Chapter 18
Pagi tenang Jungkook dan Jinri kembali diributkan dengan suara bell pintu yang berbunyi dengan nyaring memenuhi ruang apartemen mereka. Jungkook mengerang malas saat mendengar suara bell pintu yang tidak henti-hentinya berbunyi. Ia menutup kepalanya dengan bantal. Kenapa akhir-akhir ini setiap pagi ada-ada saja orang memencet bell pintu apartemennya bersama Jinri tersebut. Entah itu tetangga, pengantar susu, orang salah alamat dan yang lebih parahnya adalah orang yang hanya iseng.
Jinri yang sedang melakukan ritual mandinya berdecak dengan sebal ketika mendengar suara bell pintu masih berbunyi. Pasti Jungkook lebih memilih melanjutkan tidurnya daripada membuka pintu. Jinri mengambil kimono handuknya dan memakainya dengan cepat. Ia keluar dari kamar mandi dan benar saja Jungkook sedang meringkuk dibawah selimut dengan bantal yang menutupi kepalanya.
Jinri menghampiri laki-laki itu dengan wajah menahan kesal. "Ya! Jeon Jungkook, cepat bangun. Apa kau tidak mendengar ada tamu didepan? Cepat buka pintu," ucap Jinri dengan suara setengah berteriak.
Jungkook menyingkirkan bantal yang menutupi kepalanya. Ia membuka matanya sedikit. "Kau saja yang membuka pintunya. Aku masih mengantuk," sahut Jungkook dengan suara serak khas bangun tidur.
Jinri memutar matanya jengah. "Aku tidak mungkin membuka pintu dengan penampilan seperti ini," ucap Jinri. Jungkook mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat penampilan yang dimaksud oleh istrinya tersebut. Jinri memakai kimono handuk dan dirambut gadis itu terlihat busa dari shampoo yang belum dibersihkan. Ternyata Jinri belum menyelesaikan ritual mandinya.
Jungkook mendesah pelan. "Baiklah, aku akan membukanya." laki-laki itu bangun dengan tampang yang terpaksa. Sebenarnya ia ingin saja melawan gadis itu namun ia mengurungkannya. Kali ini entah kenapa ia malas beradu mulut dengan gadis itu.
Jinri tersenyum puas ketika mendengar Jungkook menuruti perintahnya. Tidak biasanya laki-laki itu menuruti perintahnya dengan cepat namun kali ini sepertinya laki-laki itu sedang dirasuki roh yang baik. Jungkook berjalan keluar kamar dengan mata yang masih terlihat sangat mengantuk dan penampilan khas bangun tidurnya yang berantakan. Sepeninggal Jungkook untuk membuka pintu, Jinri langsung melanjutkan ritual mandi paginya yang sempat tertunda tadi.
Jungkook membuka pintu dan langsung disapa oleh senyum cerah Seokjin dan Sena dengan Hyung Seok digendongan Sena. Jungkook mengerutkan keningnya bingung. Tidak biasanya keluarga ini datang sepagi ini ke apartemennya jika tidak ada keperluan mendadak. Seperti menitipkan Hyung Seok misalnya.
Seokjin menghela napas lega. "Ah, akhirnya kau membuka pintu juga. Kenapa begitu lama?" tanyanya.
Jungkook menatap malas kakak kandung dari Kim Taehyung itu. "Aku tidak mendengarnya, Hyung," sahut Jungkook asal.
Seokjin mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Ya, baiklah. Aku paham, kalian masih pengantin baru. Maklum saja kalian tidak mendengarnya. Aku harap kami tidak mengganggu kegiatan kalian berdua." ucap Seokjin dengan senyum penuh arti sambil melihat penampilan Jungkook yang berantakan. Setelah itu, Seokjin dan Sena tertawa cekikikan.
Jungkook menatap pasangan suami istri didepannya ini dengan pandangan aneh. Selain berisik, pasangan ini juga tidak kalah aneh nya dengan Namjoon dan Hana. Sama-sama memiliki pemikiran yang kadang-kadang aneh dan hobby mengeluarkan kata-kata yang ambigu.
Seokjin dan Sena beserta putra mereka yang kini tengah menatap Jungkook dengan mata bulatnya itu duduk di ruang tengah apartemen. Jungkook berkali-kali menghela napas saat mendengar pasangan dokter itu untuk kesekian kalinya menitipkan Hyung Seok. Sebenarnya, Jungkook tidak keberatan jika mereka menitipkan Hyung Seok seharian penuh. Namun, kali ini Seokjin dan Sena menitipkan putra mereka yang sudah memasuki usia 5 bulan itu selama 3 hari karena Seokjin dan istrinya harus menghadiri sebuah pertemuan penting mewakili rumah sakit tempat mereka berdua bekerja dipulau Jeju. Sehari saja sudah sangat merepotkan, apalagi selama 3 hari pikir Jungkook.
Jungkook melipat tangannya didepan dada. "Kami tidak bisa, Hyung. Aku dan Jinri sangat sibuk kali ini," ucapnya.
Seokjin menyipit matanya menyelidik. "Apa yang membuat kalian berdua sibuk? Ini masih masa libur kalian," sahut Seokjin.
Jungkook kembali menghela napas lelah karena pertanyaan-pertanyaan laki-laki itu. "Pokoknya kami sangat sibuk dalam minggu-minggu ini, Hyung," Jungkook kehabisan alasan.
Seokjin kembali tersenyum penuh arti. "Kalian berdua hanya sibuk bermesraan. Jangan membuat alasan lagi. Selama 3 hari kau dan Jinri yang harus mengasuh uri-Seokkie," ucap Seokjin dengan seenak jidatnya. Jungkook menatap Seokjin dengan wajah cemberut.
Jungkook mengalihkan tatapannya pada Sena sekarang. "Noona," panggilnya sedikit merengek.
Sena tersenyum tidak enak. "Jungkook-ah, maafkan kami yang tiba-tiba menitipkan Seokkie pada kalian tapi hanya kalian harapan satu-satunya. Kami berdua akan berusaha kembali secepatnya. Bantu Noona, ne?" ucap Sena dengan lembut.
Jungkook ingin menjawab perkataan istri dari Seokjin tersebut sampai pekikan Jinri mengejutkannya. "Seokkie-ya," pekik Jinri. Gadis itu langsung menghampiri Sena lalu mengambil bayi 5 bulan itu dari pangkuan Sena.
Jinri duduk disebelah Jungkook sambil memangku Hyung Seok. "Ada apa Seokjin Oppa dan Sena Eonnie datang kesini?" tanya Jinri dengan senyum manisnya.
Seokjin tersenyum. "Kami ingin menitip Hyung Seok selama 3 hari disini karena kami berdua harus menghadiri pertemuan penting di Jeju. Aku dan Sena tidak mungkin membawanya kesana," ucap Seokjin dengan wajah seperti meminta belas kasihan.
Sena menatap Jinri dengan wajah yang sama dengan suaminya. Pasangan yang kompak. "Tolonglah kami, Jinri-ya. Hanya 3 hari," ucap Sena.
Jinri kembali tersenyum. "Tentu saja boleh. Aku dan Jungkook akan menjaga Seokkie selama kalian pergi. Kami berdua juga sedang tidak sibuk," sahut Jinri dengan senang hati. Jungkook langsung memberi tatapan tajamnya pada istrinya itu.
Seokjin dan Sena langsung terlihat sumringah. "Oh, kau sangat baik Jinri-ya tidak seperti..," Seokjin tidak melanjutkan kata-katanya namun matanya tertuju pada Jungkook. Jungkook hanya mendengus.
Jadilah, untuk 3 hari kedepan Jungkook dan Jinri akan mengasuh Kim Hyung Seok putra Seokjin dan Sena tersebut. Hyung Seok memang sudah biasanya dititipkan pada Jungkook dan Jinri jika Namjoon dan Hana ataupun Taehyung tidak bisa. Seokjin dan Sena yang sama-sama seorang dokter mempunyai kesibukan yang luar biasa karena itu jika mereka berdua sama-sama sibuk jadilah Hyung Seok dititipkan. Seokjin dan Sena termasuk orangtua yang tidak percaya pada baby sitter.
-00-
Jinri mempout bibirnya sambil bergumam tidak jelas melihat Jungkook yang tengah asyik bermain dengan Hyung Seok diruang tengah yang sudah disulap jadi area bermain bayi. Seharian ini, Jungkook tidak memberi kesempatan untuknya bermain dengan Hyung Seok. Ia hanya bertugas memandikan dan memberi susu pada bayi berusia 5 bulan itu dan selebihnya Hyung Seok selalu bersama Jungkook. Awalnya, laki-laki itu bersikeras menolak Hyung Seok dititipkan pada mereka. Namun, apa yang terjadi sekarang? Jungkook terlihat lengket bersama Hyung Seok bahkan mereka berdua tidur siang bersama-sama.
Jinri melihat jam diponselnya, ternyata sudah mendekati jam makan malam. Gadis itu akhirnya memilih menyiapkan malam daripada ia berdiri menatap kebersamaan Jungkook dan Hyung Seok tersebut. Jinri mulai mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia masak untuk makan malam sampai ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia menghentikan kegaiatannya lalu dengan cepat membuka pesan diponselnya. Jinri tersenyum ketika ia mengetahui Yerin yang mengirim pesan.
"Jinri-ya, sampai ketemu nanti. Aku merindukanmu."
Jinri tersenyum melihat isi pesan dan foto selfie Yerin bersama Taehyung yang terlihat tertidur disebelah gadis itu. Hari ini Taehyung dan Yerin kembali ke Seoul setelah berlibur bersama selama 10 hari ke Jepang. Ia dengan cepat membalas pesan dari sahabatnya itu lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Jinri meletakkan sayur yang sudah ia cuci diatas meja lalu melirik Jungkook dan Hyung Seok diruang tengah. Terlihat Hyung Seok tengah tengkurap sambil memegang mainan karet dengan Jungkook yang tengah berbicara ditelpon. Wajah laki-laki itu tampak serius.
"Ya, aku akan segera kesana,"
"Aku akan menghubungi mu jika aku sudah sampai,"
Jungkook bangkit berdiri lalu melangkah menuju kamar dengan langkah cepat. Jinri yang melihat laki-laki itu meninggalkan Hyung Seok sendiri yang kini tengah tengkurap di karpet segera menghampiri bayi itu yang kini mulai terdengar rengekannya.
Jungkook keluar dari kamar dengan membawa kunci mobil dan dompet ditangannya. Jinri mengerutkan keningnya ketika melihat Jungkook yang seperti sangat terburu-buru. Sepertinya laki-laki itu ingin pergi kesuatu tempat. Tidak biasanya Jungkook keluar disaat jam-jam mendekat jam makan malam namun kali ini sepertinya laki-laki itu memiliki urusan yang penting.
Jinri menggendong Hyung Seok yang terlihat mulai rewel. "Kau mau kemana, Jungkook-ah? Kau tidak makan malam dulu?" tanya Jinri.
Jungkook menghentikan langkahnya. "Aku harus pergi ke suatu tempat. Aku makan malam diluar malam ini," sahutnya dengan nada datar.
Jinri menganggukkan kepalanya. "Baiklah, hati-hati dijalan," ucap Jinri seadanya. Ia malas bertanya lebih dalam lagi karena sepertinya Jungkook sedang dalam mood yang kurang baik.
Jungkook tersenyum tipis. "Kalian berdua hati-hati dirumah. Aku berangkat." ucapnya lalu menghilang dibalik pintu.
-00-
Jungkook menghentikan langkahnya ketika melihat seorang gadis yang kini tengah menghampirinya dengan langkah tergesa-gesa. Terlihat sekali wajah gadis itu tengah panik bercampur khawatir.
"Jeon Jungkook, akhirnya kau datang," ucap gadis itu mencoba tersenyum.
Jungkook menatap datar gadis didepannya ini. "Aku hanya sebentar disini, Yein Noona," sahutnya.
Yein menghela napas. "Aku tahu, Jungkook-ah. Tapi setidaknya jenguk dia. Sekarang, ia sedang membutuhkanmu." ucap gadis itu.
Jungkook tidak menjawab perkataan dari manager Kwon Yuri tersebut. Laki-laki itu membuka kamar tempat Yuri dirawat. Terlihat gadis bermarga Kwon itu tengah terbaring lemah di atas ranjang pasien. Jungkook duduk dikursi disamping ranjang gadis itu dengan tatapan yang susah diartikan. Wajahnya terlihat datar-datar saja, tidak ada ekspresi sedikitpun.
Yuri membuka matanya dengan pelan. Tatapan mereka bertemu. "Jungkook-ah." ucapnya lirih.
Jungkook tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Yuri dengan tatapan tajamnya. Mereka cukup lama terdiam sampai akhirnya Jungkook memutuskan untuk berbicara pada gadis itu.
"Kenapa kau melakukannya, Kwon Yuri?" tanya Jungkook dingin. Tidak ada embel-embel "Noona" seperti biasanya.
Yuri tampak terkejut mendengar nada bicara Jungkook. Ia tahu laki-laki itu tengah marah besar padanya. "Karena aku tidak bisa hidup tanpa mu. Aku tidak sanggup melihatmu bersama oranglain," sahut Yuri dengan suara menahan tangis.
Jungkook tertawa hambar. "Omong kosong apa lagi ini?" tanya nya. Jungkook terlihat frustasi.
Yuri terisak. "Ini bukan omong kosong. Aku melakukan ini karena aku mencintaimu, aku tidak sanggup menanggung perasaan ini. Aku ingin mati, Jeon Jungkook." ucap Yuri ditengah isakannya.
Jungkook membuang tatapannya kearah lain. Laki-laki itu tidak menjawab perkataan gadis yang tengah terisak di depannya kini. Kenapa kata-kata "aku mencintaimu" yang dilontarkan oleh gadis itu terdengar asing ditelinganya. Seharusnya ia senang mendengar ketika Yuri mengatakan kata-kata tersebut padanya namun sekarang perasaannya berbanding terbalik. Ia seperti muak mendengar pernyataan cinta dari gadis bermarga Kwon tersebut.
"Kembali lah seperti dulu, Jungkook-ah. Aku ingin bersama mu," Yuri menatap Jungkook dengan mata sembabnya.
Jungkook menatap gadis itu cukup lama. "Aku tidak bisa," sahutnya singkat namun menusuk.
Yuri tertohok mendengar jawaban Jungkook yang tanpa basa-basi tersebut. "Kenapa? Bukankah kau pernah mengatakan kau mencintaiku dan tak pernah meninggalkanku?" tanya Yuri dengan nada suara yang terdengar rapuh.
Jungkook kembali terdiam. Untuk kedua kalinya Jungkook membuang tatapannya kearah lain. Entah apa yang dirasakan laki-laki itu sekarang, ekspresi Jungkook tidak berubah. Jangan berharap bisa menebak apa yang sedang dirasakan oleh laki-laki itu karena Jungkook pintar menyembunyikan hal tersebut.
Yuri menghela napas pelan. "Apa yang ia berikan padamu hingga secepat ini kau berpaling dariku, Jeon Jungkook?" tanya Yuri. Ada nada sinis yang terselip dari kata-katanya tersebut.
Jungkook langsung menatap Yuri dan hebatnya ekspresi laki-laki itu tidak berubah sedikitpun. Gadis itu mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa Jungkook mengontrol ekspresi nya tersebut, wajahnya terlihat datar-datar saja.
Jungkook tersenyum. "Ia memberi ku sesuatu yang tidak akan pernah kau miliki." Sahutnya sinis. Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya. Ia berniat untuk meninggalkan kamar tersebut namun Jungkook menghentikan langkahnya.
Jungkook berbalik. Ia malayangkan tatapan dinginnya. "Jangan melukai dirimu lagi karena hal itu tidak akan merubah apapun. Aku tidak akan pernah kembali padamu." ucapnya. Setelah itu, Jungkook kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar tersebut.
-00-
Jinri tampak panik, ia sedang menggendong Hyung Seok yang sejak tadi tidak berhenti menangis. Bayi berusia 5 bulan itu tiba-tiba demam dan Jinri tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak memiliki pengalaman merawat bayi saat terkena demam. Ia sudah mencoba mengompres Hyung Seok dengan air hangat namun demamnya masih tidak turun-turun.
Jinri mencoba menghubungi Jungkook namun ini sudah panggilan ke-25 namun laki-laki itu tidak mengangkat ponselnya sama sekali. Ia juga sudah mencoba menghubungi Hana dan Namjoon namun pasangan suami-istri itu pun tidak bisa dihubungi. Ia tidak mungkin menghubungi mertua dan orangtuanya karena mereka sedang tidak ada di Seoul. Menghubungi Seokjin dan Sena pun tidak ada gunanya, tidak ada yang mengangkat panggilannya. Jinri hampir saja berteriak frustasi karena tidak ada satupun orang bisa ia hubungi untuk membantunya namun ia tiba-tiba teringat seseorang. Jinri dengan cepat mencari kontak orang tersebut dan menelponnya. Ia bernapas lega ketika mendengar nada sambung dan tidak butuh lama orang tersebut mengangkat panggilannya.
"Ilhoon Sunbae, tolong aku,"
Jungkook keluar dari lift dengan langkah lebar. Ia melihat jam tangannya, ia baru menyadari ini sudah larut malam. Setelah bertemu dengan Yuri, Jungkook pergi ke atap rumah sakit dan duduk disana sampai larut malam. Banyak hal yang ia pikirkan sampai melupakan waktu seperti ini.
Jungkook menghentikan langkahnya ketika melihat Taehyung dan Yerin berlari memasuki pintu rumah sakit. Mereka berdua tampak panik. Taehyung menghentikan larinya ketika melihat Jungkook yang tengah berdiri sambil melihatnya. Jungkook dengan cepat menghampiri Taehyung dan Yerin dengan kerutan didahinya.
"Apa yang kalian berdua lakukan disini? Kapan kalian pulang?" tanya Jungkook tampak bingung.
Taehyung menentralkan napasnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Jungkook. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Tentu saja kami ingin melihat keadaan Seokkie. Dimana keponakanku dirawat?" sahut Taehyung dengan wajah khawatir.
Jungkook tampak terkejut. "Apa? Hyung Seok dirawat?" tanyanya.
Taehyung dan Yerin bertukar pandang. "Apa kau tidak tahu jika Seokkie dibawa ke rumah sakit 1 jam yang lalu? Ia sedang demam tinggi," Jungkook menggelengkan kepalanya. Taehyung menghela napas dengan kasar.
"Sebaiknya kita mencarinya bersama-sama." ucap Taehyung.
Jinri mengusap air matanya, ia begitu panik sampai ia tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak menangis. Hyung Seok kini sudah tidak apa-apa, dokter mengatakan itu hanya demam biasa. Namun, tetap saja ia merasakan khawatir yang luar biasa. Bagaimana pun Hyung Seok adalah tanggung jawabnya sekarang. Apa yang dikatakan oleh Seokjin dan Sena nanti dengan sikap teledornya saat menjaga Hyung Seok.
Ilhoon yang kini tengah berdiri disamping gadis itu tampak memaklumi bagaimana perasaan Jinri sekarang. Laki-laki itu merangkul Jinri sambil mengusap bahu gadis itu dengan lembut mencoba memberikan ketenangan.
"Sudahlah. Hyung Seok sudah baik-baik saja. Sebaiknya kau beristirahat sekarang," ucap Ilhoon membujuk Jinri yang sejak tadi menolak untuk duduk beristirahat.
Belum sempat Jinri menjawab perkataan Ilhoon mereka dikejutkan dengan teriakan Taehyung memanggil nama keponakannya itu. Untung saja, Hyung Seok yang tengah tertidur lelap itu tidak terbangun oleh teriakan pamannya tersebut. Taehyung dan Yerin langsung sibuk melihat keadaan Hyung Seok berbanding terbalik dengan Jungkook yang kini hanya berdiri menatap tajam Ilhoon dan Jinri. Jinri tampak terkejut melihat Jungkook yang memandangnya dengan aura menyeramkan.
Jungkook menarik tangan Jinri. "Ikut aku," ucapnya.
Jinri meringis, laki-laki itu mencekram tangannya dengan kuat. Ia yakin setelah ini tangannya akan meninggalkan bekas memerah. Jungkook membawanya menuju atap rumah sakit, angin malam langsung menyapa kulit Jinri.
Jinri mencoba melepas cengkraman Jungkook pada pergelangan tangannya. "Jeon Jungkook, lepas. Ini sakit," ucapnya. Jungkook melepas cengkramannya pada pergelangan gadis itu dengan kasar. Jinri kembali meringis sambil mengusap pergelangan tangannya.
"Kenapa Jung Ilhoon bisa bersama mu? Kenapa kau tidak menghubungiku?" tanya Jungkook dengan nada geram.
"Aku meminta bantuannya untuk mengantarku dan Hyung Seok ke rumah sakit. Demi Tuhan, aku sudah menghubungimu berkali-kali tapi kau tidak mengangkat panggilanku," sahut Jinri.
Jungkook menatap Jinri dengan sorotan mata seperti ingin melubangi kepala gadis itu. Ia tidak suka dengan jawaban istrinya itu. "Apa tidak ada oranglain yang bisa kau hubungi selain dia? Kau bisa memanggil Taxi jika tidak ada yang mengantarmu. Bukankah sudah aku katakan jangan dekat dengannya," Jungkook tanpa sadar menaikkan suaranya.
Jinri memandang Jungkook tidak suka. "Aku panik, Jeon Jungkook. Apa kau sudah gila? Aku tidak mungkin membawa Hyung Seok keluar apartemen saat tengah malam untuk mencari Taxi dan satu lagi, kau tidak memiliki hak untuk melarangku berdekatan dengan siapa pun," sahut Jinri dengan suara tidak kalah tinggi.
Jungkook tersenyum sinis. "Aku memiliki hak atas dirimu, Shin Jinri. Jangan melupakan siapa dirimu sekarang," Jinri langsung menatap laki-laki itu dengan geram.
Jinri dengan berani membalas senyum sinis Jungkook. "Aku tahu siapa diriku sekarang, Jeon Jungkook. Namun, kau harus tahu kau tidak berhak untuk mengatur kehidupanku seperti ini. Aku memiliki hak untuk melakukan apapun yang aku mau," ucap Jinri tegas.
Jungkook menatap tajam gadis itu. "Aku hanya melarangmu untuk dekatnya. Apa itu terlalu susah untukmu? Kau bilang aku mengatur kehidupanmu? Kau tidak berpikir jika salah satu keluarga kita melihatnya maka akan muncul masalah baru," Jungkook kembali menaikkan suaranya.
Jinri tertawa hambar. "Lalu bagaimana dengan mu, Jeon Jungkook? Kau barusan mengunjungi Kwon Yuri, kan?" tanya Jinri.
Jungkook membuang pandangannya kearah lain. "Itu bukan urusanmu," sahut Jungkook dingin.
Jinri tersenyum. "Maka urusanku bersama Ilhoon Sunbae juga bukan urusanmu, Jeon Jungkook," ucap gadis itu. Jungkook tercekat mendengar perkataan gadis itu. Bagus, Shin Jinri mulai pintar menyerangnya dengan kata-kata.
-00-
Jinri mempersilahkan Yerin masuk kedalam apartemen lalu membantu kekasih dari Kim Taehyung itu membawa beberapa kantong belanjaan. Setelah masuk kedalam apartemen mata Yerin tidak berhenti melihat kesana kemari.
"Mana Jeon Jungkook?" tanya Yerin setengah berbisik.
"Sepertinya ia tidak pulang hari ini," sahut Jinri.
"Mwo? Ia tidak pulang? Lagi?" tanya Yerin dengan heboh.
Jinri hanya menganggukkan kepalanya. Setelah pertengkaran mereka di atap rumah sakit, Jinri dan Jungkook tidak saling berbicara selama 1 minggu ini. Mereka seperti saling menghindar sampai berujung Jungkook tidak pulang ke apartemen selama berhari-hari. Kalaupun pulang, laki-laki itu hanya mengambil bajunya lalu kembali pergi entah kemana.
Jinri tidak mengambil pusing dengan sikap Jungkook yang seperti itu. Mereka berdua sudah memutuskan untuk tidak saling ikut campur urusan masing-masing. Namun, hari ini ada perasaan aneh yang mengganggu Jinri. Jungkook kembali tidak pulang selama 2 hari dan gadis itu mulai merasakan khawatir.
"Apa kau tidak khawatir, Jinri-ya? Kau tidak berusaha mencari tahu sekarang ia kemana?" tanya Yerin.
"Entahlah," gumam Jinri malas.
"Ya! Jawaban macam apa itu? Sebaiknya kau minta maaf pada Jeon Jungkook," ucap Yerin. Jinri langsung menatap Yerin tidak suka. Kenapa harus ia yang minta maaf pada Jungkook?
"Kenapa aku?" tanya Jinri dengan cepat.
"Karena kau yang salah. Bagaimana bisa kau berpelukan dengan mantan kekasihmu saat ada suami mu didepan mu, Shin Jinri?" Yerin menatap tajam Jinri.
"Mwo? Ia tidak memelukku, hanya merangkul. Hanya merangkul, oke?" Jinri meralat perkataan sahabatnya itu.
"Oke, terserah kau saja. Apa kau tidak berpikir jika Jeon Jungkook cemburu?" tanya Yerin dengan senyum penuh arti.
"Apa maksudmu? Mana mungkin ia cemburu padaku," sahut Jinri dengan tawa.
"Mungkin saja. Kau hanya tidak peka, Shin Jinri. Kau tidak sadar jika Jeon Jungkook selama ini selalu mengawasimu bersama Ilhoon Sunbae," ucap Yerin. Jinri menghentikan tawanya.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Jinri dengan wajah mulai penasaran.
"Aku melihatnya sendiri." sahut Yerin yakin.
Hoseok dan Taehyung bertukar pandang melihat Jungkook yang entah untuk berapa kali menghela napas hari ini. Laki-laki itu memijit kepalanya pelan lalu kembali menghela napas. Hari ini, tidak ada satupun ide koreo baru yang mucul diotaknya. Bahkan, saat ia melatih murid-muridnya ia banyak melakukan kesalahan membuat ia beberapa kali mendapat teguran dari Hoseok.
Hoseok ikut menghela napas. "Kau tidak pulang? Sebaiknya kau pulang dan selesaikan masalahmu," ucap Hoseok memecah keheningan diantara mereka bertiga. Taehyung mengganggukkan kepalanya setuju.
Jungkook tersenyum tipis. "Aku akan menginap disini lagi malam ini, Hyung. Aku harus menyelesaikan bagianku," sahutnya dengan suara parau.
Taehyung mendengus. "Sampai kapan kau menginap disini? Pulanglah, Jinri pasti khawatir padamu," ucap Taehyung menepuk bahu Jungkook pelan.
Hoseok ikut menepuk bahu Jungkook. "Pulanglah. Masalah pekerjaan yang belum selesai, itu tanggung jawabku. Kita masih punya banyak waktu. Selesaikan masalah kalian dan minta maaf padanya. Aku yakin sekarang ia sedang mengkhawatirkanmu," Hoseok tersenyum. Jungkook diam, ia memikirkan perkataan Hoseok dan Taehyung padanya. Ia memang tidak bisa hanya duduk disini dan menghindar dari Jinri.
Jungkook bangkit dari tempat duduknya, laki-laki itu mengambil jaket dan kunci mobilnya setelah berpamitan dengan Hoseok dan Taehyung. Jungkook memutuskan untuk pulang, jujur saja yang ada dipikirannya selama seminggu ini hanyalah Shin Jinri. Ia sedikit menyesal membentak gadis itu lalu tidak pulang seperti ini. Yeah...walaupun hanya sedikit, rasa itu menyiksa dirinya. Ayolah...Ego Jeon Jungkook bahkan masih tinggi disaat-saat seperti ini.
-00-
Jungkook masuk kedalam apartemen, ia melihat jam tangannya. Sudah larut malam namun televisi dan lampu ruang tengah masih menyala. Apa Jinri lupa mematikannya pikirnya. Laki-laki itu berniat mematikan televisi saat ia melihat Jinri tidur meringkuk di sofa. Tidak biasanya gadis itu bisa tertidur disofa.
"Kenapa ia tidur disini? Apa ia menungguku?" gumam Jungkook sambil menatap wajah istrinya itu.
Jungkook tertawa pelan dengan pikirannya itu. "Tidak mungkin," lanjutnya.
Jungkook mendekati gadis itu. Ia berjongkok sambil mengibas-ngibas telapak tangannya didepan wajah Jinri namun tidak ada respon sama sekali.
"Tidurmu lelap sekali, Shin Jinri." gumam Jungkook. Ia tanpa sadar tersenyum.
Jungkook memutuskan untuk memindahkan Jinri kekamar. Ia tidak tega melihat gadis itu tidur meringkuk di sofa dan besok paginya pasti gadis itu akan mengeluh sakit pinggang. Jungkook menggendong Jinri dengan gerakan pelan agar gadis itu tidak terbangun lalu membawanya kedalam kamar.
Jungkook dengan pelan meletakkan tubuh gadis itu ketempat tidur. Namun, belum sempat ia menjauh, Jinri terbangun.
"Jungkook-ah," panggil Jinri dengan suara pelan dan mata setengah terbuka.
"Sstt..., Tidurlah." ucap Jungkook pelan. Laki-laki itu mengusap kepala Jinri dengan lembut sampai gadis itu kembali menutup matanya dan terlelap. Ternyata Jinri hanya menggigau.
Cukup lama Jungkook duduk terdiam dipinggir ranjang dengan pandangannya yang tidak lepas dari Jinri. Ia kembali mengusap kepala gadis itu.
"Maafkan aku, Jinri-ya." bisiknya.
-00-
Jinri bangun tidur dengan ekspresi terkejut pagi ini. Kenapa ia bisa tidur diranjang? Seingatnya, ia tertidur di sofa karena kelelahan menunggu Jungkook pulang. Siapa yang memindahkannya ketempat tidur? Jinri dengan gerakan cepat turun dari tempat tidur lalu keluar kamar menuju dapur. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat Jungkook kini tengah duduk di meja makan dengan posisi membelakanginya.
Jadi, malam tadi bukanlah mimpi. Jungkook memang pulang dan laki-laki itu juga yang memindahkannya untuk tidur dikamar. Jinri melangkah dengan ragu, entah kenapa ia merasa sangat canggung ketika bertemu laki-laki itu setelah seminggu tidak saling berbicara. Jungkook menyadari kehadiran Jinri namun ia memilih untuk melanjutkan sarapannya.
"Kau pulang," suara Jinri akhirnya memecahkan keheningan mereka.
"Hum." gumam Jungkook seadanya tanpa menatap Jinri. Laki-laki itu sibuk dengan ponselnya sekarang.
Mereka kembali terdiam. Jinri menghela napas dengan pelan. Ia bingung harus bagaimana menghadapi kecanggungan ini. Jinri menatap meja makan sambil mengingat-ingat sesuatu. Matanya sedikit melebar ketika ia ingat jika malam tadi ia membuat makan malam untuk Jungkook dan ia tinggalkan di atas meja. Tapi, pagi ini ia tidak melihat makanan tersebut. Pasti Jungkook sudah membuangnya pikirnya.
"Jungkook-ah, makanan malam tadi yang-"
"Aku sudah memakannya," potong Jungkook dengan cepat.
"Mwo? Bagaimana bisa kau memakan makanan yang sudah dingin? Kenapa kau tidak membangunkanku untuk menghangatkannya," ucap Jinri terkejut. Pasti rasanya sudah tidak enak jika dimakan pikir Jinri.
"Tidak apa-apa. Rasanya tetap enak." sahut Jungkook. Laki-laki itu tersenyum tipis.
Jinri terdiam. Apa ia tidak salah lihat? Jungkook tersenyum. Jinri sedikit merasa lega entah untuk apa. Gadis itu memperhatikan Jungkook yang kembali asyik dengan sarapan serealnya tersebut.
Wajahnya terlihat lelah. Ada lingkaran hitam disekitar mata laki-laki itu dan hal yang mengejutkan adalah wajah Jungkook mulai ditumbuhi jerawat. Jika mereka sedang tidak dalam kecanggungan seperti ini, Jinri sudah pasti akan mengejek Jungkook habis-habisan. Apa yang dikerjakan laki-laki itu diluar sana sampai terlihat sangat kelelahan seperti itu pikir Jinri. Belum selesai keterjutannya pada wajah Jungkook, kini Jinri kembali terkejut melihat tangan laki-laki itu yang terluka. Sepertinya luka karena tergores.
Jungkook terkejut ketika tiba-tiba tangan hangat Jinri menyentuh tangannya. Gadis itu menyentuh luka ditangannya dengan pelan.
"Aku akan mengobatinya. Tunggu disini," ucap Jinri. Gadis itu berniat bangkit dari tempat duduknya untuk mengambil kotak obat namun Jungkook menahan tangannya.
"Tidak usah. Ini hanya luka kecil," ucap Jungkook kembali tersenyum tipis untuk meyakinkan Jinri.
"Ini bukan luka kecil, Jeon Jungkook. Luka goresannya cukup dalam," sahut Jinri. Ada nada khawatir yang terselip dari kata-katanya.
"Aku akan mengambil kotak obat," lanjutnya. Jungkook menatap punggung Jinri yang kini tengah sibuk mencari kotak obat di lemari dapur mereka. Ia kembali mengulum senyum.
Jinri kini tengah mengobati luka ditangan suaminya itu dengan cekatan. Ia menempel plester luka lalu mengusapnya sebentar dengan senyum puas diwajahnya.
"Selesai," ucapnya tersenyum. Jungkook hanya diam sambil menatap wajah istrinya itu. Satu minggu ia tidak melihat senyum gadis itu dan sekarang ia bisa melihatnya kembali. Ada rasa yang menggelitik dihatinya ketika melihat senyum yang sejak kapan menjadi hal yang ia rindukan. Ia mengakui itu.
"Terima kasih, Jinri-ya," ucap Jungkook. Laki-laki itu menggenggam tangan Jinri yang awalnya mengusap lembut plester luka ditangannya. Jinri tampak salah tingkah.
"Bu..Bukan apa-apa." sahutnya. Jinri merutuki dirinya, kenapa ia menjawab dengan suara terbata-bata seperti itu.
"Ting...Tong!"
Tiba-tiba bell pintu apartemen mereka berbunyi membuat Jinri dengan cepat menarik tangannya dari genggaman hangat Jungkook. Jungkook menghela napas lelah. Sepertinya ia harus melepas bell pintu apartemennya karena dari beberapa minggu yang lalu hampir setiap hari bell pintunya berbunyi disaat pagi hari dan itu sangat mengganggu. Pasti itu ulah anak-anak penghuni apartemen sebelah yang usil pikirnya.
"Biar aku saja yang membuka pintu," ucap Jinri. Gadis itu bangkit berdiri namun Jungkook menahan tangannya.
"Ada apa?" tanya gadis itu.
"Tidak usah dibuka. Tetaplah disini," ucap Jungkook. Laki-laki itu menarik tangan Jinri mendekat dan tanpa disangka Jungkook memeluk pinggangnya. Jinri menegang.
"Jungkook-ah, apa yang kau lakukan?" pekik Jinri terkejut.
"Aku minta maaf untuk waktu itu." ucap Jungkook pelan namun masih bisa didengar oleh Jinri.
Jinri terdiam, cukup lama gadis itu tidak bersuara membuat Jungkook yakin bahwa Jinri tidak akan memaafkannya. Namun, laki-laki itu terkejut ketika Jinri memeluk kepalanya.
"Jangan pergi lagi seperti kemarin, Jeon Jungkook. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau bersikap seperti itu," bisik Jinri. Jungkook tersenyum.
"Maafkan aku. Aku tidak akan pergi lagi. Kau pasti ketakutan sendiri dirumah, kan?" Jungkook mendongakkan kepalanya lalu tersenyum mengejek. Jinri menatapnya dengan ekspresi cemberut.
"Cih, jangan meremehkan aku. Aku tidak setakut itu," sahut Jinri dengan wajah yang masih cemberut.
"Kau tidak merindukanku?" tanya Jungkook melenceng dari pembicaraan awal mereka. Jinri tampak terkejut mendengar pertanyaan suaminya itu. Gadis itu menunduk untuk melihat wajah laki-laki yang masih memeluk pinggangnya itu. Jungkook juga ternyata tengah menatapnya. Jinri dengan cepat mengalihkan tatapannya kearah lain.
"Ti..Tidak. Untuk apa aku merindukanmu," sahutnya. Ayolah..., Ia kembali menjawab dengan suara yang terbata-bata.
Ekspresi wajah Jungkook langsung berubah ketika mendengar jawaban gadis itu. Ia kembali menyeringai. Laki-laki itu dengan gerakan cepat menarik Jinri hingga sekarang gadis itu duduk dipangkuannya. Jinri sontak langsung berteriak kaget.
"Ya! Jeon Jungkook mesum," teriak Jinri. Jungkook mengernyit mendengar teriakan gadis itu yang melengking.
"Jika kau berteriak sekali lagi, aku akan menciummu," ancam Jungkook. Laki-laki itu semakin erat memeluk Jinri yang sekarang sedang menggeliat dipangkuannya.
"Ya! Lepaskan aku. Aku menyesal memaafkanmu," ucap Jinri setengah berteriak.
"Aku merindukanmu, Shin Jinri." Jinri langsung bungkam ketika mendengar perkataan blak-blakan dari seorang Jeon Jungkook tersebut.
"Bercandamu tidak lucu, Jungkook-ah," ucap Jinri tertawa pelan.
"Apa aku terlihat sedang bercanda, Shin Jinri?" tanya laki-laki itu tampak kesal.
"Aku tidak tahu," cicit Jinri. Entah kenapa ekspresi laki-laki itu tiba-tiba berubah menyeramkan.
Jungkook melepas pelukannya pada pinggang Jinri. Ia membuang tatapannya kearah lain. "Aku ingin mandi," ucapnya. Ia ingin bangkit dari duduknya namun Jinri tidak bergeming sama sekali dari pangkuannya.
"Bisakah kau turun sekarang?" ucap Jungkook ketus. Jinri tersenyum.
"Terima kasih sudah merindukanku, Jeon Jungkook," bisiknya lalu memeluk laki-laki itu.
Jungkook dapat merasakan perasaannya membucah bahagia. Laki-laki itu membalas pelukan Jinri. Hangat dan tenang. Itu yang dirasakannya saat ini. Pelukan Jinri seperti memberi sebuah energi untuknya dan memberi kehangatan yang luar biasa pada setiap sudut ruang hati nya yang lama membeku. Jinri menutup matanya, menikmati detak jantungnya kini tengah bertalu-talu. Ia mulai menyadari ada perasaan lain yang mulai menelusup di hatinya namun ia masih ragu dengan hal itu.
Nyonya Jeon mengetuk-ngetuk hak sepatunya dilantai dengan gerutuan tidak jelas keluar dari mulutnya. Ia sudah berdiri hampir 30 menit didepan pintu apartemen Jungkook dan Jinri. Entah untuk berapa puluh kali ia memencet bell pintu namun tidak ada tanda-tanda putranya dan menantunya itu membuka pintu. Ia sudah menghubungi Jungkook tadi sebelum berangkat dan putranya itu mengatakan ia dan Jinri ada dirumah hari ini.
Nyonya Jeon mengambil ponselnya lalu menghubungi Hana. "Hana-ya, apa kau tahu password pintu apartemen Jungkook dan Jinri? Aku yakin mereka belum menggantinya." Kesabaran Nyonya Jeon akhirnya habis. Ia memutuskan untuk membuka pintu apartemen tersebut sendiri. Jika Jungkook dan Jinri tengah keluar sekarang, ia akan menunggu didalam.
-TBC-
Hai, Litmon update woy (σ≧▽≦)σ
Kenapa Litmon baru update? Karena Litmon baru dapat waktu luang buat ngelanjutin ff ini. Jadwal kuliah dan tugas kuliah Litmon lg padat banget teman-teman (╥﹏╥)
Feel chapter ini kurang dapatkan? kurang gregetkan? maafkan Litmon ya, Litmon bikinnya ngebut. Chapter ini lebih panjang dari biasanya. Chapter ini 4k biasanya Litmon nulis satu chapter itu 3k.
Tolong vote dan komentar ya readers ≥3≤ walaupun komentar kalian gak sempat Litmon balas, Litmon sempatin kok ngebacanya. Litmon senang ngeliat komentar kalian apalagi yang panjang-panjang hoho ≧∇≦
Oh, ya. Ini Litmon kasih bonus nih. Fotonya si Seokkie debaynya mas Jin sama mbak Sena O(≧▽≦)O
jeng...jejeng
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top