Chapter 19
Warning! Pada chapter ini terdapat sedikit adegan "ehm" ヘ( ̄▽ ̄*)ノ mohon yang belum cukup umur dipertimbangkan.
Jinri melepas pelukannya pada Jungkook. Ia cukup sadar, posisi mereka sekarang sangat berbahaya. Bagaimana pun juga, Jungkook adalah laki-laki dewasa dan tentunya normal. Walaupun sekarang ekspresi Jungkook terlihat biasa-biasa saja, siapa yang tahu dengan isi pikiran laki-laki itu. Jinri ingin segera bangkit dari pangkuan Jungkook yang sejujurnya sangat nyaman itu. Namun, laki-laki itu menahan pinggulnya.
"Shin Jinri," panggil Jungkook setengah berbisik dengan suara beratnya.
"Ya?" sahut Jinri pelan.
Mata mereka bertemu dan langsung terkunci. Mata itu, mata yang dapat menghipnotis Jinri dalam hitungan detik. Jinri sangat yakin jika ia sudah tidak bisa berpikir lagi ketika melihat tatapan Jungkook yang melembut namun penuh dengan hasrat tersebut.
Wajah mereka semakin dekat dan tidak butuh beberapa detik sampai bibir mereka bertemu. Jinri sedikit menundukkan kepalanya agar Jungkook lebih mudah menggapai bibirnya. Ciuman laki-laki itu sangat lembut, Jinri benar-benar terbuai dengan perlakuan yang diberikan suaminya tersebut. Ia tidak bisa mengembalikan kesadarannya, malah ia merasa kesadarannya semakin lenyap saat ini.
Jungkook sama sekali tidak menghentikan ciumannya. Ia bahkan semakin melakukan hal yang lebih. Pertama ia hanya mengusap pinggul gadis itu lalu meremasnya pelan. Namun, sepertinya laki-laki itu belum puas. Kini, jari-jari Jungkook naik keatas melepas 2 kancing piyama Jinri dengan gerakan pelan.
Jungkook sudah merasa benar-benar gila sekarang. Ia ingin lebih, lebih dari sebuah ciuman. Ia ingin gadis itu, ia membutuhkannya. Jinri meremas pelan leher kaos Jungkook lalu jari-jari lentik gadis itu merambat ke leher kokoh milik laki-laki itu, membelainya dengan gerakan pelan dan pada saat itu juga pertahanan Jungkook runtuh. Jungkook kehilangan kontrolnya.
Jungkook sudah merasa sesak dan ini sangat tidak baik. Ia akhirnya mengakhiri ciumannya dengan sisa-sisa kesadarannya.
"Jangan membuatku lepas kendali, Shin Jinri." bisik Jungkook dan demi apapun itu terdengar sangat sexy ditelinga Jinri.
Jinri tidak menjawab. Gadis itu masih sibuk mengatur napasnya yang memburu dengan mata tertutup. Jinri tidak menyadari jika hal ini menjadi tontonan yang akan membuat Jungkook benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya lagi.
Jungkook kembali mencium gadis itu namun lebih panas dan menuntut. Ia tidak bisa menahannya lagi. Jari-jari Jungkook dengan cepat melepas seluruh kancing piyama Jinri. Tidak ada yang bisa menghentikannya karena semuanya sudah terlambat. Jungkook maupun Jinri sudah meninggalkan akal sehat mereka dan membiarkan naluri mereka yang bekerja.
Namun, saat ciuman Jungkook turun ke leher gadis itu, ia menangkap suara pekikan seseorang. Ia mengangkat kepalanya dan menoleh.
"E..Eomma," ucap Jungkook dengan mata membulat. Ia benar-benar kaget melihat ibunya berdiri tidak jauh dari mereka dengan mulut setengah terbuka. Nyonya Jeon tampak sangat keget. Jangan ditanya bagaimana dengan Jinri sekarang, gadis itu langsung melompat dari pangkuan Jungkook dan berbalik membelakangi Jungkook dan ibu metuanya itu sambil merapatkan bajunya yang sudah terbuka. Rasanya ia ingin mati saat itu juga.
Nyonya Jeon tampak berdiri kikuk. "Eomma, sepertinya mengganggu kalian. Eomma akan menunggu di luar," ucap Nyonya Jeon cepat lalu berjalan menuju ruang tengah dengan langkah cepat.
-00-
Jungkook dan Jinri kini tengah duduk berhadapan dengan Nyonya Jeon di ruang tengah apartemen mereka tersebut. Jinri tampak gelisah ditempat duduknya, ia berkali-kali meremas ujung piyamanya. Ia benar-benar malu, kepergok sedang melakukan kegiatan yang terbilang intim oleh ibu mertuanya membuat Jinri tidak tahu harus menaruh mukanya dimana.
Jungkook terlihat biasa-biasa saja, seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Tidak ada ekspresi lebih yang ditunjukkan laki-laki itu. Nyonya Jeon sejak tadi tidak berhenti tersenyum, tentu saja senyumnya penuh dengan arti. Ia tidak menyangka sekarang anak laki-lakinya itu sudah menjadi pria dewasa. Jungkook sekarang bukan Jungkook kecilnya lagi yang selalu bersikap manja dan merengek padanya.
Nyonya Jeon berdehem. "Sepertinya, Eomma mengganggu kalian ya," ucap Nyonya Jeon tidak bisa menyembunyikan senyum penuh artinya tersebut.
Jungkook mendengus pelan. "Ya, sangat mengganggu," gerutunya dengan suara pelan namun masih dapat didengar oleh Jinri dan Nyonya Jeon.
Jinri sekilas melayangkan tatapan garangnya pada Jungkook setelah itu ia kembali beralih pada ibu mertuanya. Jinri memberi senyum terbaiknya. "Eommonim, jangan dengarkan dia. Eommonim sama sekali tidak mengganggu," sahutnya dengan nada lembut.
Nyonya Jeon kembali tersenyum. "Tidak apa-apa, Jinri-ya. Eommonim mengerti apa yang kalian rasakan sekarang. Aku hanya sebentar disini, setelah ini kalian bisa melanjutkannya kembali dan segeralah memberi kabar baik untuk kami," Nyonya Jeon mengedipkan sebelah matanya lalu tertawa pelan. Jinri memaksa dirinya untuk tertawa mendengar perkataan ibu mertuanya itu. Jinri tidak sengaja menoleh kesamping dan tatapannya bertemu dengan Jungkook yang ternyata sedang menatapnya dengan senyum entah apa artinya. Laki-laki itu mengedipkan sebelah matanya dan demi apapun itu terlihat sangat menggoda dimata Jinri.
Mereka kembali melanjutkan obrolan yang diselingi tawa yang di dominasi oleh Nyonya Jeon dan Jinri tersebut. Jungkook menghela napas, bukankah ibunya mengatakan hanya sebentar disini namun sepertinya ibunya itu lupa dengan perkataannya sendiri. Nyonya Jeon dan Jinri kini tengah asyik mengobrol tentang segala hal mulai dari resep masakan, sepatu, pakaian, sampai produk make up yang baru saja keluar minggu lalu dan Jungkook sekarang bagaikan patung pajangan diantara mereka. Ia diabaikan secara terang-terangan.
Jungkook berdehem cukup keras dan itu berhasil mengalihkan perhatian Nyonya Jeon dan Jinri. "Jadi, ada apa Eomma kemari? Appa sudah menghubungiku, menanyakan kapan Eomma pulang," Jungkook memperlihatkan ponselnya yang berisi pesan dari ayahnya. Ternyata Tuan Jeon sejak tadi bertukar pesan dengan Jungkook menanyakan keberadaan ibunya tersebut.
Nyonya Jeon tampak terkejut. "Omo! Aku lupa, setelah ini Eomma dan Appa harus melakukan perjalan bisnis," ucapnya.
Nyonya Jeon meronggoh tasnya lalu mengeluarkan sebuah amplop putih. "Eomma, hanya ingin mengantar tiket pesawat kesini. Kita akan ke California besok lusa. Bibi mu mengundang kita untuk menghadiri ulang tahun pernikahannya," lanjutnya.
Jungkook mendengus. "Kami berdua tidak akan datang," jawabnya ketus. Jinri memandang Jungkook dengan pandangan tidak suka. Cara laki-laki itu menolak sangat tidak sopan apalagi dengan ibunya sendiri.
Jinri dapat melihat ada raut kecewa diwajah ibu mertuanya itu. Jinri tersenyum. "Kami berdua pasti akan ikut, Eommonim,"ucap Jinri lalu mengambil tiket pesawat tersebut. Nyonya Jeon tersenyum senang mendengar perkataan menantunya itu.
Jungkook mengambil tiket pesawat tersebut dari genggaman gadis itu lalu meletakkan kembali diatas meja. "Tidak. Kita tidak akan ikut," ucap laki-laki itu tegas.
Nyonya Jeon menghela napas. "Kita hanya 4 hari disana. Bibi mu sangat ingin bertemu dengan Jinri dan ia juga merindukanmu," Jungkook mendengus tidak suka mendengar perkataan ibunya.
Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya. "Jika bibi ingin bertemu dengan Jinri, ia bisa pulang ke Seoul. Aku dan Jinri tidak ikut acara itu." ucapnya lalu pergi.
Jungkook masuk kedalam ruang studionya lalu menutup pintu studio tersebut dengan keras. Nyonya Jeon dan Jinri tampak terkejut mendengar suara pintu yang dibanting keras tersebut. Jinri mengepal tangannya menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubunnya. Laki-laki itu sudah keterlaluan.
Nyonya Jeon kembali menghela napas melihat kelakuan anak laki-lakinya itu. Ia sudah menduga jika Jungkook menolak untuk ikut menghadiri acara keluarga semacam itu. Sejak Jungkook berselisih dengan salah satu saudara sepupunya beberapa tahun yang lalu, anak laki-lakinya itu enggan menghadiri acara keluarga besar Jeon.
-00-
Jinri kini tengah berdiri di depan cermin kamar mandi dengan wajah frustasi. Ia mengusap lehernya dengan gerutuan tidak jelas. Jinri baru menyadari jika ada tanda memerah dilehernya dan itu sudah pasti ulah Jungkook tadi pagi. Ia sama sekali tidak sadar jika Jungkook sempat membuat tanda dilehernya. Sekeras apapun usaha Jinri untuk menghilangkan bekas memerah itu dilehernya, tanda itu tidak akan hilang untuk beberapa hari nanti. Jinri kembali memperhatikan tanda yang sering dikatakan sebagai tanda kepemilikan itu dan ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi. Ia memukul kepalanya pelan.
Jinri menutup mulutnya, laki-laki itu sudah cukup jauh menyentuhnya. Namun, tidak bisa dipungkuri sentuhan Jungkook memang memabukkan. Jinri tentu saja marah dengan tindakan kurang ajar laki-laki itu tapi disisi lain Jinri tidak bisa juga menyalahkan Jungkook. Ia juga salah dalam hal ini, ia sadar jika ia juga mencoba menggoda Jungkook tadi.
"Ada apa denganmu, Shin Jinri?" gumam Jinri pada dirinya sendiri. Ia mengacak rambutnya frustasi.
"Kenapa aku jadi seperti gadis murahan seperti itu? Sadarlah, Shin Jinri." Kali ini Jinri kembali memukul kepalanya.
Jinri keluar dari kamar mandi dan entah kenapa ia kaget berlebihan ketika melihat Jungkook malam ini tidur dikamar. Laki-laki itu jarang tidur di kamar dan lebih memilih menghabiskan waktunya semalaman di ruang studio pribadinya. Gadis itu melangkah dengan ragu, ia takut malam ini Jungkook berniat melanjutkan "sesuatu" yang tertunda tadi pagi. Jinri naik keatas ranjang dengan gerakan sangat pelan agar tidak mengganggu laki-laki itu. Jangan sampai Jungkook terbangun. Itu saja.
Jinri merebahkan tubuhnya, awalnya posisi tidurnya membelakangi laki-laki itu namun entah dorongan apa yang membuatnya mengubah posisinya menjadi menghadap Jungkook yang kini tidur dengan posisi sama seperti Jinri.
Jinri memandang wajah lelah Jungkook yang masih terlihat jelas tersebut lalu tanpa sadar jari jemari nya terangkat untuk menyentuh wajah suaminya itu. Ia menyentuh pelipis laki-laki itu lalu turun ke mata, hidung dan terakhir ke bibir Jungkook.
Jinri tahu ini salah namun hal ini memberikan kesenangan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia menyentuh bibir laki-laki itu dengan gerakan yang sangat pelan membuat jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal. Ia langsung teringat bagaimana bibir lembut itu membuai bibirnya tadi pagi. Ia ingin merasakannya lagi.
Jinri menarik tangannya menjauh. "Ini gila. Apa yang aku pikirkan?" bisik Jinri pada dirinya sendiri.
"Apa yang kau pikirkan?"
Suara itu membuat Jinri terperanjat. Ia membulatkan matanya ketika kini mata Jungkook terbuka dan tengah menatapnya.
Jinri berdehem pelan. "Ti...Tidak ada. Kapan kau bangun?" gadis itu tampak salah tingkah.
Jungkook tersenyum tipis. "Jangan mencuri start seperti itu. Jika kau ingin, kau bisa mengatakannya padaku," ucap Jungkook tanpa menanggapi pertanyaan Jinri sebelumnya.
Jinri hampir tersedak air ludahnya sendiri mendengar perkataan suaminya itu. Ia tahu arah pembicaraan Jungkook padanya tersebut. "Kau... pura-pura tidur?" Jinri menyipit matanya curiga.
Jungkook tertawa pelan. "Sebenarnya... aku belum tidur." sahutnya.
Jinri hanya ber"oh"ria ketika mendengar jawaban laki-laki itu. Ia berusaha keras untuk bersikap biasa-biasa saja untuk menutup malunya. Mau bagaimanapun kini ia sudah ketahuan diam-diam menyentuh wajah Jungkook dan ia sempat berpikiran kotor hanya karena menyentuh bibir laki-laki itu. Yah... Walaupun Jungkook tidak mengetahui bagian disaat ia berpikiran kotor perihal bibir. Namun, tetap saja itu memalukan.
Jungkook mengubah sedikit posisi tidurnya agar dapat lebih mudah menikmati wajah Jinri yang kini sedang merona tersebut. "Apa kau memiliki kegiatan besok?" tanya Jungkook memecah keheningan.
Jinri menatap Jungkook bingung namun setelah itu ia mengangguk. "Ya, aku memiliki jadwal mengikuti kelas memasak besok," sahut Jinri. Tumben Jungkook menanyakan kegiatannya.
Jungkook menganggukkan kepalanya mengerti. "Aku akan mengantarmu besok," ucapnya dengan senyum simpul. Mood Jungkook sepertinya sudah kembali.
Jinri menatap Jungkook tidak percaya. "Nde? Kau serius?" tanya nya.
Jungkook menyentil kepala Jinri cukup keras. "Ya, aku serius. Bangunkan aku besok pagi," sahutnya.
-00-
Ternyata Jungkook tidak main-main dengan janjinya untuk mengantar Jinri pagi ini. Laki-laki itu bahkan lebih dulu bangun daripada Jinri. Hal tersebut membuat kerutan didahi gadis itu semakin jelas terlihat.
Jinri masih memandang Jungkook yang kini tengah menyetir disebelahnya dengan pandangan tidak percaya. Jeon Jungkook memang tidak bisa ditebak jalan pikirannya.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku tahu, aku memang mempesona," ucap laki-laki itu. Ia melirik Jinri sekilas sambil menyeringai puas.
Jinri mendecih mendengar perkataan Jungkook. "Baru aku tatap begitu saja, kau sudah besar kepala." sahutnya. Jinri membuang pandangannya kearah jendela mobil disampingnya. Ia diam-diam meringis. Untuk kesekian kalinya ia ketahuan tengah menatap laki-laki itu secara diam-diam.
Jungkook terkekeh. Ia memutuskan untuk tidak menjawab perkataan istrinya lagi. Jungkook tahu, sekarang Jinri sedang menyembunyikan rasa malunya dan demi apapun itu sangat menggemaskan. Ia menikmatinya.
Jinri melirik Jungkook lalu ia berdehem pelan. "Jungkook-ah," panggilnya. Ia baru ingat sesuatu yang membuatnya penasaran sejak kemarin.
Jungkook melirik istrinya itu sekilas. "Hum? Ada apa?" sahutnya. Matanya kembali fokus melihat jalan didepan.
Jinri kembali berdehem. "Kenapa kau menolak untuk menghadiri acara ulangtahun pernikahan bibi mu?" tanya Jinri.
Jungkook menghentikan mobilnya. "Kita sudah sampai," ucapnya. Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Jinri.
Jinri mendengus. "Jawab pertanyaanku, Jeon Jungkook," ucapnya sebal.
Jungkook mengacak rambut Jinri pelan. "Kita bahas itu saat dirumah saja. Jika aku menjawabnya sekarang, kau bisa terlambat," sahutnya.
Jinri berdecih sambil merapikan rambutnya. "Apa susahnya kau menjawabnya sekarang. Kau memang menyebalkan." Jinri melepas seat-beltnya lalu bersiap-siap untuk keluar.
Jungkook menahan pergelangan tangan Jinri. "Kau melupakan sesuatu, Shin Jinri," ucapnya.
Jinri mengangkat sebelah alisnya bingung. "Melupakan apa? Aku tidak membawa barang lain selain tas," sahutnya polos.
Jungkook tersenyum penuh arti. "Kau melupakan ini," Jungkook menunjuk bibirnya.
Jinri membulatkan matanya. "Ya! Dasar mesum. Tidak akan ada yang seperti itu," ucap Jinri setengah berteriak.
Jungkook membuang tatapannya kearah lain. Ekspresi laki-laki itu langsung berubah. "Kau ternyata sudah melupakan janjimu, Shin Jinri. Bagaimana bisa kau membuat aku jatuh cinta seperti janji mu itu jika bersikap manis padaku saja pun tidak," gerutu laki-laki itu sambil menatap lurus kedepan.
Jungkook menghela napas. "Baiklah, aku tidak akan berha-
"Cup."
Jinri mengecup pipi laki-laki itu dengan cepat membuat Jungkook menghentikan perkataannya. Jungkook langsung tersenyum lebar. Ia menoleh dan ia dapat melihat Jinri yang kini tengah berusaha menyembunyikan pipinya yang merona.
Jinri untuk ketiga kalinya berdehem. "Aku sudah memberinya. Jangan meminta lebih dari itu, aku tidak akan memberinya," ucapnya.
"A...Aku ke kelas dulu. Terima kasih sudah mengantarku," lanjutnya.
Jinri bersiap untuk keluar dari mobil namun Jungkook kembali menahan pergelangan tangannya. Jungkook menarik tengkuk Jinri lalu mengecup kening gadis itu cukup lama.
Jungkook melepas kecupan manisnya itu lalu mengusap kepala Jinri dengan lembut. "Semoga harimu menyenangkan, sayang." bisiknya.
Jinri terbatuk. Jungkook memanggilnya sayang? Apa kepala laki-laki itu terbentur sesuatu pagi ini? Demi Tuhan, Jinri tidak bisa mengontrol jantungnya yang berdetak dengan gila sekarang. Jungkook sangat manis pagi ini.
Jinri keluar dari mobil masih dengan jantung yang berdegup kencang dan pipinya yang merona sempurna. Ia tidak bisa mengontrol senyumnya. Sikap manis Jungkook pagi ini berhasil memberi semangat baru untuknya.
Jungkook tidak bisa menahan senyumnya. Ia menyalakan mobilnya dan bersiap-siap untuk pergi ke studio Hoseok namun ia mengurungkan niatnya ketika ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk.
"Yein Noona?" gumamnya.
Jungkook mengangkat panggilan tersebut dan langsung terdengar suara dari manager Kwon Yuri itu. Gadis itu mengajaknya untuk bertemu di sebuah cafe yang kebetulan tidak jauh dari tempatnya sekarang. Yein ingin berbicara sesuatu padanya. Jungkook terpaksa meng"iya"kan saja ajakan gadis itu karena ia tidak enak mendengar Yein yang berkali-kali memohon padanya.
-00-
Jungkook masuk kedalam cafe yang dikatakan oleh Yein tadi. Ia langsung menghampiri gadis itu ketika melihat Yein melambai padanya. Jungkook menarik kursi lalu duduk dengan posisi menghadap gadis berkacamata itu. Pelayan langsung menghampirinya untuk menanyakan menu apa yang ia pesan.
"Tolong, satu americano," ucap Jungkook dengan senyum manisnya.
"Ba...Baik Tuan." ucap pelayan itu tersipu malu ketika melihat Jungkook yang tersenyum padanya.
Yein menahan tawa ketika melihat pelayan tersebut salah tingkah hanya karena senyuman Jungkook. Oke, Jungkook memang memiliki visual yang mempesona dan pesona laki-laki itu kini tengah menguar di cafe ini. Banyak gadis-gadis pengunjung cafe ini yang kini tengah melirik laki-laki itu.
Jungkook menyandarkan punggungnya pada kursi. "Jadi, ada apa Noona memanggilku kesini?" tanya nya.
Yein merogoh tas tangannya. "Hadirlah diacara ulangtahunnya," gadis itu menyodorkan sebuah undangan pada Jungkook.
Jungkook langsung terlihat menghela napas. "Kau tahu jawabanku, kan?" Jungkook melipat tangannya didepan dada.
Yein mendesah berat. "Ku mohon, Jeon Jungkook. Hadirlah di ulangtahun Yuri. Ia sangat mengharapkan kedatanganmu," Yein kembali memohon.
Jungkook tidak langsung menjawab perkataan Yein karena sekarang pelayan tengah mengantarkan pesanannya. Jungkook kembali tersenyum pada pelayan itu lalu mengucapkan terima kasih.
Jungkook kembali memandang Yein yang kini harap-harap cemas menunggu jawabannya. "Jawabanku tetap tidak, Noona," sahutnya.
Yein memijit kepalanya pelan. "Hanya sebentar, Jungkook-ah. Kau tahu kan kondisi Yuri bagaimana sekarang. Jika kau datang, itu dapat membuatnya lebih baik," ucap Yein. Ia khawatir dengan kondisi Yuri sekarang terlebih kondisi psikisnya. Karir Yuri sebagai seorang model kini tengah menurun karena berbagai issue yang menerpanya setelah ia berpisah dengan Ken, tunangannya.
Jungkook tertawa hambar. "Itu tidak ada hubungannya denganku, Yein Noona. Aku tidak akan merubah jawabanku," sahutnya.
Jungkook melihat jam tangannya. "Sepertinya sampai disini saja, Noona. Aku harus pergi. Permisi." lanjutnya. Jungkook meletakkan beberapa lembar uang untuk membayar minuman yang belum ia minum sama sekali tersebut. Ia kehilangan seleranya.
Yein mengerang frustasi. Dugaannya benar, Jungkook tidak akan mau. Percuma memohon pada laki-laki yang keras kepala seperti Jungkook. Ia tidak tahu harus berkata apa jika Yuri mengetahui jika Jungkook menolak undangannya. Yein berharap ada kejaiban, ia berharap Jungkook berubah pikiran dan mau menghadiri acara ulangtahun Yuri.
-00-
Jungkook memandang dua tiket pesawat di atas meja yang diberikan ibunya kemarin kepadanya dan Jinri. Ia sudah memutuskan untuk menghadiri acara ulangtahun pernikahan bibinya di California. Jungkook bahkan sudah memberitahukan ibunya bahwa ia berubah pikiran yang langsung disambut bahagia oleh ibunya.
Jungkook bangkit dari tempat duduknya lalu keluar dari ruang studionya tersebut. Ia melangkah ke ruang tengah menghampiri Jinri yang tengah menikmati drama di televisi dengan semangkuk pop corn dipangkuannya. Laki-laki itu duduk disebelah Jinri.
Jungkook melirik Jinri sebentar. "Kau tidak menyiapkan barang-barangmu?" tanya Jungkook.
Jinri menoleh. Ada kerutan didahinya. "Menyiapkan barang-barang untuk apa?" tanya nya.
Jungkook merebut mangkuk berisi pop corn itu dari pangkuan Jinri. "Kita akan berangkat besok," sahutnya.
Jinri memutar matanya jengah. Ia tidak paham. "Berangkat kemana? Bisakah kau langsung berbicara ke intinya saja, Jeon Jungkook," Jinri sudah mengalihkan fokusnya penuh pada Jungkook sekarang.
Jungkook meletakkan mangkuk pop corn yang ia pegang tadi keatas meja. "Aku berubah pikiran. Kita akan menghadiri acara ulangtahun pernikahan bibi," ucapnya.
Jinri langsung terlihat senang. "Benarkah?" tanya nya dengan antusias. Jungkook menganggukkan kepalanya. Jinri langsung bersorak senang.
Jinri bangkit dari tempat duduknya. "Kita harus mulai menyiapkan pakaian dan barang lainnya untuk besok kalau begitu." Jinri langsung melesat menuju kamar. Jungkook hanya tersenyum melihat tingkah Jinri.
Kini Jinri tengah sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Kamar mereka tampak berantakan karena Jinri membokar isi lemarinya untuk memilih pakaian mana yang harus ia bawa. Jungkook hanya duduk bersila di atas ranjang sambil memperhatikan Jinri yang sibuk sendiri tersebut. Ia sudah selesai menyiapkan barang-barangnya yang akan di bawa sejak tadi.
Koper gadis itu hampir penuh dengan pakaian. Jungkook bingung, kapan gadis itu memakai semua pakaian-pakaian tersebut. Mereka hanya 4 hari disana.
"Jangan memakai pakaian terbuka," ucap laki-laki itu ketika melihat Jinri memasukkan dress dengan potongan V-neck.
"Tapi disana sedang musim panas juga, Jeon Jungkook. Kau ingin aku mati kegerahan, hah?" sahut Jinri kesal.
"Ya! Siapa yang menyuruhmu membawa bikini?" Jungkook kembali bersuara ketika melihat ada dua pasang bikini yang sengaja diselipkan Jinri ditumpukan pakaiannya. Jinri meringis, padahal ia sudah berusaha menyembunyikannya.
"Aku ingin ke pantai. Apa aku harus memakai mantel saat ke pantai nanti?" Jinri semakin kesal karena sejak tadi Jungkook selalu mengomentari pakaian yang akan ia bawa.
"Ide bagus. Mantel sudah cukup untuk menutupi dada ratamu itu," ucap Jungkook. Laki-laki itu tertawa.
"Ya! Jaga mulutmu, Jeon Jungkook," Jinri melempar Jungkook dengan bantal. Baru tadi pagi laki-laki itu bersikap manis padanya tapi sekarang Jungkook kembali menjelma menjadi sangat menyebalkan lagi.
"Aku serius, Shin Jinri. Untuk apa kau memakai bikini, tidak ada yang dapat kau pamerkan dengan dada ratamu itu," Jungkook ternyata belum selesai. Ia masih betah mengganggu gadis itu.
"Terserah kau saja. Aku tetap akan membawanya," sahut Jinri lalu meninggalkan laki-laki itu keluar kamar. Sepertinya Jinri tersinggung.
"Dasar keras kepala." gumam Jungkook.
Ia akan memastikan Jinri tidak akan memakainya disana. Jika ia mengatakan bahwa Jinri itu si dada rata, itu adalah sebuah kebohongan. Sebenarnya, Jinri memiliki lekuk tubuh yang indah dan tentu saja itu dapat menggoda laki-laki disana jika Jinri nekad memakai bikini yang gadis itu bawa. Katakan saja, Jungkook tidak rela berbagi keindahan tersebut.
-TBC-
Hoi, Litmon update ≧∇≦
Aciee Jungkook ama Jinri ya manis-manis asin gimana gitu ya /?
Udah mulai berani uhuks /?
Chapter ini maaf ya ada rada anu, memang sudah ada di konsep wkwk
Kalau kurang, tolong dimaklumi. Litmon gak pintar nulis yang kaya gitu pemirsah ヘ( ̄▽ ̄*)ノ
Entah chapter ini bisa bikin kalian baper atau malah pusyang. Semoga bisa baper ya soalnya Litmon nulis ini baper banget #alahh
Mohon voment nya yang banyak ya readers tercinta Litmon (σ≧▽≦)σ bye!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top