Chapter 28

Pagi ini Jinri kembali mendapatkan dirinya tertidur dipelukan Jungkook. Ini sudah kedua kalinya ia bangun dengan dirinya yang berada dipelukan laki-laki itu. Tidak seperti yang pertama, kali ini Jinri tidak menarik dirinya dari pelukan laki-laki itu. Ia malah semakin merapatkan tubuhnya pada suaminya itu karena entah kenapa pagi ini terasa dingin. Ia bahkan dapat merasakan dingin dari AC kamar menyentuh punggung bebasnya.

Tunggu... Punggung bebas?

Jinri langsung membuka matanya lebar-lebar. Ia baru sadar jika sekarang ia tidak memakai sehelai benang pun, hanya selimut yang menutupi tubuhnya. Itu pun hanya sebatas pinggang. Pantas saja ia merasa dingin walaupun Jungkook sudah memeluknya.

Kulit mereka saling bersentuhan dalam satu selimut. Kenyataan itu membuat perasaannya terasa campur aduk.

Jadi, semalam ia dan Jungkook...

Saat itu juga, Jungkook membuka matanya. Tatapannya langsung bertemu dengan Jinri yang ternyata sedang menatapnya.

Jinri menggigit bibir dalamnya. "Jungkook-ah, semalam... kita...?" ia hampir tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

Jungkook semakin memperdalam pelukannya. "Tidak apa-apa... Tidurlah lagi. Kau pasti masih kelelahan, hm," sahutnya lembut sambil mengusap punggung bebas wanitanya itu.

Jinri tampak gusar dalam pelukan laki-laki itu. "Bagaimana... Jika aku hamil? Aku... Aku takut." ucapnya dengan setengah berbisik.

Jungkook tidak langsung menjawab. Ia melonggarkan pelukannya pada wanita itu. Jungkook cukup lama menatap istrinya tersebut. Jadi, Jinri belum siap. Itu hal yang ia tangkap. Ia cukup paham dengan hal tersebut. Ia tahu Jinri masih memikirkan kuliahnya dan cita-citanya.

Laki-laki itu membawa tangannya untuk mengusap pipi istrinya itu dengan lembut. "Kita akan merawatnya bersama-sama jika itu terjadi. Kau akan baik-baik saja... Ada aku," sahutnya dengan senyum.

Jinri tampak menarik napas pelan. "Aku takut, Jungkook-ah. Kuliahku dan cita-citaku, aku ingin menyelesaikan itu semua. Dan... Kuliahmu dan cita-citamu. Bukankah kau juga memikirkannya? Jika aku..." Jinri tidak melanjutkan kata-katanya. Ia khawatir perkataannya dapat melukai perasaan laki-laki itu.

Jungkook untuk kesekian kalinya kembali tersenyum seakan dengan senyum itu ia memberi kekuatan kepada wanitanya tersebut. "Aku tahu, aku paham. Tidak apa-apa. Jangan pikirkan itu. Kau akan baik-baik saja. Percayalah padaku," sahutnya lalu mengecup dahi istrinya itu dengan kelembutan dan kasih sayang yang ia salurkan dengan tulus.

"Kau tidurlah lagi. Aku akan membawa sarapan untukmu nanti," lanjutnya.

Jinri mengernyit tidak setuju ketika mendengar perkataan suaminya itu. "Jangan berlebihan, Jungkook-ah. Kenapa kau harus membawa sarapan untukku ke kamar segala? Kita sarapan bersama Eommonin, Hana Eonni dan Namjoon Oppa saja dibawah. Aku juga harus segera bangun untuk membantu Eommonim dan Hana Eonnie menyiapkan sarapan. Aku tidak ingin dicap pemalas oleh ibu mertua dan kakak iparku," protesnya.

Jungkook menyeringai. "Kau yakin bisa bangun dan berjalan dengan normal, sayang?" tanya nya dengan nada menggoda.

Jinri tertawa pelan. "Tentu saja. Memangnya ada apa hingga aku tidak bisa bangun dan tidak bisa berjalan dengan normal? Ada-ada saja." sahutnya dengan percaya diri.

Jungkook hanya diam. Sepertinya, Jinri belum menyadarinya. Tunggu saja, ia berani bertaruh. Untuk berjalan ke kamar mandi saja pasti Jinri tidak akan kuat. Ia sangat sadar jika ia bermain cukup kasar untuk ukuran pertama kalinya semalam. Mereka baru menyelesaikannya sekitar jam 4 pagi. Jika dihitung-hitung mereka bermain sekitar 3 jam lebih semalam.

Jinri bangun dari posisi tidurnya sambil menahan selimut yang kini menutupi tubuh polosnya tersebut. Saat ia bergerak ingin turun dari ranjang, ia tampak langsung meringis. Namun, Jinri mencoba untuk tidak mengindahkan rasa nyeri dan perih dibagian sensitifnya itu. Ia menurunkan kakinya dengan pelan-pelan. Dan...

"Akh..." Ia kembali meringis. Berdiri pun ia tidak kuat, kakinya bergetar saat ia mencoba untuk bangkit berdiri. Belum lagi ia merasa tubuhnya terasa sakit seperti habis ditimpa beban berat.

Jungkook tampak menghela napas. Benarkan apa yang ia pikirkan tadi. Ia bangun dari posisinya lalu turun dari ranjang. Jinri langsung memalingkan wajahnya kearah lain ketika melihat Jungkook bangun dari ranjang hanya menggunakan boxernya saja. Demi dewa di langit... Jinri dapat merasakan wajahnya kembali memanas.

Walaupun ia sudah melihat lebih dari itu semalam tetap saja Jinri merasa malu bercampur gugup ketika melihat pemandangan tersebut. Ingatannya kembali pada kegiatan panas mereka tadi malam. Sentuhan laki-laki itu, ungkapan-ungkapan cinta dan rayuan yang dilontarkan laki-laki itu ketika menyentuh tubuhnya, tatapan memuja Jungkook padanya dan suara desahan laki-laki itu membuat darah Jinri kembali berdesir tidak karuan. Ada apa dengannya? Kenapa pikirannya menjadi sangat kotor seperti itu?

Jungkook hanya tersenyum ketika melihat Jinri yang memalingkan wajahnya kearah lain dengan pipi yang merona. Ia mengambil kaos putih miliknya yang tergeletak begitu saja di lantai lalu membawanya. Ia menghampiri Jinri yang kini hanya terduduk diam diranjang. Tanpa persetujuan wanita itu, ia langsung memasang baju miliknya ketubuh Jinri lalu menggendong wanita itu. Jinri sempat memekik terkejut ketika tiba-tiba Jungkook menggendongnya.

Jinri secara spontan langsung mengalungkan kedua lengannya dileher laki-laki itu. "Kau mau apa?" tanya nya was-was.

Jungkook menatapnya sebentar. "Mengantarmu ke kamar mandi," sahutnya singkat.

Jinri menyipitkan matanya curiga. "Hanya mengantar saja, kan?" tanya nya memastikan.

Sudut bibir laki-laki itu tiba-tiba terangkat membentuk seringaian tipis. "Menurutmu?" godanya.

Jinri memukul dada laki-laki itu. "Ya! Jeon Jungkook jangan macam-macam. Aku masih lelah. Bahkan, ini masih sakit. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau menyerangku lagi." sahutnya sengit.

Jungkook hanya tertawa pelan. Ia mendudukkan wanita itu didepan cermin besar di kamar mandinya. "Kau tunggu disini." perintahnya.

Laki-laki itu berjalan menuju bathup lalu memutar kran untuk mengisi bathup tersebut. Posisinya kini tengah membelakangi Jinri hingga wanita itu dapat melihat punggung bebas Jungkook yang tampak dipenuhi bekas garis-garis memerah. Apa itu bekas cakarannya? Ia tidak sadar jika semalam ia mencakar dan melukai punggung laki-laki itu.

Namun, semakin lama dipandang. Punggung Jungkook terlihat sangat sexy dimatanya. Ingin rasanya ia menghampiri laki-laki itu lalu memeluknya dan bersandar dipunggung hangat tersebut. Ia bahkan ingin merasakan bibirnya menyentuh punggung itu. Mengecupnya dan membelainya dengan lembut tentu saja itu sangat menyenangkan.

Jinri terkejut dengan pikirannya tersebut. "Ya! Shin Jinri, ada apa denganmu, hah? Darimana kau mendapatkan pikiran seperti itu? Sadarlah..." batinnya berteriak memperingatinya. Astaga... Kenapa ia tiba-tiba menjadi mesum seperti Jungkook, huh?

Jungkook sudah selesai menyiapkan air hangat untuk Jinri mandi. Sekali lagi ia menggendong wanita itu lalu menurunkannya di bathup. Sikap Jungkook benar-benar lembut dan terlihat sangat hati-hati.

"Kau mandi saja dulu setelah itu kita turun untuk sarapan." ucap laki-laki itu lalu mengacak pelan rambut Jinri sebelum ia keluar dari kamar mandi. Jinri hanya menganggukkan kepalanya patuh.

Jungkook menutup pintu kamar mandi dengan helaan napas berat. Laki-laki itu mengambil bathrobe dilemari lalu memakainya asal. Ia berniat untuk mandi di kamar mandi luar. Selain dikamar, dilantai dua rumah keluarga Jeon ini terdapat satu kamar mandi lagi yang terletak dipaling ujung.

Jungkook benar-benar sudah merasa seluruh tubuhnya panas. Ia ingin cepat-cepat mandi dan tentu saja menuntaskan urusannya sendiri pagi ini. Ia tidak mungkin memintanya pada Jinri, wanita itu benar-benar tidak akan mampu berjalan seharian jika itu terjadi lagi. Sejak tadi ia setengah mati menahan nafsunya untuk tidak menyerang wanitanya itu. Jinri benar-benar mampu membuatnya hampir kehilangan akal sehatnya. Wanita itu begitu menggoda untuk disentuh. Membuatnya jatuh dalam candu yang luar biasa.

-00-

Jungkook dan Jinri turun ke lantai bawah untuk sarapan pagi ini. Nyonya Jeon dan Hana tampak masih sibuk di dapur untuk menyiapkan menu sarapan. Namjoon sudah duduk di meja makan menikmati kopi paginya. Awalnya, ia ingin membantu menyiapkan sarapan setidaknya membawa beberapa piring ke meja makan. Namun, Hana dengan cepat menolaknya dengan aura yang menyeramkan membuat ia akhirnya hanya duduk manis dan menikmati kopinya.

Jika Namjoon masuk ke dapur berarti petaka. Entah barang apa yang tidak sengaja ia senggol atau ia jatuhkan hingga rusak di dapur kesayangan Nyonya Jeon tersebut. Hal tersebut yang ditakutkan Hana.

Sesampai mereka ke ruang makan, Jungkook langsung menarik kursi dan duduk berbeda dengan Jinri yang melangkahkan kakinya kearah dapur. Jungkook dari tempat duduk tampak diam-diam mengawasi Jinri yang terlihat berusaha berjalan senormal mungkin.

Jinri cukup dapat bernapas lega ketika selesai mandi, rasa sakitnya berkurang dan ia dapat berjalan walau masih terasa perih dan nyeri di bagian sensitifnya. Jungkook memang tidak tanggung-tanggung dalam hal menyerangnya semalam. Ia kewalahan dengan permainan laki-laki itu.

Jinri ingin mengambil sepiring roti panggang yang baru saja di angkat oleh Hana dari alat pemanggang ketika suara Nyonya Jeon tiba-tiba mengejutkannya.

"Jinri-ya, biarkan Eommonim yang membawanya, eoh. Kau duduk saja. Kau harus banyak beristirahat, sayang." ucapnya Nyonya Jeon dengan wajah khawatir.

Jinri dan Hana tampak bertungkar pandang. Raut khawatir juga langsung tampak di wajah Hana. Ia langsung memegang bahu Jinri dan memperhatikan wajah adik iparnya itu.

"Kau sedang sakit, Jinri-ya?" tanya Hana dengan mata setengah membulat.

Jinri menggelengkan kepalanya pelan. "Aku baik-baik saja, Eonnie." sahut Jinri yang terlihat masih bingung.

Nyonya Jeon menghampiri mereka berdua. "Jinri memang tidak sedang sakit tapi ia harus banyak beristirahat hari ini." ucapnya dengan senyum penuh arti.

Akhirnya, Jinri menuruti perkataan ibu mertuanya untuk duduk saja di meja makan. Hana pun ternyata juga mendapat perintah dari ibunya untuk duduk. Nyonya Jeon terlalu mengkhawatirkan kandungan putrinya itu. Tentu saja ia khawatir, Hana sempat sakit beberapa hari karena kelelahan. Untung saja, kandungannya tidak terjadi apa-apa.

Sarapan pagi di meja makan keluarga Jeon pagi ini kembali dengan berbagai macam menu sarapan. Mereka hanya berlima namun Nyonya Jeon menyiapkan sarapan seperti ingin menjamu berpuluh-puluh tamu. Tampaknya pagi ini ibu dua anak itu sedang dalam mood yang sangat baik. Sejak tadi senyum Nyonya Jeon tidak pernah luntur. Bahkan saat memasak Nyonya Jeon tampak bersenandung ceria. Hana dan Namjoon yang menyaksikan hal itu hanya dapat bertungkar pandang dengan wajah bingung.

Tentu saja Nyonya Jeon senang. Harapannya untuk mendapatkan cucu lagi pasti akan segera tercapai. Cepat atau lambat, Jungkook dan Jinri pasti akan memberikannya seorang cucu mengingat betapa lamanya kegiatan pasangan itu semalam. Ia mendengar semuanya semalam bahkan Nyonya Jeon sempat menguping di depan pintu kamar putranya tersebut.

Awalnya, ia naik ke lantai atas karena ingin mengecek kunci jendela dan pintu. Hal itu memang sudah jadi kebiasaan Nyonya Jeon jika ia tidak bisa tidur. Namun, saat ia melewati pintu kamar Jungkook. Ia mendengar suara-suara desahan dari Jungkook dan Jinri yang bersahutan. Senyum penuh arti dari Nyonya Jeon langsung terpampang dengan jelas.

Ia pasti akan mendapatkan cucu lagi setelah ini. Nyonya Jeon bahkan sudah menghubungi Nyonya Shin ibu Jinri tentang hal ini dan disambut dengan pekikan bahagia. Mereka benar-benar akan menunggu kabar baik dari Jungkook dan Jinri tahun ini.

-00-

Setelah sarapan, Jungkook dan Jinri memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka. Mereka kini sudah sampai di apartemen. Jinri tampak sibuk memasukkan beberapa makanan pemberian Nyonya Jeon untuk mereka ke lemari pendingin di dapur. Sedangkan, Jungkook tengah berada di ruang tengah, laki-laki itu sedang sibuk berbicara di ponselnya. Taehyung pasti mulai heboh menghubunginya karena keterlambatannya.

Jungkook menghela napas setelah Taehyung menutup panggilannya diseberang sana. Dosen Nam mencarinya dan siang ini mereka akan melakukan rapat lagi perihal acara festival. Jungkook dapat menebak pasti ada suatu kesalahan lagi yang membuat dosen cerewet itu mencarinya sepagi ini.

Laki-laki itu menghampiri Jinri yang masih berada di dapur. Jinri terlihat sudah selesai dengan urusannya di dapur. Wanita itu tersenyum ketika melihat Jungkook menghampirinya. Laki-laki itu langsung memeluk pinggangnya.

"Kau sudah ingin berangkat?" tanya nya lalu mengalungkan kedua lengannya di leher suaminya tersebut.

Jungkook menganggukkan kepalanya. "Hmm... Dosen Nam mencariku. Kau memiliki jadwal masuk kelas hari ini?" tanya nya.

Jinri juga menganggukkan kepalanya pelan. "Ya... Aku memiliki dua kelas siang ini," sahutnya sambil merapikan leher baju yang digunakan suaminya tersebut.

"Ayoo... Kau harus berangkat. Dosen Nam akan mengomelimu jika kau terlambat datang," lanjut wanita itu sambil menepuk kedua bahu Jungkook.

Laki-laki itu tampak langsung menghela napas dengan malas. "Aku berharap bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama mu hari ini," gumamnya dengan kedua lengannya yang semakin erat memeluk pinggang Jinri.

Jinri hanya tertawa kecil ketika mendengar perkataan laki-laki itu. "Kita bisa bertemu nanti sore," sahutnya.

Jungkook mengecup sekilas bibir wanitanya itu. "Baiklah. Aku akan menunggumu nanti sore di tempat parkir biasa." ucapnya. Jinri hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Jungkook mengecup dahi Jinri lalu turun ke bibir wanita itu. "Aku berangkat. Kau istirahat saja, okey? Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku." ucapnya sambil mengusap kepala wanitanya itu pelan.

Jinri kembali menganggukkan kepalanya. "Iya... Aku akan beristirahat setelah ini dan aku pasti akan langsung menghubungimu jika ada apa-apa, Jeon Jungkook," sahut Jinri dengan gemas.

Jungkook tersenyum lalu dengan gerakan cepat mengecup pipi Jinri. "Aku mencintaimu." ungkapnya lalu langsung memutar tubuhnya meninggalkan dapur.

Jinri memegang pipinya yang sudah merona dengan jelas. Ia tidak bisa menahan senyum dibibirnya. "Aku juga mencintaimu, Jeon. Dengan sangat." balasnya.

-00-

Jungkook baru saja keluar dari ruang rapat siang ini ketika Junhoe menghampirinya. Laki-laki itu mengatakan ada seseorang ingin bertemu dengannya, orang tersebut tengah menunggunya di ruang musik. Ia langsung memberikan beberapa berkas yang awalnya ia pegang pada Taehyung dan melanjutkan langkahnya ke ruang musik yang berada satu lantai dari lokasinya sekarang.

Laki-laki itu membuka ruang musik dan masuk ke ruang tersebut. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang yang ingin bertemu dengannya itu. Jungkook tersenyum sinis.

"Ada apa kau kemari?" tanyanya to the point.

Orang tersebut memutar tubuhnya lalu tersenyum tipis. "Begitukah caramu menyapa Hyungmu ini, Jeon Jungkook?" ucap orang tersebut.

Jungkook berdecih pelan. "Jangan berbelit-belit, Jeon Wonwoo. Katakan ada apa kau kemari?" tanya nya dengan suara dinginnya.

Wonwoo menarik salah satu dan duduk disana. "Kau pasti sudah tahu apa tujuanku kemari," sahut laki-laki itu terlihat tanpa beban.

Jungkook ikut menarik kursi dan duduk disebelah kakak sepupunya tersebut. "Lalu?" tanyanya begitu singkat.

Wonwoo tampak kembali tersenyum. "Bagaimana kabarnya? Aku dengar, ia kini mengejar-ngejarmu. Lucu sekali," kali ini laki-laki itu terkekeh.

Jungkook tertawa pelan. "Untuk apa kau menanyakan kabarnya padaku? Bukankah kau bisa menghampirinya sendiri?" sahutnya.

Wonwoo melayangkan tatapan mengejeknya pada adik sepupunya itu. "Wow... Aku tidak salah dengar? Kau menyuruhku untuk menghampirinya. Bukankah dulu kau melarangku bahkan hanya untuk menatapnya?" laki-laki itu menyeringai mengejek.

"Ah... Aku lupa. Kau sekarang memiliki mainan baru, bukan?" lanjutnya dengan seringaian yang tak kalah berbahaya dari Jungkook.

Jungkook hanya tertawa menanggapi perkataan sepupunya tersebut. Wonwoo memang tidak pernah berubah. Ia selalu menganggap wanita adalah mainan baginya. Jungkook cukup tahu dengan pikiran sepupunya tersebut.

"Jika tidak ada yang kau bicarakan lagi, aku akan pergi. Aku masih memiliki banyak pekerjaan setelah ini," ucap Jungkook. Ia berdiri lalu memutar tubuhnya untuk melangkahkan kakinya kearah pintu.

"Aku akan membawanya keluar dari dunia menjijikkan itu," perkataan Wonwoo berhasil menghentikan langkah Jungkook.

Wonwoo mengambil langkah untuk menghampiri adik sepupunya tersebut. "Aku akan melakukannya dengan cara apapun," gumamnya.

Jungkook menatap sepupunya itu dengan pandangan tidak percaya. "Jangan main-main dengan perkataanmu," sergahnya.

Tatapan Wonwoo tampak sendu namun ia dengan cepat-cepat menutupinya dengan ekspresi congkaknya tersebut. "Aku tidak pernah main-main dengan perkataanku. Aku akan melakukannya dan membuatnya hanya menjadi milikku," sahutnya dengan senyum congkaknya.

Tanpa ia kira, Jungkook tampak tersenyum padanya. Bukan senyum sinis maupun senyum mengejek yang biasa laki-laki itu berikannya padanya.

"Lakukan jika kau benar-benar mencintainya, Hyung. Aku harap kau tidak hanya sedang mencari hiburan saja kali ini."

Setelah itu, Jungkook kembali mengambil langkah untuk meninggalkan kakak sepupunya tersebut. Namun, Wonwoo menghentikan langkahnya kembali.

"Berhati-hatilah. Saingan barumu lebih berat sekarang. Jaga adik iparku itu dengan baik." peringatnya lalu melangkah mendahului adik sepupunya tersebut. Ia sempat menepuk bahu Jungkook dengan cukup keras.

-00-

Yuri melangkahkan kaki jenjangnya memasuki sebuah apartemen mewah di daerah Gangnam malam ini. Sore tadi ia baru saja menerima panggilan dari "Pelanggan" barunya. Awalnya ia ingin menolak pelanggannya tersebut namun ia mengurungkan niatnya ketika mendengar pelanggannya itu berani membayar dua kali lipat bahkan lebih jika ia menerimanya. Tentu saja, ia langsung tergiur. Sepertinya, kali ini pelanggannya bukannya orang sembarangan.

Ia menghentikan langkahnya di salah satu pintu apartemen sesuai dengan nomor pintu yang dikirimkan oleh pelanggannya tersebut yang masih misterius. Ia cukup penasaran siapa laki-laki yang berani membookingnya malam ini dengan tarif yang fantastis.

Selain menjadi model, inilah pekerjaannya. Ia seorang jalang yang cukup terkenal dengan tarif yang tidak main-main untuk semalam. Pekerjaan ini bukanlah hal yang ia mau namun keadaan harus memaksanya untuk melakukannya. Setelah skandalnya di Jepang, karirnya sebagai seorang model langsung berada di ujung tanduk. Banyak pembatalan kontrak dan ganti rugi yang harus ia tanggung selama ini.

Ia sudah lama melakukan pekerjaan menjijikkan ini. Jungkook bahkan sudah mengetahuinya. Laki-laki itu sudah beberapa kali berusaha untuk menghentikannya. Yuri tersenyum dengan sendu ketika mengingat sosok Jungkook yang kembali menghantam memorinya. Jungkook adalah sosok yang selalu membelanya ketika dunia menghakiminya. Jungkook jugalah yang dapat menerima kekurangannya dengan sepenuhnya. Namun, itu dulu sebelum ia menyadari betapa berharganya laki-laki itu untuknya. Sebelum Jungkook berbalik pergi meninggalkannya.

Ia baru menyadari jika sebenarnya ia mencintai laki-laki itu ketika ia mendapati Jungkook sudah tidak berada di sampingnya lagi. Ia begitu merasa kehilangan ketika Jungkook menyerah akan dirinya.

Hatinya benar-benar terasa hancur tak tersiksa ketika ia berhasil bertemu dengan laki-laki itu dan mendapatkan kabar jika Jungkook menikahi wanita lain. Secepat itukah Jungkook melupakan perasaannya? Ia hampir tidak percaya jika laki-laki itu mengatakan jika ia mencintai Shin Jinri.

Jungkook benar-benar mengacuhkannya bahkan ia dapat melihat sorot kebencian dari mata laki-laki tersebut. Ia tidak tahu harus bagaimana agar Jungkook dapat memandangnya kembali.

Yuri menghela napas dengan berat seolah dengan hal itu ia dapat mengenyahkan sementara pikiran-pikiran tersebut.

Ia memencet digit-digit password pintu apartemen tersebut dan berhasil terbuka. Ternyata orang tersebut tidak berbohong. Yuri langsung masuk tanpa curiga sedikitpun. Ia sering melakukan hal ini. Biasanya pelanggannya akan membuat janji di hotel atau di apartemen seperti ini.

Yuri semakin dalam masuk ke dalam apartemen mewah tersebut. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat seorang laki-laki yang kini tengah berdiri membelakanginya. Orang tersebut tampak sedang asyik menikmati pemandangan kota Seoul dari jendela besar di depannya.

Ia mengambil langkah menghampiri laki-laki tersebut lalu memeluknya dari arah belakang. "Kau lama menunggu, hm?" tanya nya dengan nada yang begitu menggoda.

Laki-laki itu tampak tersenyum tipis. Ia melepas pelukan wanita itu lalu memutar tubuhnya menghadap wanita tersebut. "Kau terlambat, Nona Kwon," ucap laki-laki itu dengan suara beratnya.

Yuri tampak langsung menahan napasnya ketika menyadari siapa laki-laki yang ada di depannya sekarang. Ia secara spontan langsung mundur satu langkah.

"Je... Jeon Wonwoo?" cicit Yuri dengan keterkejutan luar biasa.

"Lama tidak bertemu, sayang." sapa laki-laki itu dengan seringaiannya.







-TBC-



CHAPTER INI PENDEK. YURI CUKUP LAMA NONGOLNYA. JEON WONWOO IS BACK. DAN... JUNGKOOK SAMA JINRI MAKIN LENGKET BIKIN LITMON ENCOK-ENCOK NULISNYA /? WKWK #ABAIKAN XD

Litmon balik ya seperti biasa di tengah malam seperti ini. Malam ini litmon gak panjang-panjang berkoar2 disini karena litmon jujur aja lagi lelah banget. Chapter 28 ini memang pendek dan silahkan jika ada yang mau protes. Litmon pasrah ajalah :"v chapter ini memang paling pendek dari chapter2 sebelumnya. Tapi litmon masih berharap kalian masih bisa baper dengan chapter ini walaupun dikit wkwk :"v

Udah itu aja ya dari litmon. Selamat membaca. Bye-bye 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top