Chapter 24
Jinri tampak mondar-mandir di ruang tengah apartemennya dengan ponsel digenggamannya. Sekali-kali ia menengok ke arah pintu masuk apartemen lalu kembali mondar-mandir di ruang tengah.
Jinri mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat jam dinding yang tergantung tepat di atas televisi tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul 09.15 malam dan Jungkook masih belum menunjukkan batang hidungnya sampai sekarang.
Jinri menghela napas pelan lalu tersenyum. "Mungkin ia masih sibuk di kampus. Tunggu sampai jam 10." gumamnya pada dirinya sendiri.
Lelah mondar-mandir tidak jelas, akhirnya Jinri memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa panjang itu lalu mengambil remote televisi untuk menghidupkannya. Mungkin dengan menonton drama dapat mengurangi rasa bosan dan gelisahnya karena menunggu Jungkook.
Namun, tampaknya menonton drama tidaklah ampuh. Buktinya, gadis itu hampir setiap menit mengecek ponselnya. Berharap Jungkook memberi kabar.
Jinri melihat jam di ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Gadis itu mendesah pelan, menunggu bukanlah hal yang mudah baginya apalagi ini menunggu untuk memberi kejutan. Gadis itu membuka salah satu aplikasi chat yang biasa ia dan Jungkook pakai untuk bertukar pesan atau sekedar video call.
"Jam berapa kau pulang?"
Send
Jinri mengirim satu pesan untuk suaminya tersebut. Ia menatap layar ponselnya berharap pesan itu di baca oleh Jungkook. Namun, sudah hampir 10 menit tidak ada tanda "Baca" yang muncul di pesannya. Jungkook tidak membuka pesannya. Apa ia benar-benar sibuk pikirnya.
"Jungkook-ah, kau masih sibuk?"
Send
Jinri kembali mengirim pesan dan tidak ada respon sama sekali membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal. Jungkook mengabaikan pesannya.
"Kapan kau pulang? Lampu di dapur benar-benar tidak bisa hidup."
Send
"Jungkook, ingat lampu dapur."
Send
"Baiklah, jika kau masih sibuk. Jangan terlalu banyak meminum kopi. Fighting!"
Send
Gila! Jinri benar-benar mengecap dirinya gila sekarang ketika ia melihat isi pesan-pesannya. Jungkook pasti akan mengejeknya setelah ini. Demi Tuhan... Apa-apaan isi pesannya tersebut? Ia tanpa sadar membuat pesan spam seperti itu. Bahkan, ia kembali membahas tentang lampu dapur yang sebenarnya tidak mati.
-00-
Jungkook akan mencatat besar-besar nama Kim Hanbin dan kawan-kawannya di dalam otaknya setelah ini karena mereka dengan tidak tahu dirinya menahannya disini. Mereka tampak sangat antusias merayakan ulang tahunnya. Kini mereka sedang ramai menyanyikan lagu Happy birthday untuknya dengan Yuri yang memegang kue ulang tahun didepannya.
Jungkook menatap kue ulang tahunnya tersebut dengan lekat. Sekelebat memori langsung menghantamnya. Kue itu, kue yang sama dengan kue ulang tahunnya dari 6 tahun yang lalu. Kue buatan Yuri. Setiap ulang tahunnya, Yuri akan membuat strawberry cake kesukaannya dan merayakan ulang tahunnya bersama-sama. Rasa sesak itu kembali. Jungkook mengepalkan telapak tangannya mencoba menekan rasa tersebut.
Tepuk tangan dan seruan "tiup lilinnya" semakin ramai dari teman-temannya. Jungkook dengan perasaannya yang berkecamuk meniup lilinnya tersebut. Tepuk tangan semakin terdengar keras. Taehyung dan Jimin tampak saling bertukar pandang. Jimin yang baru datang sekitar 7 menit yang lalu tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya ketika melihat keberadaan gadis itu.
Yuri tersenyum. "Selamat ulang tahun, Jungkook-ah. Kau sudah semakin tua sekarang." ucap gadis itu terkekeh.
Dulu, ucapan itu adalah hal yang paling ia tunggu setiap tahunnya dari mulut gadis itu. Memori-memori tentang mereka berdua bagaikan slide-slide film yang berputar di otaknya sekarang. Jungkook ingat, saat ulang tahunnya ke-18 tahun. Hari dimana ia merayakan ulang tahun untuk pertama kalinya bersama gadis itu. Hari dimana ia jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ketika persahabatan mereka berubah menjadi cinta.
Ya... Cinta. Cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Mereka berdua sangat dekat. Namun, tidak dengan hati mereka. Yuri tidak pernah membalas perasaannya. Bertahun-tahun, ia mengejar gadis itu dan hal ia dapatkan adalah kekecewaan yang tiada habisnya. Ia harus merelakan rasa sakit menikamnya ketika gadis itu lebih memilih laki-laki lain.
Rasa sakit dan kecewa semakin menumpuk menyesaki hatinya. Ia masih merasakan sakit itu sampai sekarang. Rasa sakit yang luar biasa yang ditorehkan oleh gadis Kwon itu.
Ketika ia sudah sakit diambang batasnya dan memilih berjalan mundur. Yuri tiba-tiba ingin menariknya untuk maju. Ketika ia ingin menyerah dengan perasaannya, gadis itu datang menghampirinya. Gadis Kwon itu membalas cintanya yang dulu selalu ia kumandangkan.
Ya... Dulu. Sebelum, rasanya itu sedikit demi sedikit memudar karena sesosok gadis Shin yang tiba-tiba hadir dihidupnya.
Jungkook tidak memungkiri jika ia ingin melangkah maju untuk menghampiri gadis Kwon itu. Membuang rasa menyerahnya dan menyambut gadis itu yang kini membalas perasaannya. Namun, dalam dunianya sekarang ia tidak lagi berdiri sendiri. Shin Jinri kini berdiri disampingnya dalam dunia hitam putihnya. Memberi warna lain di dunianya. Warna itu sudah terlanjur bercampur yang semakin mengaburkan pandangannya pada Yuri yang juga menawarkan warna untuk dunia hitam putihnya.
Jungkook tersenyum tipis. "Terima kasih." ucapnya dengan nada bicara yang tenang.
Yuri membalas senyuman laki-laki itu dengan senyum yang menaruh beribu-ribu harapan. Entah kenapa, suara Jungkook seperti alunan musik merdu yang menghangat hatinya. Suara yang ia rindukan.
Yuri mengambil satu langkah dengan pandangannya yang masih lekat pada mata Jungkook yang juga kini tengah memandangnya.
"Aku mencintamu, Jeon Jungkook."
Ungkapan yang keluar dari mulut gadis cantik itu berhasil meredamkan keriuhan suara di ruang sekretariat tersebut. Kini, semua mata tertuju pada mereka berdua. Taehyung dan Jimin serempak tersedak cola yang baru mereka minum ketika mendengar Yuri yang tanpa malu mengungkap perasaannya di tengah teman-teman Jungkook sekarang. Hanbin yang berdiri tidak jauh dari Jungkook dan Yuri bahkan hampir saja menjatuhkan ponselnya di tangannya. Ia sedang sibuk membuat caption untuk foto ulang tahun Jungkook di instagramnya.
"Jadi, mereka berdua memiliki suatu hubungan," gumam Hanbin.
"Aku yakin mereka berdua adalah sepasang kekasih." Gumam Bobby yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping Hanbin.
"Sepertinya aku harus mengganti captionnya." Gumam Hanbin kembali sambil membaca ulang caption panjang lebarnya yang akan ia post bersama foto Jungkook yang tengah meniup lilin ulang tahunnya bersama Yuri.
Jungkook tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Ia hanya menatap datar gadis itu. Seolah-olah ungkapan Yuri hanyalah angin lalu baginya.
Hal yang tak terduga dilakukan oleh Jungkook membuat senyum gadis Kwon itu luntur seketika. Jungkook langsung berbalik meninggalkannya.
"Terima kasih untuk pestanya. Aku harus pulang. Ada yang lebih penting menungguku dirumah," ucapnya dengan nada bicara yang benar-benar tenang namun langsung menusuk tepat sasaran.
Setetes air mata langsung jatuh di pipi mulus gadis Kwon tersebut. Jungkook tidak memandangnya lagi. Tatapan penuh cinta yang dulu selalu laki-laki itu perlihatkan padanya kini sudah menghilang digantikan dengan tatapan yang menusuk hatinya. Ia merindukan Jungkooknya yang dulu. Ia benar-benar merindukannya.
-00-
Setelah memarkir motornya di basemant, Jungkook langsung mengambil langkah cepat menuju lift. Tidak butuh lama baginya untuk sampai ke lantai 12 dimana tempatnya dan Jinri tinggal. Jungkook mengambil langkah ke lorong bagian kanan.
Hal pertama yang ia dapat saat masuk apartemennya bersama Jinri tersebut adalah gelap. Baru saat ia melangkah ke ruang tengah, ada sedikit cahaya yang berasal dari televisi yang menyala. Jungkook meraba dinding disamping untuk menghidupkan lampu. Saat ruangan tersebut sudah terang, Jungkook sempat tertegun sesaat. Ruang tengah dipenuhi dekorasi balon-balon berwarna-warni. Pada dinding juga sudah tertempel balon berbentuk huruf yang bertuliskan "Happy Birthday Jungkook" dan tidak lupa balon berbentuk angka 23 yang lebih besar. Jungkook mengangkat sebelah alisnya. Apa perlu umurnya juga di pampang dengan balon sebesar itu.
Jungkook tersenyum. Jinri pasti sangat bekerja keras seharian ini untuk menyiapkan kejutan untuknya. Sayangnya, sepertinya rencana kejutan gadis itu tidak terlalu berjalan lancar.
Jungkook menatap Jinri yang ternyata sudah terlelap di sofa dengan pandangan bersalah. Ia mengambil ponselnya di saku jaketnya dan Jungkook meringis pelan ketika melihat banyak pesan yang dikirim Jinri padanya. Menanyakan kapan ia pulang. Hal itu semakin menambah rasa bersalahnya.
Jungkook duduk bersila dilantai menghadap sofa. Ia dengan pelan mengusap lembut kepala gadis itu. Ia cukup lama melakukan hal tersebut.
"Terima kasih, Jinri-ya." bisiknya dengan senyum simpul yang sudah terbentuk di bibirnya.
Saat itu juga, Jinri terbangun. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya ruangan yang menyilaukan penglihatannya. Ia menggeser sedikit kepalanya ke samping dan gadis itu langsung membulatkan matanya dengan sempurna ketika melihat Jungkook tengah menatapnya sambil bertumpu dagu.
Jinri mengubah posisi menjadi duduk. "Jungkook-ah, kapan kau pulang?" tanya nya tampak gelabakan.
Jungkook tampak berpikir sejenak. "Umm... Sekitar 7 menit yang lalu," sahutnya dengan arah pandangnya yang tertuju pada kue ulang tahun diatas meja.
Jinri tampak menganggukkan kepalanya paham. "Apa kau sudah makan malam? Jika belum, aku akan menghangatkan makanan," gadis itu ingin bangkit dari tempat duduknya. Namun, Jungkook menahannya.
Jungkook tampak memasang raut kecewa diwajahnya. "Kau tidak ingin menghidupkan lilin di atas kue ulang tahun itu untukku?" tanya nya.
Jinri menatap kue ulang tahun yang ia letakkan di atas meja dengan menggigit bibirnya. "Ini sudah lewat dari jam 12, Jungkook-ah," sahutnya pelan.
Jungkook menarik Jinri agar ikut duduk dengannya dilantai. "Aku tidak peduli. Aku ingin merayakan ulang tahunku bersamamu. Hanya terlambat 5 menit bukan masalah besar," ucapnya enteng.
"Cepat nyalakan lilinnya." lanjutnya dengan nada memerintah.
Jinri menjulurkan tangannya untuk mengambil kue ulang tahun yang sudah ia siapkan. Ketika kue tersebut sudah didepannya, ia tampak mengerutkan keningnya ketika ada yang janggal dengan kue tersebut.
"Jungkook, kau tadi ada mencicipi kue ini, kan?" tanya nya dengan sorot mata ganas.
Jungkook mengangkat bahunya acuh. "Aku hanya mengambil satu strawberry di atasnya," sahutnya santai.
Jinri menutup matanya sejenak. "Kau merusak tampilan kuenya, Jungkook-ah. Aish... Menyebalkan," keluhnya dengan kesal.
Jungkook mengerutkan dahinya. "Aku hanya mencicipinya sedikit. Aku lapar. Siapa yang menyuruhmu meletakkan kue diatas meja seperti itu. Jika kau ingin memberikanku kejutan, sebenarnya kau harus menyembunyikan kue nya," sahutnya tidak mau kalah.
Jinri mendengus. "Kenapa jadi aku yang salah? Dan... Darimana kau tahu ini kejutan?" tanya nya dengan ekspresi terkejut.
Jungkook memutar matanya jengah. "Karena kau memang salah. Anak umur 5 tahun saja pasti akan tahu jika melihat ini semua," sahutnya dengan nada mengejek.
Jinri mengerucutkan bibirnya sebal. Ia mengambil pematik api lalu menyalakan lilin ulang tahun yang sudah ia pasang di atas kue.
"Cepat tiup lilinmu," ucap gadis itu dengan nada bicara tidak santai sama sekali.
Jungkook mendengus. "Kau tidak menyanyikan lagu ulang tahun untukku?" tanya nya.
Jinri memutar matanya jengah. "Kenapa kau banyak mau nya, sih?" keluhnya.
Jinri dengan terpaksa menyanyikan lagu ulang tahun untuk Jungkook dengan kue ulang tahun yang sedikit hancur bentuknya ditangannya. Selain memakan hiasan strawberry di atas kue tersebut, ternyata Jungkook juga sudah mencolek cream pada kue yang dengan susah payah Jinri pesan dengan bibi Park. Hal tesebut membuat Jinri sedikit dongkol dengan laki-laki itu.
Sebelum meniup lilin ulang tahunnya, laki-laki itu melipat tangannya lalu menutup matanya untuk make a wish. Setelah itu, Jungkook langsung meniup lilin ulang tahunnya dengan cepat.
Mereka berdua sama-sama tersenyum. Jinri berdehem. "Selamat ulang tahun, Jungkook-ah. Semoga kau selalu diberi kesehatan dan umur panjang-"
"Tentu saja aku harus sehat dan berumur panjang. Jika tidak, kau bisa menjadi seorang janda nanti," potong Jungkook dengan senyum menyebalkannya.
Jinri menatap Jungkook kesal. "Bisakah kau tidak memotong perkataanku," sahutnya ketus.
Jungkook mengangkat kedua tangannya menyerah. "Oke... Oke... Lanjutkan," jawabnya.
Jinri mendengus. "Lupakan saja. Aku sudah lupa apa yang akan aku ucapkan tadi," gadis itu meletakkan kue ulang tahun Jungkook diatas meja lalu bangkit berdiri.
"Kau belum makan malamkan? Aku akan menghangatkan makan malam," lanjutnya.
Jungkook mengangkat sebelah alisnya bingung. Kenapa Jinri tiba-tiba jadi sensitif seperti itu? Apa gadis itu mendapatkan periodenya lagi? Jungkook mengangkat bahunya acuh, tak berniat menganggu gadis itu lagi. Ia mengambil pisau kecil yang ternyata sudah disiapkan Jinri diatas meja. Laki-laki itu mulai memotong kue tersebut lalu memakannya. Ia benar-benar lapar.
Jinri tidak henti-hentinya mengerutu di dapur dengan wajah yang sudah bertekuk. Ia kesal dengan dirinya dan juga Jungkook. Ia kesal dengan dirinya karena pesta kejutan yang sudah ia rencanakan dengan begitu matang tiba-tiba hancur hanya karena ia tertidur. Betapa bodohnya ia terlelap begitu saja dan melupakan pesta kejutan untuk Jungkook yang sudah ia bayangkan menjadi sangat spesial.
Lalu ia juga kesal dengan Jungkook. Pertama, laki-laki itu menghancurkan kue ulang tahun yang sudah ia pesan dengan bibi Park pemilik toko langganan keluarga Jeon. Jungkook sangat suka dengan kue buatan bibi Park karena alasan itulah Jinri jauh-jauh datang ke toko bibi Park untuk memesan kue ulang tahun untuk Jungkook. Demi Tuhan, Jinri harus menyetir bak pembalap untuk mengambil pesanan kue tersebut tadi sore.
Kedua, Jungkook memotong perkataanya ketika ia sudah dengan sepenuh hati berusaha memberi ucapan ulang tahun untuk laki-laki itu. Seharian ini, Jinri sudah bersusah payah menyusun kata-kata yang pas untuk memberi ucapan ulang tahun. Dan... Ketika Jungkook memotong perkataannya, semuanya menjadi buyar. Ia benar-benar lupa dengan apa yang harus ia katakan.
Jadi, kesimpulan dari rencana pesta kejutannya ini adalah gagal total. Jinri meringis ketika kata "Gagal" kini berputar-putar di otaknya.
"Woah... Kau membuat sup kerang rumput laut?"
Jinri hampir saja menumpahkan sup ke atas kompor ketika tiba-tiba suara Jungkook terdengar dari arah belakangnya. Belum sempat Jinri menetralkan detak jantungnya yang tak karuan karena terkejut tadi. Kini, ia harus merelakan jantungnya berdetak dua kali lipat lagi karena dengan kurang ajarnya laki-laki itu memeluk pinggangnya dari arah belakang.
Dan... Bisakah ia menyebut laki-laki itu kurang ajar sekali lagi? Karena sekarang Si Jeon "Mesum" Jungkook itu tengah mengendus-endus lehernya hingga membuat Jinri meremang. Untung saja, tangannya masih bisa meletakkan panci sup ke atas kompor dengan benar. Jika tidak, ia benar-benar bisa menumpahkan sup itu ke atas kompor karena kelakuan laki-laki itu.
Jinri menggeliat tidak nyaman. "Aish... Apa yang kau lakukan? Lepaskan. Dasar mesum," ucap gadis itu setengah membentak.
Jungkook menjauhkan kepalanya dari leher Jinri. Namun, lengannya masih memeluk gadisnya itu. "Kau memakai parfum, hm?" tanya nya dengan suara rendah yang berhasil membuat Jinri meremang kembali.
Jinri menelan air ludahnya entah untuk apa. "Ti... Tidak. Untuk apa aku memakai parfum malam-malam seperti ini," sahutnya dengan suara terbata-bata.
Jungkook tertawa pelan. "Aku mengenal bau parfummu lebih dari siapapun asal kau tahu," bisiknya lalu tanpa aba-aba memutar tubuh Jinri agar menghadap kearahnya.
Mata mereka bertemu. Jinri menahan napasnya ketika pandangan mereka saling bertemu. Mata itu, seperti menariknya dan menguncinya hingga ia tak mampu berpaling kearah lain. Hanya dengan tatapannya itu, Jungkook mampu memberi pengaruh pada gadis didepannya ini.
Jungkook mengusap wajah Jinri dengan lembut. "Aku merindukanmu." bisiknya.
Tanpa menunggu jawaban dari gadisnya itu. Jungkook langsung memeluk Jinri lalu menyembunyikan wajahnya diceruk leher gadis itu untuk mencari kenyamanan disana. Wangi shampoo bercampur wangi parfum gadis itu bagaikan penenang untuknya. Tubuh dan pikirannya sama-sama lelah. Ia hanya butuh sandaran sejenak, setidaknya untuk mengurangi sedikit rasa lelahnya.
"Jungkook-ah, kau kenapa?" tanya Jinri sambil mengusap-usap lembut punggung Jungkook. Entah kenapa, Jinri seperti merasa ada sesuatu yang terjadi pada laki-laki yang tengah memeluknya kini.
"Aku hanya lelah," sahut laki-laki itu terdengar pelan.
"Kau bisa beristirahat setelah ini. Hari ini, kau sudah bekerja keras." Jinri menepuk-nepuk punggung Jungkook untuk memberi semangat kepada laki-laki tersebut.
"Hmm..." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Jungkook. Ia menutup matanya mencoba menikmati usapan lembut Jinri di punggungnya.
Mereka berdua cukup lama berpelukan sampai Jungkook merasa perutnya tidak bisa diajak berkompromi lagi. Rasa laparnya sudah diambang batas sampai perutnya terasa mulai perih. Laki-laki itu dengan berat hati melepas pelukannya pada Jinri.
"Aku lapar." gumam laki-laki itu dengan mata berkedip lucu.
Jinri mengerjap beberap kali. "Hah? Oh... Iya... Aku akan menyi... Astaga! Jungkook-ah, supnya," pekik Jinri terkejut.
Gadis itu dengan langkah tergesa-gesa menghampiri kompor. Sup yang ia panaskan tadi ternyata sudah mendidih. Ia dengan cepat mematikan kompor dan tampak langsung bernapas lega.
Jungkook memilih untuk melangkahkan kakinya ke meja makan. Ia menarik salah satu kursi disana dan duduk sambil menunggu Jinri menyiapkan sup. Jungkook menopang dagunya dengan matanya yang kini tertuju pada Jinri yang masih sibuk dengan sup di dapur. Ia menatap lekat gadis itu dengan berbagai pikiran yang berkelebat. Ia tersenyum sendu.
-00-
Jinri memperhatikan Jungkook yang sedang menikmati makanan yang sudah ia hangatkan tadi dengan harap-harap cemas. Ia tengah menunggu komentar laki-laki itu terhadap makanan yang ia masak khusus untuk ulang tahun Jungkook tersebut. Semua makanan yang ia masak hari ini adalah makanan kesukaan Jungkook dan sesuai dengan resep yang diberikan Nyonya Jeon mertuanya. Yang paling ia takuti adalah rasanya tidak sesuai dengan selera laki-laki itu. Terutama, sup kerang rumput laut. Ia baru pertama kali membuat sup tersebut.
Nyonya Jeon bahkan sampai menghubunginya dengan video call untuk mengajarnya cara membuat sup tersebut. Padahal, ibu mertuanya itu sedang di China untuk mengurus bisnisnya bersama Tuan Jeon. Namun, Nyonya Jeon masih bisa menyempatkan dirinya untuk mengajari Jinri memasak makanan kesukaan Jungkook. Hal tersebut membuat Jinri merasa Nyonya Jeon seperti ibu keduanya.
Jinri tanpa sadar menahan napas ketika melihat Jungkook mulai mencicipi sup buatannya. Ekspresi laki-laki itu sama sekali tidak terbaca. Wajahnya terlihat datar-datar saja membuat Jinri semakin gelisah.
"Bagaimana rasanya?" tanya gadis itu akhirnya dengan penasaran.
Jungkook menghentikan kegiatan mencicipinya. Laki-laki itu tampak berpikir sejenak sambil mengecap-ngecap lidahnya. "Ini enak. Kau memakai resep milik Eomma, hm?" tanya nya lalu tanpa ragu kembali memakan sup tersebut. Walaupun, sebenarnya sup ini rasanya tidak seenak milik ibunya tapi sup ini berhasil mengurangi rasa rindunya pada ibunya.
Jinri tampak langsung bernapas lega. "Benarkah? Iya... Aku menanyakan resepnya pada Eommonim. Ini baru pertama kalinya aku membuat sup ini. Syukurlah, jika kau suka." sahutnya sambil terkekeh.
Jungkook tampak menganggukkan kepalanya paham tanpa berniat menjawab lagi. Laki-laki itu tampak melanjutkan kegiatan makannya sampai matanya tertuju kedapur dimana lampunya tampak baik-baik saja.
"Tampaknya lampu dapur sudah baik-baik saja." ucap laki-laki itu sambil menunjuk dapur dengan dagunya.
Ekspresi Jinri tampak langsung terkejut. Ia menggerakkan kepalanya pelan untuk melihat dapur. Gadis itu menelan air ludahnya dengan susah payah. Alasan apalagi yang harus ia keluarkan kali ini? Ia lupa jika ia harus mengurus satu kebohongannya ini lagi.
"Ah... Ya... Itu. Emm... Ya, seperti kau lihat ternyata lampunya hanya mati sebentar. Kita tidak usah menggantinya dengan yang baru. Lampunya sudah baik-baik saja... Hahaha," sahut Jinri dengan tawa di buat-buat yang keluar dari mulutnya.
"Oh ya? Kau tidak ingin mengaku sesuatu padaku?" tanya Jungkook. Laki-laki tersebut tampak berusaha menyembunyikan senyum gelinya.
"Mengaku tentang apa?" tanya nya tak paham.
"Tentang apa saja. Tentang lampu dapur misalnya." ucapnya dengan sambil mengangkat bahunya acuh. Namun, bibirnya sudah membentuk seringaian samar.
Jinri terdiam. Ia bukannya tidak tahu jika sebenarnya kebohongannya sudah terbongkar. Dari perkataan Jungkook yang terakhir, sudah terdengar jika laki-laki itu sengaja memberi efek pada perkataannya. Jinri menghela napas. Ya sudah, ia mengaku saja. Toh, ini bukan kebohongan yang besar. Ia punya tujuan ketika ia berbohong tadi.
"Sebenarnya lampu dapur baik-baik saja. Tentang lampu dapur yang mati itu hanya alasanku agar kau pulang lebih cepat. Itu sebagian rencana dari kejutanku sebenarnya," akhirnya Jinri mengaku. Gadis itu tampak menggaruk-garuk lehernya salah tingkah.
Jungkook tidak bisa menahan senyumnya lagi. Laki-laki itu tersenyum. Sebenarnya, ia tidak mempermasalahkan Jinri yang membohonginya karena ingin memberi kejutan. Malah ia merasa senang ketika mengetahui Jinri berusaha memberi sebuah kejutan ulang tahun untuknya. Ia sengaja melakukan hal itu hanya untuk melihat ekspresi Jinri. Cara gadis itu mengaku terlihat manis dimatanya.
"Terima kasih," ucap Jungkook tiba-tiba. Laki-laki itu mengambil telapak tangan gadis itu lalu menggenggamnya dengan hangat. Hal tersebut membuat Jinri langsung mengangkat kepalanya. Gadis itu tampak terkejut bercampur bingung.
"Untuk apa?" tanya gadis itu.
"Untuk kejutannya," sahut Jungkook singkat dengan senyum masih terpatri di wajahnya.
"Hah? Ta... Tapi kejutannya gagal, Jungkook-ah," kali ini Jinri menatap laki-laki itu tidak percaya. Untuk apa Jungkook mengucap terima kasih dengan kejutan ulang tahun yang gagal total.
"Kejutannya tidak sepenuhnya gagal. Aku tadi cukup terkejut saat masuk. Aku menyukai semuanya. Apalagi makanannya. Kau harus sering-sering memasak makanan seperti ini," ucap laki-laki itu dengan tawa pelan.
"Cih... Ujung-ujungnya hanya makanan saja yang kau pikir." sahut Jinri dengan wajah cemberut namun itu bertahan lama. Gadis itu akhirnya ikut tertawa. Ia lega karena ternyata Jungkook menyukai kejutan-ulang-tahun-yang-sebenarnya-gagal itu dan raut bahagia yang ditunjukkan Jungkook padanya malam ini sudah cukup untuk membayar rasa lelahnya seharian ini.
"Oh... Aku punya sesuatu untukmu. Tunggu disini," ucap Jinri tiba-tiba. Ia baru ingat kadonya untuk Jungkook yang ia sembunyikan dibawah meja ruang tengah. Gadis itu berlari ke ruang tengah.
Jungkook hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Laki-laki itu masih sibuk memasukkan makanan kedalam mulutnya. Ia benar-benar serius ternyata ingin menghabiskan semua masakan Jinri hari ini yang tidak bisa dikatakan sedikit itu. Ini bukanlah hal sulit baginya, mengingat nafsu makanan si Jeon ini memang besar. Bukan Jeon Jungkook namanya jika tidak bisa menghabiskannya.
Jinri kembali dari ruang tengah dengan sebuah kotak kado berwarna pink dengan motif kelinci dan pita putih yang menghiasi kado tersebut. Jungkook diam-diam mengernyit melihat warna bungkus kado yang dipakai gadis itu. Apa tidak ada warna lain selain warna pink pikir laki-laki itu.
Jinri tidak kembali ketempat duduknya tadi, gadis itu menarik kursi disamping Jungkook lalu duduk disana. Jungkook otomatis menolehkan kepalanya untuk melihat gadisnya itu, senyum Jinri tampak kembali mengembang.
"Untukmu... Sekali lagi selamat ulang tahun, Jeon Jungkook," Jinri langsung mmenyodorkan kotak kado berwarna pinknya itu pada Jungkook. Jungkook tampak mengulum senyum.
"Untukku?" tanya nya pelan sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya... Untukmu. Ambillah. Semoga kau suka." Jinri menganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya dan pipi yang mulai merona.
Jungkook mengambil kotak kado tersebut dari Jinri. Ia mulai merobek bungkusan yang menutupi kotak kado tersebut. Jinri melipat tangannya dengan harap-harap cemas, ia diam-diam berdoa didalam hati. Semoga Jungkook menyukai kadonya.
Jungkook membulatkan matanya dengan sempurna ketika melihat apa isi kado yang diberikan Jinri untuknya. Apa ia tidak salah lihat? Jinri memberinya sepasang sepatu brand olahraga Puma edisi terbaru. Ini adalah sepatu incarannya. Namun, ia belum sempat untuk memesannya karena kesibukannya dikampus. Dan, memesannya juga tidak mudah karena banyaknya peminat sepatu tersebut. Apalagi, ambasaddor dari brand sepatu ini adalah salah satu Boy Band yang sedang banyak digemari anak muda di Korea maupun di luar Korea saat ini. Hal tersebut membuat melenjitnya pemesanan sepatu itu.
"Ini... Jinri-ya, ini benar-benar untukku?" tanya Jungkook dengan wajah tidak percaya.
"Tentu saja untukmu. Kenapa? Apa sepatunya tidak sesuai seleramu? Kau tidak suka? Aku bisa menukarnya jika kau tidak su-"
"Aku suka," potong Jungkook dengan cepat.
"Benarkah?" tanya gadis itu dengan mata berbinar-binar.
"Ya... Terima kasih, Shin Jinri. Terima kasih banyak," entah untuk keberapa kalinya Jungkook mengucapkan terima kasih pada gadisnya itu. Ia langsung membawa gadis itu kepelukannya lalu mencium kepala Jinri beberapa kali dengan lembut.
"Aku mencintaimu," bisik gadis itu.
Ungkapan dari Jinri membuatnya bungkam. Jungkook melonggarkan pelukannya. Kini mereka berdua saling bertukar pandang. Laki-laki itu merapikan rambut Jinri dan menyimpannya di belakang telinga gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup beberapa kali bibir gadisnya itu.
"Aku tahu," sahutnya dengan suara rendahnya lalu kembali membawa gadis itu kepelukan hangatnya.
Secara bersamaan, tanpa diketahui keduanya, ponsel Jinri yang tergeletak di sofa bergetar. Ada sebuah pemberitahuan yang masuk.
Pemberitahuan dari Instagram milik gadis itu.
Hanbin.kim mulai mengikuti anda.
-TBC-
SI YURIH NONGOL LOL :V TAU RASA DAH ITU ORANG NONGOL LAGI DICHAPTER INI WKWK
HANBEN MINTA DI TABOK MASA :V
MAAF YAH, CAPSLOCK LITMON TIBA-TIBA JEBOL DAN TAK TAHU ARAH JALAN PULANG/? WKWKWKWKWKKWKWKKWKWKWK
Langsung pada intinya aja. Chapter ini gak tau bentuknya gimana. Kya nya sih berantakan banget. Litmon nyelesaian chapter ini ngebut, bikinnya cuma 2 jam disela-sela waktu ngerjain tugas yang lain malam ini. Yang lebih parahnya lagi gak di edit sama sekali. Chapter ini memang pendek, jadi jangan protes :'v
Buat partnya Yoongi-Jiwoo lanjutannya dichapter selanjutnya aja ya soalnya Litmon lupa nyimpan file part itu dimana wkwk :'v kemarin bikinnya kepisah dan Litmon nyimpan file nya disembarang folder.
Disini ada sedikit yang Litmon ubah. Umur Jungkook disini Litmon ubah jadi lebih tua satu tahun dari Jinri. Umur Jungkook disini jadi 23 tahun. Cieee... Jungkook jadi lebih tua dari Litmon /? #abaikan
Mudahan chapter ini masih bisa bikin kalian baver :'v mudahan feelnya masih dapat :'v mudahan kalian paham sama chapter ini :'v
Oh ya, buat FF Propose kya nya Litmon bakal unpublish. Soalnya cuma sedikit yang tertarik sama FF itu. Responnya dikit :'v
Sekian dari Litmon. Bye-bye :'v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top