Chapter 2
Mobil berwarna hitam milik Tuan Jeon berhenti tepat didepan rumah keluarga Shin pagi ini. Mereka ternyata pulang lebih awal karena acara reuni yang direncanakan di adakan selama dua hari itu dipersingkat menjadi sehari saja.
Tuan Shin menepuk bahu Tuan Jeon pelan. "Youngdo-ya, apa kau dan istrimu tidak mampir dulu? Kita minum teh dan bersantai sebentar. Aku baru saja merenovasi halaman belakang menjadi tempat bersantai yang nyaman. Kau harus melihatnya." tawar Tuan Shin dengan senyum bangga.
Tuan Jeon tampak berpikir sejenak lalu mengangguk. "Baiklah, kami mampir. Dong-ah, kau merenovasi rumahmu lagi? Hobbymu memang tidak berubah." sahut Tuan Jeon terkekeh.
Tuan Shin tertawa. "Mari kita masuk, kau pasti akan takjub dengan desainku kali ini." Tuan Shin mempersilahkan sahabatnya Tuan Jeon dan Nyonya Jeon untuk masuk ke dalam rumahnya.
Nyonya Shin mencolek Nyonya Jeon disebelahnya. "Rin-ah, aku ingin menunjukkan gaun yang aku pesan dibutik Nyonya Park minggu lalu. Aku menyesal memesan gaun di butik Nyonya Park, hasil desainnya tidak sebagus desain Hana putrimu." cerita Nyonya Shin. Ia kecewa karena gaun yang ia pesan tidak sesuai dengan keinginannya.
Nyonya Jeon terkejut. "Benarkah? Aku penasaran melihat hasilnya karena beberapa bulan ini Nyonya Park gencar mempromosikan butiknya itu." sahut Nyonya Jeon dengan antusias.
Nyonya Shin menghela napas pelan. "Sebaiknya kau ikut aku kelantai atas, aku akan menunjukkannya untukmu." ajak Nyonya Shin. Mereka langsung ke lantai atas tempat koleksi gaun-gaun berada.
Sesampai dilantai atas, Nyonya Shin dan Nyonya Jeon segera menuju ke ruang khusus yang memang dibuat untuk menyimpan koleksi aksesoris, tas, sepatu dan pakaian milik Nyonya Shin. Ruangan itu terletak di ujung lorong.
Nyonya Shin mengerutkan dahinya saat melihat pintu kamar anak perempuan satu-satunya itu terbuka dengan lebar. "Kenapa pintu kamar Jinri terbuka? Tidak biasanya. Apa ia tidak kuliah pagi ini?"gumam Nyonya Shin lalu berjalan kearah kamar Jinri yang terbuka lebar.
Ia menengok ke dalam kamar bernuansa biru tersebut. Betapa terkejutnya Nyonya Shin ketika ia melihat apa yang dilakukan anaknya Jinri di dalam kamar.
Nyonya Jeon yang melihat sahabatnya diam mematung dengan mulut terbuka akhirnya ikut penasaran.
Ia berjalan kearah Nyonya Shin lalu ikut menengok kedalam kamar Jinri. Nyonya Jeon tidak kalah terkejut melihat apa yang ia lihat sekarang.
Anak laki-lakinya sedang berciuman di atas ranjang dengan Jinri. Dan... Apa-apaan dengan penampilan Jungkook. Putranya itu hanya memakai handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya saja.
Nyonya Shin memegang dadanya, ia merasakan jantungnya hampir saja lepas dari tempatnya. "Astaga. Apa yang mereka lakukan?" bisik Nyonya Shin.
Nyonya Jeon menutup mulutnya menggunakan tangannya dengan perasaan campur aduk sekarang. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Apa yang anakku lakukan Sung-ah?" Nyonya Jeon ikut berbisik dengan wajah yang terlihat pucat karena terlalu shock.
"Jeon Jungkook!"
"Shin Jinri!"
Nyonya Jeon dan Nyonya Shin serempak berteriak memanggil Jungkook dan Jinri yang masih asyik dengan kegiatan mereka berdua.
Jungkook dan Jinri terlihat terkejut saat mendengar suara teriakan dari arah pintu. Jungkook melepas bibirnya dari bibir Jinri lalu dengan perlahan memalingkan kepalanya kearah pintu kamar Jinri yang terbuka.
Betapa terkejutnya saat ia melihat ibunya dan ibu Jinri berdiri di depan pintu dengan wajah yang sangat shock bercampur emosi, ia cepat-cepat bangkit dari tubuh Jinri lalu menarik Jinri bangkit.
Jinri tidak kalah terkejut saat melihat ibunya berdiri didepan pintu dengan wajah pucat dan tangan yang terlihat gemetar.
"Apa yang kau lakukan Jeon Jungkook?" Tanya Nyonya Jeon menahan emosinya.
"Eomma, ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Eomma, bibi Shin, aku bisa menjelaskan semuanya." jawab Jungkook panik.
-00-
Di kediaman Keluarga Jeon.
Malam ini Tuan Jeon menyuruh semuanya berkumpul di ruang keluarga, disana ada juga Hana dan Namjoon suaminya. Mereka segera datang saat Nyonya Jeon menghubungi Hana memberitahukan kepada anak tertuanya itu bahwa Jungkook sedang dalam masalah sekarang.
Hana berdehem, sejak ia dan Namjoon datang beberapa menit yang lalu wajah adiknya Jungkook dan kedua orangtuanya terlihat tegang. "Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Appa dan Eomma memanggilku dan Namjoon Oppa?" tanya Hana memulai percakapan.
Nyonya Jeon menghela napas sebelum menjawab pertanyaan anak tertuanya itu. "Adikmu telah mengecewakan Appa dan Eomma. Ia membuat Appa dan Eomma malu dengan keluarga Shin." cerita Nyonya Jeon dengan raut wajah sedih.
Hana terkejut, ia beralih menatap Jungkook sekarang. "Hah? Kookie-ya apa kau mengganggu Jinri lagi?" tanya Hana. Jungkook hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari kakak perempuannya itu.
Namjoon yang sejak tadi hanya diam mulai penasaran apa yang sedang terjadi. Ia dapat melihat ekspresi mertuanya sekarang. Tuan Jeon yang hanya diam sejak tadi seperti menahan amarah. Pasti masalah yang diperbuat Jungkook kali ini bukan masalah sepele seperti yang sering Jungkook lakukan pada Jinri biasanya. Jungkook memang terkenal sangat suka mengganggu Jinri disetiap ada kesempatan sampai membuat kedua orangtuanya selalu meminta maaf pada keluarga Shin. "Aboji, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Namjoon langsung dengan Tuan Jeon mertuanya. Tuan Jeon tampak langsung menghembuskan napas dengan berat saat Namjoon bertanya padanya, ia kini menatap Namjoon dengan serius.
Tuan Jeon langsung menceritakan semuanya apa yang terjadi tadi pagi, Hana dan Namjoon menatap Jungkook tidak percaya. Adik mereka yang terkenal manja dan polos itu melakukan hal yang sangat tidak masuk akal menurut Hana dan Namjoon.
Namjoon kini menatap Jungkook dengan wajah serius. "Apa kau benar melakukannya, Jungkook-ah?" tanya Namjoon dengan suara tegas. Ia terkejut saat mendengar apa yang diceritakan ayah mertuanya.
Namjoon ingin melihat tanggapan Jungkook karena ia sangat kenal dengan sikap adik iparnya itu jika sedang berkata jujur atau sedang berkata bohong.
Jungkook membalas tatapan Namjoon dengan tatapan memelas. "Tidak, Hyung. Aku tidak pernah melakukan hal yang macam-macam apalagi dengan Jinri, tadi pagi adalah kecelakaan. Sungguh Hyung aku tidak berbohong." jawab Jungkook dengan sungguh-sungguh.
Tuan Jeon langsung terlihat emosi kembali saat mendengar Jungkook mencoba membela diri lagi dengan mengatakan itu adalah kecelakaan. "Kecelakaan katamu? Eomma mu sudah melihat apa yang kalian berdua lakukan. Kau masih ingin mengelak, hah? Dengan keadaan kalian berdua yang berantakan tadi pagi siapa yang tidak percaya kalau kalian melakukan hal yang tidak senonoh, hah? Apa yang harus Appa dan Eomma lakukan kalau sampai kau menghamili Jinri?" bentaknya dengan keras.
Jungkook terkejut mendengar perkataan ayahnya yang langsung menuduhnya. Ia tidak terima dengan tuduhan tersebut. "Apa? Aku dan Jinri tidak sejauh itu. Aku tidak mungkin menghamili Jinri. Jika kalian tidak percaya tanya kan saja pada Jinri. Tadi pagi memang murni kecelakaan, aku menumpang mandi di rumahnya karena air di rumah kita mati lalu kaki ku tersangkut karpet dan terjatuh dengan posisi seperti itu lalu Eomma datang. Kalian hanya salah paham." bantah Jungkook dengan wajah frustasi. Ia tidak pernah berpikir karena insiden jatuhnya tadi pagi membuat ia terjebak dimasalah besar sekarang.
Tuan Jeon kembali menghembuskan napasnya denga kasar. "Cukup, Jeon Jungkook. Appa tidak menerima alasan apapun lagi dari mu. Appa sudah terlanjur malu dengan keluarga Shin. Kau harus mempertanggung jawabkan apa yang kau lakukan. Besok kita ke rumah keluarga Shin." sajut Tuan Jeon dengan tegas dan tak terbantahkan.
Jungkook langsung berdiri dari tempat duduknya ketika mendengar keputusan sepihak dari ayahnya itu.Ia meninggalkan ruang keluarga dengan rasa kesal yang terpampang jelas diwajahnya.
Namjoon hanya bisa menghela napas sabar melihat kepergian Jungkook, ia bingung harus bagaimana. Ini adalah masalah rumit karena ia dan Hana tidak ada saat kejadian tadi pagi.
Hana masih menenangkan ibunya yang terlihat masih pucat karena shock dengan apa yang dilakukan Jungkook.
Namjoon menatap istrinya dengan mimik wajah bagai-mana-ini Hana hanya menggelengkan kepalannya, ia juga bingung.
-00-
Dirumah keluarga Shin tidak kalah menegangkan, sekarang Jinri sedang duduk berhadapan dengan ayah dan ibunya. Tuan Shin menatap putri semata wayangnya dengan perasaan yang campur aduk sekarang.
Tuan Shin menghembus napasnya pelan, ia mencoba menenangkan dirinya. "Jawab pertanyaan Appa. Sudah berapa lama kau mempunyai hubungan dengan Jungkook?" tanya nya.
Jinri menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya. Sejak kapan ayahnya berpikir ia mempunyai hubungan spesial dengan Jungkook tetangga berisiknya itu. "Aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Jungkook, berteman saja tidak." sahutnya mengelak.
Tuan Shin menatap tajam anaknya. "Lalu apa kau bisa menjelaskan apa yang kau lakukan dengan Jungkook tadi pagi? Apa itu yang kau sebut tidak mempunyai hubungan apa-apa, Shin Jinri?" tanya Tuan Shin dengan wajah menyeramkan.
Jinri menghela napas dengan lelah, sudah berapa kali ia menjelaskan kepada kedua orangtua itu jika insiden tadi pagi adalah sebuah kecelakaan. "Jungkook tadi pagi menumpang mandi karena air dirumahnya tiba-tiba mati tanpa sebab. Ia terburu-buru tadi lalu kakinya tidak sengaja tersangkut karpet dan ia jatuh menimpaku. Hanya itu dan kami berdua tidak melakukan hal yang macam-macam seperti yang kalian berdua pikirkan. Appa, Eomma, sungguh aku tidak berbohong." jelas Jinri dengan wajah memelas.
Nyonya Shin menyela pembicaraan Jinri. "Bagaimana Appa dan Eomma bisa percaya dengan perkataanmu setelah apa yang Eomma lihat tadi pagi Jinri-ya."
"Jangan-jangan kau mengajak Jungkook menginap disini selama kami tidak ada. Astaga, bagaimana ini, sayang?" lanjut Nyonya Shin memegang tangan suaminya Tuan Shin yang berada disebelahnya dengan wajah kembali panik.
Jinri terkejut mendengar perkataan ibunya yang semakin memperkeruh keadaan. "Apa? Eomma, aku bukan gadis seperti itu. Mana mungkin aku mengajak Jungkook menginap disini. Aku tau aturan Eomma. Appa, Eomma, percayalah." Jinri mencoba membujuk orangtuanya agar percaya dengannya.
Tuan Shin sudah pusing mendengar alasan putrinya yang sangat konyol menurutnya. "Sudah cukup Jinri, Appa dan Eomma tidak menerima alasanmu lagi karena buktinya kuat. Kita harus cepat menyelesaikan masalah ini. Besok keluarga Jeon datang kesini untuk merundingkan masalah ini dan kau bersiaplah besok." Tuan Shin bangkit dari duduknya meninggalkan Nyonya Shin dan Jinri yang masih terpaku dengan perkataan ayahnya itu.
Jinri beralih menatap ibunya. "Eomma, bagaimana ini?" tanya Jinri dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Nyonya Shin menghampiri Jinri yang kini duduk dengan lemas di sofa. "Tenanglah, sayang. Kami akan mencari solusi yang tepat untukmu dan Jungkook." jawab Nyonya Shin mencoba menghibur anaknya.
-00-
Namjoon mengetuk pintu kamar Jungkook lalu memanggil nama adik iparnya. "Jungkook-ah, apa Hyung bisa masuk?" tanya Namjoon dari luar.
Jungkook menoleh melihat pintu. "Hm... Masuklah Hyung, pintunya tidak terkunci." Jawab Jungkook dengan suara cukup keras.
Namjoon membuka pintu kamar Jungkook, menghampiri adik iparnya itu. Jungkook sedang duduk di lantai sambil menatap keluar dari kaca jendela besar kamarnya. Namjoon ikut duduk disebelah Jungkook, ia menghela napas bingung bagaimana memulai pembicaraan.
Namjoon melirik Jungkook disebelahnya. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya memulai pembicaraan.
Jungkook mengangguk lemah. "Hmm... Aku baik-baik saja, Hyung." gumam Jungkook.
Terdengar helaan napas dari Namjoon. "Aku dan Hana akan mencoba berbicara dan membujuk Aboji." ucap Namjoon lalu menepuk bahu Jungkook mencoba menghibur adik iparnya itu.
Wajah Jungkook langsung sumringah ketika mendengar perkataan kakak iparnya itu. "Jadi kau percaya denganku, Hyung?" tanya Jungkook.
Namjoon mengangguk dengan senyum diwajahnya. "Aku dan Hana percaya padamu. Pasti itu hanya salah paham, sebisa mungkin aku dan Hana akan membantumu." jawabnya dengan yakin.
Jungkook langsung memeluk Namjoon. "Terima kasih, Hyung. Kau memang yang terbaik kakak ipar." pujinya lalu tertawa.
Namjoon ikut tertawa, ia senang Jungkook kembali ceria dan melupakan amarahnya. "Jangan memelukku seperti ini, aku tidak bisa bernapas." protesnya menepuk punggung Jungkook ketika merasakan pelukan adik iparnya itu semakin kencang.
Jungkook segera melepas pelukannya. "Maaf, Hyung." gumamnya dengan wajah menyesal.
Namjoon tersenyum."Hmm... Sebaiknya kau tidur sekarang. Pasti hari ini adalah hari yang sangat berat untukmu. Aku dan Hana juga harus segera pulang. Kau jaga dirimu baik-baik." ucap Namjoon, ia menepuk bahu Jungkook lalu bangkit dari duduknya meninggalkan Jungkook.
Namjoon keluar dari kamar Jungkook lalu menutup pintu kamar tersebut dengan pelan. Ia terkejut saat berbalik Hana istrinya sudah berdiri menghadangnya dengan wajah cemas.
Hana menghampiri Namjoon. "Bagaimana? Apa Jungkook baik-baik saja?" tanya nya dengan tidak sabar.
Namjoon tersenyum. "Dia baik-baik saja, sayang. Kau tidak usah khawatir." jawabnya. Ia mengusap kepala Hana pelan.
Hana menghembuskan napasnya lega. "Syukurlah. Oppa, aku ingin memberitahukanmu sesuatu tapi tidak disini. Kita ke halaman belakang saja, disana lebih aman." bisik Hana dengan wajah serius. Hana menarik tangan suaminya menjauhi kamar Jungkook menuju halaman belakang rumah keluarga Jeon.
Jungkook berdiri dibalik pintu kamarnya, dia mendengar percakapan Hana dan Namjoon. Ia penasaran apa yang ingin dikatakan Hana kakaknya yang sepertinya sangat penting. Jungkook keluar dari kamar menuju taman belakang rumahnya mengikuti Hana dan Namjoon dengan diam-diam.
Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Hana dan Namjoon darinya dan itu pasti menyangkut dirinya.
-TBC-
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa^^ selamat membaca^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top