votenya ya ^^

Terima kasih dan selamat membaca 💕


Note: Untuk bagian Hoseok, jika ada yang tidak suka silahkan untuk di skip saja. Part bagian Hoseok itu litmon bagi jadi dua karena partnya lumayan panjang. Jadi, part lanjutannya litmon sambung buat chapter selanjutnya. Nanti ada flashback kok gimana ceritanya Hoseok bisa maafin Ahra. Tunggu aja ya lanjutannya minggu depan ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top