Chapter 25
"Tidak ada hal yang menyenangkan selain merayakan hari spesial bersama orang yang spesial juga, bukan? Selamat ulang tahun, Jeon. Aku iri padamu, bodoh!" (read: caption Hanbin)
Jinri terduduk pelan di pinggir ranjang dengan tangannya yang masih menggenggam erat ponselnya.
"Orang spesial?" gumamnya pelan dengan pandangan kosong.
Pagi ini, Jinri baru saja mengecek ponselnya yang tak ia sentuh sejak semalam dan ternyata banyak sekali pemberitahuan yang masuk. Salah satunya, pemberitahuan dari instagramnya. Ia cukup terkejut ketika melihat nama Kim Hanbin memfollownya. Ia pernah satu club dengan Hanbin karena itu lah ia cukup akrab dengan Sunbaenya tersebut.
Tanpa pikir panjang, Jinri langsung memfollback Sunbaenya tersebut dan tanpa sengaja ia membuka beranda laki-laki itu. Dan ada satu postingan Hanbin yang menarik perhatiannya.
Jungkook merayakan ulang tahunnya bersama Kwon Yuri semalam. Foto tersebut seperti sebuah hantaman baginya. Jadi, laki-laki itu pulang terlambat karena hal ini. Jinri tertawa hambar. Apa ini sebuah lelucon?
Sakit? Sesak? Tentu saja ia merasakan hal itu. Apa maksud dari semua ini? Apa selama ini Jungkook hanya mempermainkannya? Siapa yang tahu, jika Jungkook diam-diam masih memiliki hubungan dengan gadis Kwon tersebut, bukan? Dari foto itu, mereka berdua terlihat baik-baik saja.
"Jinri-ya, kau belum siap-siap? Jadwal kuliahmu pagikan hari ini?"
Jinri terperanjat ketika mendengar suara Jungkook yang bertanya padanya. Ia dengan cepat meletakkan ponselnya ke atas nangkas di samping ranjang.
"Kau melihat apa barusan? Wajahmu terlihat serius," Jungkook kembali bersuara.
Jinri mendongak sedikit lalu berusaha tersenyum senormal mungkin. "Tidak apa-apa. Aku tadi hanya melihat diskon disalah satu online shop langgananku," sahutnya beralasan.
Jungkook tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Oh. Bersiap-siaplah. Aku tunggu di ruang tengah," laki-laki itu mengacak rambut Jinri pelan lalu keluar kamar.
10 menit kemudian...
Jinri keluar dari kamar dan ia tidak menemukan Jungkook di ruang tengah. Ada suara orang yang berbicara di ruang depan. Itu suara Jungkook. Jinri melangkahkan kakinya menuju ruang depan.
Jungkook ternyata sedang berbicara dengan seorang pengantar paket. Tidak beberapa lama pengantar paket itu pergi dan laki-laki itu langsung menutup pintu dengan sebuah kotak berwarna cream di tangannya.
Jinri menghampiri laki-laki itu. "Itu paket apa, Jungkook-ah?" tanya gadis itu. Tangannya terulur untuk menyentuh kotak tersebut. Namun, Jungkook tiba-tiba menjauhkan kotak tersebut. Ia menyembunyikan kotak itu di sisi tubuhnya.
Jungkook tersenyum tipis. "Bukan apa-apa. Hanya paketan pesananku." sahut laki-laki itu lalu pergi menuju ruang studio pribadinya.
-00-
Lagu paper heart dari Tori Kelly mengalun lembut memecahkan keheningan di mobil yang sedang di kenderai oleh Jungkook tersebut. Entah kenapa, suasana di mobil tersebut tiba-tiba menjadi suram. Biasanya, pasangan Jeon ini tidak akan pernah diam. Ada-ada saja yang mereka perdebatkan. Namun, pagi ini sepertinya mereka berdua sama-sama dalam mood yang kurang baik.
Jinri sejak tadi selalu memalingkan kepalanya ke arah jendela mobil dan Jungkook yang tampak menatap lurus ke depan dengan wajah serius. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sebuah pemandangan yang langka sebenarnya dari pasangan Jeon ini.
Jinri menghela napas. Pikirannya kini sudah berkecamuk dengan postingan Hanbin di instagram yang ia lihat tadi pagi. "Orang Spesial" kata-kata itu entah sangat menganggunya dan fakta jika Jungkook merayakan ulang tahunnya bersama Kwon Yuri sebelum bersamanya membuat perasaannya semakin ada yang mengganjal.
Jinri kembali menghela napas. Ia menoleh sedikit untuk menatap Jungkook yang sedang menyetir di sampingnya. Ia ingin memastikan sesuatu.
Gadis itu berdehem pelan. "Jungkook-ah?" panggilnya.
Jungkook melirik sebentar gadis di sampingnya tersebut. "Hmm?" gumamnya.
Jinri menatap laki-laki itu. "Apa kau benar-benar sibuk kemarin malam?" tanya nya dengan suara sesantai mungkin.
Jungkook kembali melirik Jinri dengan kerutan di dahinya. "Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Kau menyesal karena aku pulang terlambat dan kejutannya menjadi gagal, hm?" tanya nya. Laki-laki itu menghentikan mobilnya karena lampu merah di depan.
Gadis itu tersenyum tipis. "Tidak... Bukan seperti itu. Kau tidak merayakan ulang tahunmu bersama teman-temanmu kemarin?" tanya nya kembali.
Jungkook tampak tidak langsung menjawab. Laki-laki itu kembali menjalankan mobilnya ketika lampu lalu lintas di depan sudah berubah menjadi hijau.
"Tidak... Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku langsung pulang." sahutnya.
"Deg!"
Jantung Jinri langsung berdetak kencang. Jungkook membohonginya. Gadis itu langsung memalingkan kepalanya ke arah jendela. Ada raut kecewa di wajahnya sekarang. Kenapa Jungkook harus membohonginya?
Mobil milik Jungkook tersebut kini sudah memasuki area parkiran. Laki-laki itu mengambil parkiran yang terletak paling ujung. Parkiran pagi ini terlihat masih lengang jadi mereka berdua tidak harus was-was jika ada yang melihat mereka dalam satu mobil. Alasan Jungkook ingin mengantar Jinri ke kampus pagi ini karena mereka berangkat lebih pagi jadi tidak apa-apa jika berangkat bersama-sama. Miris memang, tapi mau bagaimana lagi. Hubungan mereka memang harus di rahasiakan jika Jinri ingin berkuliah dengan tentram sampai ia lulus. Penggemar Jungkook sangat banyak dan terkenal sangat bar-bar.
Jinri melepas seltbeltnya. "Aku ke kelas dulu. Aku sudah meletakkan bekalmu di belakang. Jangan melewatkan makan siangmu lagi," ucap gadis itu sambil tersenyum tipis.
Jungkook menganggukkan kepalanya. "Kau tidak memasukkan sayuran-sayuran bau itu ke dalam bekal makan siangku, kan?" tanya nya dengan kernyitan jijik. Tiga hari yang lalu, Jungkook juga meminta Jinri untuk membuatkannya bekal makan siang dan saat ia membuka bekal tersebut, Jungkook hampir saja memuntahkan semua isi perutnya. Menu makanannya, semua berbahan sawi dan brokoli. Jungkook benar-benar membenci sayuran tersebut.
Jinri mendengus. "Itu makanan sehat. Jangan memilih-milih makanan seperti itu, kau itu bukan anak umur 5 tahun lagi," sahutnya ketus.
Jungkook berdecih pelan. "Aku tidak memilih-milih makanan, aku hanya tidak menyukainya. Jika salah satu dari sayuran bau itu ada di bekalku, kau akan mendapatkan akibatnya saat pulang nanti," ancam laki-laki itu.
Jinri tampak memutar matanya jengah. "Terserah kau saja. Aku tidak takut." gumamnya acuh.
Ya, sepertinya aura suram yang sempat menguar di mobil milik Jungkook tersebut tidak bertahan lama karena pasangan Jeon ini kembali menciptakan perdebatan mereka yang tidak bisa dikatakan akan berlangsung sebentar.
Jungkook menyeringai. "Benarkah? Kau tidak takut? Aku belum mengatakan apa yang akan aku lakukan jika kau memasukkan makanan menjijikkan itu ke dalam bekalku," suara Jungkook kini terdengar berbeda.
Jinri tertawa meremehkan. "Memangnya kau ingin melakukan apa? Ancamanmu itu tidak mempan padaku," sahutnya menantang.
Seringaian laki-laki itu semakin lebar. "Melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan," ucapnya enteng.
"Ngomong-ngomong, aku belum mendapatkan kado spesialku," lanjutnya pelan.
Jinri menolehkan kepalanya pelan ke arah laki-laki itu. "Kado spesial apa? Apa sepatu kemarin tidak cukup? Aku tidak memiliki uang lagi untuk membelimu kado yang lebih mahal dari pada itu." sahutnya dengan sebal. Apa-apaan pikirnya. Ia sudah hampir menghabiskan setengah dari uang tabungannya untuk sekedar membeli sepatu brand Puma tersebut dan sekarang Jungkook meminta kado lagi. Yang benar saja?
Laki-laki itu tampak terdiam sesaat. "Lupakan saja," sahutnya lalu kembali menatap lurus ke depan. Tiba-tiba ia kehilangan moodnya untuk menjahili gadis itu.
Jungkook meremas stirnya ketika melihat siapa yang keluar dari mobil sedan putih yang terparkir kurang lebih berjarak 50 meter dari mereka sekarang. Gadis Kwon itu ternyata masih memiliki muka untuk kembali menghampirinya.
Jinri mengangkat sebelah alisnya bingung. "Ya! Bagaimana bisa seperti itu? Cepat katakan. Jangan berbicara setengah-setengah seperti itu." desak gadis itu. Jinri bahkan sudah melupakan tujuan awalnya untuk ke kelas secepatnya.
Jungkook menoleh ke arah gadis itu. "Kau benar-benar ingin tahu?" tanya laki-laki itu serius.
Jinri memutar matanya sebal. "Tentu sa-"
Belum sempat gadis itu menyelesaikan perkataannya, Jungkook sudah lebih dulu mengambil wajah Jinri lalu mengarahkan wajah gadis itu ke wajahnya. Bibir mereka langsung bertemu.
Lembut namun penuh hasrat. Bibir Jungkook kini sudah berada di atas bibir gadis itu. Ia melumatnya dengan pelan seolah menikmati setiap inci dari bibir manis gadis Shin itu.
Jinri menahan napasnya ketika ia merasa ciuman laki-laki itu semakin menuntut. Ia mencoba mendorong bahu Jungkook namun itu tak akan berpengaruh apa-apa pada laki-laki tersebut.
Jungkook tidak pernah gagal dalam hal membuai gadis yang ada di dekapannya sekarang. Jinri akan selalu masuk dalam jeratannya. Suara decakan yang tercipta dari pertautan mereka terdengar memenuhi mobil tersebut. Jungkook maupun Jinri bahkan sudah sama-sama melupakan fakta bahwa mereka sedang berciuman di kawasan parkiran kampus.
Yuri melenggang melewati mobil yang sebenarnya milik Jungkook tersebut dengan decakan pelan. Ia melirik sekilas mobil tersebut.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar, bocah-bocah. Apa mereka tidak mempunyai tempat lain sampai melakukannya disini?" gumamnya sambil mengibas rambutnya. Ia melenggang pergi memasuki kawasan gedung kampus tanpa menyadari jika mobil yang ia lewati tadi adalah milik Jungkook.
Jungkook menghentikan ciumannya. Badannya kembali tegap namun matanya masih lekat menatap Jinri yang masih mengatur napasnya tersebut. Tangannya terulur untuk mengusap bibir Jinri dengan lipstik yang sudah terlihat pudar tersebut. Jungkook cukup bangga, karena ia adalah laki-laki yang membuat lipstik gadis itu pudar. Tidak ada yang dapat menyentuh bibir gadisnya itu selain dirinya. Bibir dengan sejuta sensasi itu adalah miliknya. Hanya ia yang bisa memudarkan lipstik dari bibir gadis itu. Hanya dirinya.
"Kau sudah tahukan apa yang akan aku lakukan? Jadi, jangan coba-coba untuk menantangku, Nyonya Jeon." bisiknya lalu mencuri satu kecupan lagi bibir di bibir gadis itu.
-00-
"Kabar baru datang dari Rapper Suga. Setelah beberapa bulan lalu sempat dikabarkan tengah berkencan. Kini, netizen kembali diramaikan dengan beredarnya sebuah foto yang menunjukkan Rapper dengan nama asli Min Yoongi ini tengah berpelukan mesra dengan seorang wanita di sebuah pantai di pinggir kota. Menurut beberapa netizen, wanita yang bersama Suga tersebut adalah wanita yang sama dengan beberapa bulan yang lalu. Banyak yang membandingkan foto yang sempat beredar beberapa bulan lalu ketika Rapper pemilik senyum manis itu keluar dari gedung agency dengan menggandeng seorang wanita dengan foto yang baru saja beredar.
"Aku yakin ini wanita yang sama dengan beberapa bulan yang lalu. Postur tubuhnya sama. Mereka terlihat sangat dekat. Suga Oppa benar-benar berkencan sekarang," ungkap seseorang netizen disalah satu tweetnya.
Sumber lain mengatakan jika Suga dan wanita yang diduga sebagai kekasih dari Rapper tersebut tak menyadari perhatian orang-orang di sekitar mereka ketika berkencan.
"Tampaknya mereka berkencan dengan baik dan tanpa malu-malu. Hubungan mereka sudah diketahui di antara rapper-rapper," kata sumber yang mengaku sering melihat pasangan itu bersama-sama.
Kabarnya, salah satu netizen mengaku mengenal wanita yang bersama Rapper berusia 32 tahun itu. Mereka mengatakan jika Suga berkencan dengan seorang wanita yang memiliki status "Janda beranak satu". Hal tersebut, berhasil membuat netizen maupun fans heboh.
"Aku mengenali wanita itu karena anaknya berada satu sekolah dengan keponakanku. Ia adalah Single Mother. Aku sangat terkejut melihat berita ini. Aku berharap Suga Oppa tidak serius dengan wanita itu," ungkap salah satu netizen yang tidak mau disebut namanya dengan ungkapan kecewa.
Sementara itu, Suga maupun dari pihak agency belum buka suara tentang berita ini. Netizen berharap mereka (Pihak agency) cepat menanggapi rumor dan bukti-bukti kencan Suga yang beredar.
Jiwoo menggigit bibirnya cemas ketika membaca artikel yang baru saja di publise tadi malam. Berita ini kembali datang lagi setelah berita serupa tentang mereka mereda beberapa bulan yang lalu. Berita ini lebih parah lagi, mereka membawa-bawa statusnya. Jiwoo sangat sensitif jika ada yang membawa-bawa status yang sudah ia sandang selama sekitar 3 tahun itu. Dan lagi, sepertinya masalah ini akan merambat ke anaknya, Young. Hal ini yang paling ia takuti, ia takut putri satu-satunya itu tersakiti.
Jiwoo menghela napas berat. "Kenapa cepat sekali beredar? Ya Tuhan," gumam wanita itu.
"Apanya yang cepat beredar? Kau melihat apa?"
Jiwoo terperanjat kaget ketika Yoongi tiba-tiba duduk di seberang meja lalu merebut tab dari tangannya. Laki-laki itu ternyata sudah bangun dari tidurnya dan terlihat sudah baik-baik saja. Demamnya sudah turun.
Jiwoo tampak langsung panik. "Yoon, kembalikan." wanita itu berusaha mengambil tab miliknya dari tangan Yoongi. Namun, Yoongi dengan singgap menghindar.
Mata Yoongi dengan cepat membaca artikel yang dibuka oleh calon istrinya itu. Laki-laki itu tampak langsung berdecih ketika membaca artikel tersebut.
Yoongi meletakkan tab berwarna putih itu keatas meja dengan kasar. "Kurang kerjaan sekali. Apa mereka tidak bisa menyajikan berita yang lebih bermutu dari sekedar berita asmara seseorang?" gerutunya dengan wajah merendahkan.
Jiwoo menghela napas. "Yoon, sekarang mereka sudah tahu statusku," cicitnya.
Yoongi mengerutkan keningnya. "Lalu kenapa?" tanya nya santai.
Jiwoo langsung menatap laki-laki itu dengan pandangan tidak percaya. "Kau bertanya kenapa? Tentu saja setelah ini kau akan terancam, Yoon. Rumor berkencan kita dan statusku. Hal itu dapat mengancam karirmu," sahutnya dengan nada khawatir yang kentara.
Yoongi menyandarkan punggungnya dikursi. "Hal yang kau khawatirkan itu tidak akan terjadi," ucapnya enteng.
Jiwoo kembali menggigit bibirnya. "Yoon... Ini adalah hal yang paling aku takuti selama ini. Fans mu sama sekali tidak menerimaku apalagi dengan statusku sekarang. Aku seorang janda dan memiliki seorang anak. Mereka pasti tidak akan terima idola mereka mempunyai hubungan dengan seseorang sepertiku. Aku akan menjadi perusak karirmu yang sudah susah payah kau bangun selama ini, Yoon," ucap Jiwoo panjang lebar.
Yoongi menatap lurus-lurus wanita didepannya ini dengan pandangan tajamnya. "Aku tidak memerlukan persetujuan mereka untuk memiliki hubungan denganmu. Jangan pedulikan penilain orang diluar sana," untuk sekali lagi Yoongi menjawab perkataan Jiwoo dengan enteng tanpa beban.
Jiwoo tampak menghela napas lelah. "Yoon, kau tidak paham," ucapnya lesu.
Yoongi tersenyum miring. "Apa yang tidak aku pahami? Perasaanmu? Keadaan ini? Atau hubungan kita ini?" tanya laki-laki itu dengan tawa merendahkan.
"Aku lebih dari paham apa yang sedang kita hadapi sekarang. Aku sudah berulang-ulang mengatakannya untuk tidak memikirkan apa yang dikatakan orang-orang diluar sana. Biarkan aku yang memikirkan jalan keluarnya," lanjutnya.
Jiwoo benar-benar pusing jika sudah berdebat dengan Yoongi tentang masalah ini. "Aku memikirkan karirmu, Min Yoongi. Demi Tuhan... Kau harus memikirkan prioritas utama mu, Yoon." ucap wanita itu tampak sudah sangat frustasi.
Yoongi tidak langsung menjawab perkataan Jiwoo. Ia tampak terdiam dengan helaan napas pelan. Entah apa yang sedang dipikirkan laki-laki itu. Namun, dari raut wajahnya laki-laki itu tidak terlihat sesantai tadi.
"Bohong jika aku tidak memikirkan karirku. Itu adalah prioritas utamaku. Karirku adalah segala-galanya untukku. Namun, itu adalah cerita lama. Sekarang, prioritas utamaku bukanlah karir. Aku sudah lama merubahnya," laki-laki itu mulai membuka suara.
"Yoon... Apa maksudmu?" Jiwoo tampak terkejut dengan perkataan yang dilontarkan oleh laki-laki itu. Apa ia tidak salah mendengar? Seorang Min Yoongi yang selalu mendewakan karirnya itu mengatakan prioritas utamanya sekarang bukanlah karir.
"Prioritas utama ku sekarang adalah orang-orang yang ku cintai. Kalian adalah prioritas utamaku sekarang. Aku akan melakukan apapun untuk menjaga dan membahagiakan kalian. Percayakan padaku. Jangan memikirkan apapun tentang masalah ini. Aku akan menyelesaikannya," pengakuan Yoongi benar-benar membuat Jiwoo terdiam. Ia hampir tidak percaya jika yang tengah berbicara didepannya ini adalah Min Yoongi.
"Aku sudah memikirkan hal ini matang-matang. Aku akan menghadapi semua resiko yang akan terjadi. Jika memang mereka tidak mendukung hubungan kita, aku akan benar-benar meninggalkan dunia hiburan," lanjutnya dengan keseriusan yang terlihat bukan main.
Jiwo tercekat mendengar perkataan Yoongi. "Yoon... Apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau berbuat seperti itu? Kau... Kau juga akan meninggalkan musik?" wanita itu langsung berdiri dari tempat duduknya dengan mata membulat sempurna.
Yoongi tersenyum singkat. "Aku tidak meninggalkan musik. Aku hanya meninggalkan panggung dan mungkin bekerja di balik layar setelah itu. Aku sudah berencana untuk pindah ke Daegu. Kita akan tinggal disana dan mengelola sekolah musikku disana. Kita bisa memulai kehidupan baru disana bersama anak-anak kita." jelasnya dengan panjang lebar.
Jiwoo langsung terduduk kembali dengan raut wajah terkejut bercampur terharu. Ia tidak tahu jika Yoongi sudah berpikir sejauh itu. Selama ini, laki-laki itu terlihat begitu santai seperti tidak peduli dengan hal-hal seperti ini. Bahkan, Yoongi tidak pernah membahas tentang kehidupan mereka setelah pernikahan mereka nanti.
Yoongi bangkit dari tempat duduknya. "Sebaiknya kita bersiap-siap. Jadwalnya jam 10, kan?" laki-laki itu melirik jam dinding besar yang tergantung di ruang tengah apartemennya.
Jiwoo menatap Yoongi bingung. "Bersiap-siap? Jadwal apa?" tanya nya.
Yoongi memutar tubuhnya menghadap wanita itu. Ia berdecak pelan. "Kau lupa? Hari ini kita memiliki janji untuk bertemu dengan Seokjin. Jadwal pemeriksaanmu," ucap laki-laki itu.
Jiwoo menepuk dahinya pelan. "Astaga, aku benar-benar lupa," wanita itu langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia menghampiri Yoongi. Laki-laki itu langsung merangkulnya.
"Bagaimana keadaannya didalam sana? Aku belum mengucapkan selamat pagi padanya hari ini,"
"Ia baik-baik saja, Yoon. Kau tidak mengucapkan selamat pagi juga padaku?"
"Hmm... Aku mencintamu,"
"Yoon... Apa itu terdengar seperti ucapan selamat pagi?"
"Selamat pagi dan aku mencintaimu. Puas?"
"Aku juga mencintaimu, Min Suga genius jjang jjang man bboong bboong."
-00-
Sepanjang jam mata kuliah hari ini tidak ada satu pun pelajaran yang masuk ke dalam otaknya. Pikirannya bercabang kemana-mana. Jinri beberapa kali mengumpat dalam hatinya. Si Jeon sialan itu membuat pikirannya kesana kemari. Ia bahkan masih terbayang dengan ciumannya bersama Jungkook saat di mobil tadi pagi. Hal itu adalah hal tergila yang pernah ia lakukan selama ini. Untung saja kawasan parkiran tersebut masih sunyi. Jika tidak, tamatlah riwayatnya.
Jungkook memang gila. Kenapa laki-laki itu tidak melihat tempat dulu saat menciumnya? Bagaimana jika... Tunggu dulu. Kenapa ia seperti menginginkannya juga? Jinri mengacak rambutnya frustasi. Ada apa dengan dirinya? Seharusnya, ia sedang kesal dengan laki-laki itu karena kebohongan Jungkook padanya bukan malah sibuk membayangkan ci... Ah... Lupakan.
Jinri keluar dari kelasnya dengan lesu. Yerin yang sejak tadi selalu mengoceh di sampingnya tidak ia hiraukan. Hal tersebut membuat Yerin mendengus sebal pada sahabatnya tersebut.
Yerin menahan langkah Jinri. "Ya! Sebenarnya kau ini kenapa?" tanya gadis bersurai blonde tersebut.
Jinri tampak menghela napas. "Aku tidak apa-apa, Yerin-ah." sahutnya tidak bersemangat.
Yerin mendelik. Kekasih dari Kim Taehyung itu bukanlah orang yang mudah percaya dengan kata-kata "Aku tidak apa-apa" yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Ia tahu tabiat Jinri.
Gadis itu berdehem. "Ponselku akan aktif selama 24 jam jika kau ingin menghubungiku. Pintu apartemenku akan selalu terbuka untukmu jika kau ingin bercerita atau menangis sepanjang malam dan kau bisa menggunakan jasaku untuk menghajar Jeon Jungkook jika ia menyakitimu," ucap gadis itu seakan tahu jika sekarang sahabatnya itu sedang memiliki masalah.
Jinri tertawa pelan. "Aku akan mengingatnya. Tapi aku tidak yakin kau bisa menghajar Jungkook dengan benar. Kau itu kan mudah sekali terpesona," ejek gadis itu.
Yerin berdecih. "Jangan meremehkan aku. Aku tidak akan tinggal diam jika ada yang menyakiti sahabatku. Tidak peduli itu Jeon Jungkook sekalipun." ucapnya bersemangat dengan kepalan tangannya ke atas. Benar-benar terlihat konyol.
Jinri tertawa melihat tingkah laku sahabatnya itu yang tidak pernah tahu malu. Yerin selalu berhasil menghiburnya. Kata-kata dan tingkah gadis itu sering mengundang tawa siapapun yang melihatnya. Lee Yerin sama sekali tidak menjaga imagenya. Pantas saja, hubungan Yerin dan Taehyung dapat bertahan lama. Mereka berdua cocok. Sama-sama konyol dan gila.
Saat itu juga dari arah depan terlihat Hanbin yang tengah membawa beberapa tumpukan kertas dan buku di tangannya. Laki-laki itu langsung tersenyum ramah ketika melihat Jinri dan Yerin. Hanbin memang terlihat seperti Sunbae yang berwajah galak tapi sebenarnya ia memiliki sikap yang ramah pada siapapun. Ia tidak kalah konyolnya dengan Taehyung dan Bobby.
Hanbin menghentikan langkahnya. "Shin Jinri. Kau sudah memfollback akun instagramku yang barukan?" tanya nya langsung.
Jinri menganggukkan kepalanya. "Ah... Ya, Sunbae. Aku sudah memfollback akunmu," sahutnya dengan senyum tipis.
Hanbin tampak tersenyum puas. "Baguslah. Terima kasih," ucapnya dengan nada bicara ceria khasnya.
"Dan... Kau bocah tengik. Kenapa kau tidak memfollbackku, hah? Sekarang kau menjadi sombong karena followersmu banyak, huh?" lanjut laki-laki itu mengomel pada Yerin yang tengah berdiri di samping Jinri.
Yerin tampak terkejut. "Hah? Bukan seperti itu, Sunbae. Aku kira itu bukan kau, Sunbae," sahutnya. Yerin benar-benar tidak tahu itu akun milik Hanbin. Laki-laki Kim itu sering bergonta-ganti akun instagram pribadinya entah untuk apa. Hanya akun instagram kucing dan anjingnya saja yang tidak bergonta-ganti. Jadi, jika kalian ingin mencari Hanbin di instagram, follow saja akun instagram kucing dan anjing peliharaan laki-laki itu. Hanbin sering aktif di kedua akun pribadi khusus hewan peliharaannya tersebut.
Hanbin memainkan bibirnya sebal. "Ya... Ya... Aku tahu alasanmu itu. Kau dan Taehyung sama saja," keluhnya dengan decakan.
Hanbin melanjutkan langkahnya meninggalkan Jinri dan Yerin setelah mengobrol sebentar dengan kedua gadis itu. Lebih tepatnya di dominasi dengan omelannya dengan Yerin. Jika ia bertemu dengan Yerin, entah kenapa jiwa mengomelnya langsung keluar. Tingkah gadis itu sering membuatnya sebal sendiri, mirip seperti Taehyung pikirnya.
Baru beberapa langkah laki-laki itu pergi. Tiba-tiba, Jinri memanggilnya. Otomatis Hanbin memutar tubuhnya. Gadis itu menghampirinya.
"Apa aku bisa bertanya sesuatu padamu, Sunbae?"
-00-
Setelah mendengar cerita Hanbin, Jinri langsung pulang ke apartemen. Ternyata mereka benar-benar membuat pesta ulang tahun untuk Jungkook. Jungkook bersama Yuri kemarin malam. Jinri memegang dadanya, rasanya tiba-tiba sesak ketika mengatahui hal tersebut.
Jungkook diam-diam masih memiliki hubungan dengan gadis itu. Buktinya, Hanbin mengatakan gadis Kwon itu setiap hari menemui Jungkook dan membawa makan siang untuk laki-laki itu dan teman-temannya. Jungkook benar-benar menyembunyikan hal ini darinya.
Jinri melangkahkan kakinya menuju studio pribadi milik laki-laki itu. Ia mendorong pintu tersebut. Tidak terkunci. Jungkook sepertinya lupa mengunci studio pribadinya. Ini adalah pertama kalinya Jinri memasuki ruang tersebut. Selama ini, Jungkook tidak mengijinkan siapapun untuk masuk ke dalam studio pribadinya. Mereka sempat bertengkar hebat hanya karena Jinri ingin membersihkan ruangan tersebut. Namun, kali ini Jinri memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan itu.
Ia masuk ke dalam studio mini tersebut dan wangi khas Jungkook langsung menyapa penciumannya. Jadi ini tempat Jungkook menghabiskan waktunya. Semua barang kesayangan milik laki-laki itu ada dalam ruangan ini. Bahkan koleksi komik Jungkook berjejer rapi di rak buku yang dibuat menempel pada dinding.
Jinri melangkahkan kakinya menuju meja yang ia yakini sebagai meja kerja laki-laki itu karena di meja tersebut terlihat beberapa tumpuk buku tentang musik dan lembaran-lembaran kertas berisi tulisan dengan banyak coretan tampak berserakan.
Namun, bukan hal itu yang menarik perhatian gadis itu. Di meja tersebut, ada sebuah kotak berwarna cream yang di terima Jungkook tadi pagi. Jinri tanpa pikir panjang langsung membuka kotak itu. Ia memang sudah penasaran dengan kotak itu.
Isi kotak tersebut adalah sepasang sepatu Saint Laurent edisi terbaru. Jinri sempat membulatkan matanya ketika melihat sepatu tersebut. Walaupun ia menguras semua isi tabungannya, itu tidak akan cukup untuk membelinya.
Di sisi sepatu tersebut ada sebuah kartu ucapan yang berwarna senada dengan kotak sepatu itu. Ia mengambil kartu tersebut dan membukanya.
"Aku berharap kau menyukai sepatu pemberianku. Selamat ulang tahun, Jeon Jungkook. Aku mencintaimu. -Kwon Yuri."
Jinri tertawa hambar. Apa lagi ini pikirnya? Ia langsung terduduk lemas di kursi. Jungkook bahkan menerima kado dari gadis itu.
Jinri bangkit berdiri. Ia ingin segera keluar dari ruangan ini. Entah kenapa ia merasa dadanya semakin sesak. Namun, matanya kembali melihat sesuatu yang mencurigakan di meja kerja laki-laki itu. Di sudut meja tersebut diantara beberapa susunan miniatur pahlawan kesukaan Jungkook ada satu bingkai foto yang tergelatak dengan posisi terbalik.
Gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengambil bingkai foto tersebut. Dan...
"Deg!"
Jinri menggenggam kuat bingkai foto tersebut. Foto itu... Foto Jungkook yang tengah memeluk Yuri dari arah belakang dengan gadis itu mencium pipi kanannya. Foto itu sepertinya di ambil saat mereka pergi ke sebuah pantai. Mereka terlihat sangat bahagia di foto tersebut bahkan terlihat seperti sepasang kekasih.
Jungkook masih menyimpannya. Ia tahu sekarang apa alasan laki-laki itu melarangnya untuk masuk ke dalam studio tersebut. Jinri mencoba menyangga tubuhnya dengan memegang bibir meja. Pikirannya sudah membayangkan hal-hal yang tak menyenangkan membuat dadanya semakin sesak.
Dengan sekuat tenaga ia menahan tangisnya. Ia tidak ingin tangisnya meledak disini. Ia harus keluar sebelum Jungkook menemukannya berada di studio milik laki-laki itu.
"Apa yang kau lakukan disini, Shin Jinri?"
Suara itu, suara dari orang yang tidak ia harapkan datang saat ini. Jungkook ternyata pulang dan menemukannya. Jinri memutar tubuhnya dan tatapan dingin laki-laki itu langsung bertubrukan dengan tatapannya.
Jinri terdiam. Ia tidak tahu kemana suaranya pergi. Ia hanya mampu menggigit bibir bagian dalamnya dengan tangannya yang semakin meremas bingkai foto yang tengah ia pegang tersebut.
"Jawab aku, Shin Jinri. Apa yang kau lakukan disini?" ulang laki-laki itu dengan nada yang dingin.
Emosi Jungkook langsung tersulut ketika ia menemukan Jinri masuk ke dalam ruang studio pribadinya. Jungkook menyadari apa yang ditemukan gadis itu di mejanya. Tidak seharusnya gadis itu menemukannya.
"Kenapa foto ini ada disini? Kau masih menyimpannya?!" Jinri mengangkat bingkai foto tersebut.
"Siapa yang menyuruhmu untuk menyentuh barang-barangku?... Siapa yang menyuruhmu masuk kesini? Letakkan foto itu kembali dan keluar dari tempatku, Shin Jinri," geram laki-laki itu.
"Kenapa kau membohongiku?" tanya gadis itu pelan.
Jungkook langsung membuang wajahnya kearah lain. Laki-laki itu tidak menjawab.
"Kenapa kau tidak menjawab? Kemarin malam kau merayakan ulang tahun mu bersama Kwon Yuri, kan? Kau sering bertemu dengannya selama ini. Ia... Ia bahkan memberimu hadiah. Ia...." Jinri mengambil sejenak untuk mengambil napas. "Ia mencintaimu," ucapnya dengan suara gemetar. Ia dengan sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak jatuh di depan Jungkook saat ini.
Jungkook masih enggan menatap Jinri. Ia tahu gadis itu kini tengah menahan tangis. "Jangan ikut campur urusanku. Keluar dari studioku selagi aku masih berbaik hati padamu," ucapnya tajam.
Kata-kata itu langsung menghantam Jinri dengan keras. Tangannya semakin menggenggam erat bingkat foto tersebut. Dan...
"Prang!"
Jinri melempar bingkai foto itu ke lantai dengan keras. Kaca dari bingkai tersebut langsung berserakan di lantai.
"Aku membencimu, Jeon Jungkook." ucap gadis itu dengan suara pelan.
Setelah itu, Jinri melangkahkan kakinya untuk pergi tidak peduli sekarang pecahan kaca yang berserakan di lantai mulai melukai telapak kakinya. Rasa perih di telapak kakinya tidak akan pernah sebanding dengan rasa perih luka hatinya. Hatinya kini kembali tergores dengan luka baru.
Suara gadis itu lebih dari cukup untuk membunuh Jungkook sekarang. Perkataan dan kepergian gadis itu menghantam, menginjak dan menghancurkan dirinya.
"Maafkan aku, Shin Jinri."
-00-
Jinri memilih berlari ke taman lalu duduk disana. Ia mengusap pipinya yang kini sudah sangat basah karena air matanya. Namun, usahanya untuk menghapus air matanya itu hanya sia-sia. Semakin ia menghapus air matanya semakin deras pula tangisnya. Akhirnya, Jinri hanya bisa menundukkan kepalanya dan kembali menangis sesegukan.
Seharusnya dari awal ia harus tahu jika Jungkook tidak akan pernah sungguh-sungguh dengannya. Laki-laki itu hanya sedang mempermainkannya. Ia yang terlalu bodoh percaya dengan kata-kata maupun perlakuan manis laki-laki itu.
Ia yang terlalu berharap pada laki-laki itu. Jungkook masih pada perasaannya dulu, laki-laki itu masih mencintai sosok Kwon Yuri. Jadi, mana mungkin ia bisa menggeser posisi gadis itu di hati Jungkook. Seharusnya, ia tahu itu.
"Kau bodoh, Shin Jinri. Kau mencintainya sendirian selama ini." gumamnya dengan tawa miris.
Persetan dengan Jungkook yang membalas pernyataan cintanya waktu itu. Jinri tahu sekarang, itu hanya sebagian kecil dari bualan laki-laki itu.
"Shin... Jinri?"
Jinri langsung mendongakkan kepalanya ketika ada yang menyebut namanya. Gadis itu tampak terkejut ketika melihat siapa yang kini tengah berdiri didepannya.
"I... Ilhoon Sunbae?" gumam gadis itu. Ia menunduk kembali sambil mengusap kedua pipinya yang basah.
Ilhoon duduk di sebelah gadis itu dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya. "Apa yang kau lakukan malam-malam di taman sunyi seperti ini?" tanya nya sambil menatap gadis itu.
Jinri tersenyum tipis. "Aku... Aku hanya sedang mencari udara segar." sahutnya bohong.
Ilhoon tidak menjawab. Pandangannya lekat pada gadis itu. Ia mencoba menelisik wajah mantan kekasihnya tersebut. "Kau... Menangis?" tanya nya terdengar khawatir.
Jinri menolehkan kepalanya sejenak pada laki-laki itu lalu kembali menunduk. "Tidak... Siapa yang menangis? Tadi... Ada debu yang masuk ke dalam mataku," bohongnya kembali.
Laki-laki itu tampak menggelengkan kepalanya. "Jangan berbohong padaku. Ada apa, eoh? Kau ada masalah? Apa kau sedang sakit?" tanya laki-laki itu secara beruntun. Ilhoon tidak bisa menyembunyikan raut khawatirnya ketika melihat Jinri yang hanya menunduk.
Jinri terdiam. Oh... Kenapa ia begitu cengeng seperti ini? Air matanya kembali mengalir membasahi pipinya. Ia tidak ingin menangis di depan mantan kekasihnya tersebut. Namun, sepertinya hatinya sedang tak ingin bekerja sama dengannya.
"Tidak apa-apa jika kau tidak ingin memberitahunya. Menangislah sepuasnya sampai hatimu lega." ucap laki-laki itu sambil mengusap punggung Jinri.
Cukup lama Ilhoon menemani gadis itu. Jinri benar-benar terlihat hancur sekarang. Apa ini karena Jungkook? Ilhoon tersenyum sinis.
"Kau lengah kali ini, Jeon Jungkook." batin laki-laki itu.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan Jungkook mengepalkan tangannya. Tujuan awalnya yang ingin menyusul Jinri, ia urungkan. Rahangnya mengeras ketika melihat dengan siapa Jinri sekarang. Ternyata si Jung sialan itu sangat pintar mengambil kesempatan.
"Jangan harap kau bisa mengambil kembali sesuatu yang sudah menjadi milikku, brengsek." desisnya dengan penuh penekanan.
-00-
Malam ini adalah Quality time Taehyung dan Yerin setelah berhari-hari tidak bertemu karena kesibukan Taehyung di kampus. Berterima kasihlah pada Jungkook yang tiba-tiba menyuruh seluruh panitia libur hari ini. Jadi, Taehyung bisa menghabiskan waktunya bersama kekasihnya tersebut.
Sekarang, mereka berdua sedang bersantai di ruang tengah apartemen kecil milik Yerin. Yerin tengah asyik bersandar di lengan sofa sambil memperhatikan Taehyung yang sedang berkonsentrasi mengecat kuku kakinya. Ya... Ini sudah menjadi rutinitas mereka berdua jika sudah bertemu. Mereka akan melakukan berbagai macam kegiatan seperti perawatan kulit, perawatan rambut atau membuat kreasi nail art. Taehyung hebat dalam urusan nail art. Biasanya, mereka berdua menshare hal tersebut ke akun media sosial mereka.
Maklum, mereka adalah pasangan Ulzzang dan sudah cukup terkenal di media sosial.
Taehyung baru saja selesai mencat kuku Yerin ketika bel pintu berbunyi. Mereka berdua saling bertukar pandang. Tidak biasanya, Yerin memiliki tamu pada jam malam-malam seperti ini.
Taehyung bangkit dari duduknya. "Aku akan membukanya," ucap laki-laki itu.
Yerin ikut berdiri. "Aku ikut," ia mengikuti langkah Taehyung sambil memegang ujung kaos kekasihnya tersebut.
Demi Tuhan... Ini sudah jam 10 malam. Yerin sedikit ngeri ketika tiba-tiba belnya berbunyi. Daerah apartemennya ini memang sedikit rawan. Untung ada Taehyung yang bersamanya sekarang.
Taehyung membuka pintu dengan pelan dan mereka berdua langsung terkejut ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu.
"Astaga... Shin Jinri. Ayo cepat masuk," Yerin langsung membawa Jinri masuk ketika melihat sahabatnya itu berdiri di depan pintu dengan tampang menyedihkan.
Kini, Jinri sudah duduk di ruang tengah bersama Yerin. Taehyung sedang berada di dapur, laki-laki itu sedang mengambil air minun untuk Jinri.
Dari arah dapur, Taehyung tampak memperhatikan Yerin dan Jinri. Ia menghela napas pelan.
"Apalagi yang dilakukan si Jeon bodoh itu?" gumamnya sambil mengaduk coklat hangat yang ia buat.
Taehyung membawa 3 mug berisi coklat hangat ke ruang tengah. Ia menyodorkan coklat hangat tersebut pada Jinri. "Minumlah selagi masih hangat," ucapnya.
Jinri mengambil mug tersebut. "Terima kasih, Tae." ucapnya serak. Taehyung hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Yerin tampak menatap khawatir sahabatnya itu. Jinri tampak sangat pucat, matanya terlihat sembab dan bengkak. Gadis itu pasti banyak menangis tadi pikirnya.
"Jungkook... Ia membohongiku." akhirnya setelah beberapa menit menenangkan diri, Jinri membuka suara. Yerin dan Taehyung saling bertukar pandang.
"Membohongimu? Maksudmu cerita Hanbin Sunbae tadi sore adalah benar?" tanya Yerin dengan tingkat penasaran yang sudah tinggi.
Jinri menganggukkan kepalanya pelan. "Bukan itu saja. Jungkook..." Jinri mengambil jeda sesaat untuk mengusap air matanya yang kembali membasahi pipinya. "Ia masih menyimpan fotonya bersama Kwon Yuri. Ia masih mencintai gadis itu," ucapnya terisak.
Yerin langsung memeluk Jinri, mencoba menenangkan gadis itu. Taehyung hanya diam ditempatnya. Ia belum mengambil kesimpulan apa-apa untuk hal ini. Namun, sepertinya nanti ia harus meluruskan sesuatu.
Jinri benar-benar menceritakan semuanya pada Yerin dan Taehyung. Pasangan ini memang bisa di andalkan jika menjadi pendengar yang baik. Walaupun Taehyung dan Yerin terkenal sebagai pasangan aneh dan selalu terlihat kekanak-kanakan di kalangan teman-temannya. Sebenarnya, mereka berdua adalah pasangan yang bijak dan mempunyai pemikiran yang dewasa di banding Jimin dan Yoora si pasangan kalem.
Taehyung berdehem. Jinri dan Yerin serempak menatap laki-laki itu yang sejak tadi yang lebih memilih diam.
"Sebenarnya, kau hanya tidak tahu kebenarannya saja."
-TBC-
AYOO YOONGI SAMA JIWOO ADA JANJI SAMA BABANG SEOKJIN. PASTI TAHU KAN KALAU UDAH KETEMU SEOKJIN NGAPAIN WKWKWK :V JANGAN BASH MEREKA YA PLEASE :'V
JANGAN BASH MBIN YAW. MAKLUM SI MBIN JOMBLO TRULALA YANG BUTUH KASIH SAYANG :"V
Hai... Litmon update walaupun telat sehari wkwk :'v Tolong baca note litmon ini sampai habis ya. Ada yang mau litmon jelasin disini.
Jungkook itu punya tempramental yang buruk. Jadi, jangan bingung ya klo Jungkook tiba-tiba marah-marah, teriak-teriak gitu. Tapi dia marahnya cuma bentar kok.
Hmm... Terus hubungan Jungkook sama Yuri. Jadi, dulu mereka berdua itu kya teman tapi mesra. Yuri memang gak balas cinta Jungkook dulu tapi sikapnya ke Jungkook itu kya mereka itu pacaran. Itu juga alasan kenapa Jungkook selalu berharap sama si Yuri. Entah itu bisa dikatakan hubungan tanpa status atau gak. Litmon gak kuat mikirnya/? :'v #baperseketika
Jadi intinya gitulah. Klo masih gak paham, kalian bisa chat litmon disini atau di twitter ya.
Udah itu aja ya dari litmon. Jangan lupa vote dan komentarnya. Bye-bye 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top