Chapter 15
Jungkook menghentikan mobilnya disebuah restoran seafood dipinggir pantai dan satu-satunya restoran terbesar di kawasan pantai Naksan ini. Ya, ternyata Jungkook membawa Jinri ke pantai Naksan dan parahnya Jinri baru tau karena ia melihat papan nama di depan restoran ini. Ia memang sedikit ketinggalan karena baru kali ini ia menginjakkan kaki di pantai Naksan yang memang terkenal dengan pasir putihnya. Mata Jinri mengikuti gerak-gerik Jungkook yang kini sudah membuka pintu mobil dan keluar. Ia masih duduk ditempatnya menunggu Jungkook membuka pintu mobil untuknya, mungkin.
Namun, harapan yang sempat terbesit dipikirannya itu langsung menguap hilang begitu saja ketika laki-laki itu tidak sama sekali menunjukkan niatan untuk membuka pintu mobil untuknya seperti di drama-drama yang ia tonton. Ayolah..., Apa yang bisa diharapkan dari seorang Jeon Jungkook yang memiliki tingkat kepekaan di bawah rata-rata. Ia juga masih tidak yakin dengan apa yang dikatakan Jungkook padanya saat dipantai tadi sore. Laki-laki itu bisa saja sedang mempermainkannya, bukan? Dan bodohnya ia terbawa suasana begitu saja lalu mengatakan ia juga mulai menyukai laki-laki itu. Sekarang, Jinri mulai memikirkan perasaannya pada Jungkook dan ia ragu.
Jinri akhirnya memilih membuka pintu mobil sendiri dan keluar saat ia melihat Jungkook memberi kode untuknya cepat keluar. Ternyata laki-laki itu masih berbaik hati menunggunya.
“Apa yang kau lakukan berlama-lama didalam mobil? Kau tidak lapar?” tanya Jungkook setengah kesal. Laki-laki itu mengunci pintu mobilnya.
“Tidak ada. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang tidak penting,” sahut Jinri. Gadis itu berjalan mendahului Jungkook.
“Cih, dasar aneh.” gumam Jungkook. Ia berjalan menyusul Jinri yang sudah melenggang jauh didepannya memasuki restoran itu dengan gerutuan.
Jungkook dan Jinri mendapatkan tempat duduk di balkon yang menyungguhkan pemandangan pantai di malam hari. Mata Jinri langsung berbinar-binar melihat pemandangan yang jarang ia lihat di Seoul ini. Suasana restoran ini cukup romantis apalagi di balkon tempat mereka duduk sekarang. Tampaknya tempat duduk dibalkon ini khusus untuk pasangan karena sejauh mata memandang balkon yang cukup luas ini dipenuhi oleh pasangan. Bangunan ini berlantai dua, lantai satu khusus untuk pengunjung yang membawa anak-anak dan keluarga lalu lantai dua untuk yang datang bersama teman atau pasangan yang menginginkan suasana tenang dan santai. Jungkook dan Jinri terpaksa memilih meja di balkon karena hanya ada satu meja ini yang tersisa namun ini termasuk keberuntungan karena dapat menikmati pemandangan yang indah ditempat yang strategis.
Jinri kini menopang dagunya sambil menatap Jungkook yang duduk didepannya. Laki-laki itu sejak tadi tampak asyik sendiri dengan kamera ditangannya, wajahnya terlihat sangat serius. Diam seperti ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi Jinri. Ia butuh teman berbicara.
“Jungkook-ah,” panggil Jinri.
“Hum,” sahut Jungkook dengan gumaman.
“Ani..., Tidak jadi,” Jinri mengerucutkan bibirnya. Ia tiba-tiba merasa malas berbicara dengan Jungkook karena jawaban laki-laki itu. Ia yakin hal yang ia lakukan akan percuma saja jika laki-laki itu sedang asyik dengan kegiatannya sendiri.
“Hum.” gumam Jungkook lagi. Jinri benar, laki-laki itu bahkan tidak melepaskan fokusnya pada kamera ditangannya sedetik pun. Jinri akhirnya memilih memainkan ponselnya sendiri. Ia mengirim pesan pada Yerin yang masih berlibur di Jepang bersama Taehyung dan langsung dibalas oleh sahabatnya itu. Senyum Jinri mengembang, setidaknya ia tidak bosan selagi menunggu pesanan mereka datang.
Jungkook dan Jinri tidak menyadari jika ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka berdua sejak mereka berdua masuk. Dua orang tersebut duduk didekat dinding kaca pembatas antara balkon dan ruangan didalam restoran itu. Jarak mereka cukup jauh dan sedikit tertutup karena tanaman hijau yang diletakkan didekat dinding kaca sehingga dua orang tersebut tidak terlalu terlihat dari luar.
“Ahrin-ah, apa kau yakin itu Jungkook Oppa?” tanya gadis dengan rambut yang di ombre berwarna orange tersebut kepada temannya yang bersurai blonde yang kini duduk dihadapannya.
“Tentu saja aku yakin, Sejin-ah. Aku melihatnya dengan jelas saat ia masuk tadi,” sahut gadis yang bernama Ahrin tersebut.
“Aku tidak percaya Jungkook Oppa berlibur disini. Hayoung pasti akan menyesal tidak ikut kita makan malam disini jika ia tau Jungkook Oppa ada disini,” gadis bernama Sejin itu tertawa cekikikan.
“Tentu saja. Ia akan menyesal sekaligus murka jika ia melihat siapa yang bersama Jungkook Oppa,” sahut Ahrin tersenyum sinis.
“Omo! Ya! Ya! Ahrin-ah, siapa gadis yang bersama Jungkook Oppa itu? Kenapa mereka terlihat sangat akrab sekali? Apa mereka memiliki hubungan?” Sejin mengintip dari dinding kaca disampingnya. Ia tampak memberengut.
“Kalau tidak salah nama gadis itu Shin Jinri dari fakultas Sastra. Aku cukup mengenalnya karena ia sahabat dari Si jalang Lee Yerin yang merebut Taehyung Oppa dari ku,” Ahrin tampak geram saat menyebut nama Lee Yerin.
“Ya! Jangan bilang gadis yang bernama Shin Jinri itu akan merebut Jungkook Oppa dari kita juga,” Sejin tampak berang.
“Tentu saja, jalang pasti berteman dengan jalang juga. Shin Jinri sebelumnya juga mempunyai hubungan dengan Jung Ilhoon Sunbae dan aku dengar ia di campakkan begitu saja. Sekarang, ia mencari sasaran lagi setelah dicampakkan. Memang tidak tau diri,” Ahrin tertawa sinis.
“Wah, duo jalang ternyata,” Sejin tertawa dengan nada merendah.
“Sejin-ah, sediakan kamera mu. Ini akan menjadi berita yang bagus,” Ahrin menyeringai jahat.
“Tentu, aku tidak mungkin melewatkan hal bagus seperti ini. Ia harus disingkirkan.” ucap Sejin tersenyum sinis.
Jungkook dan Jinri menikmati makan malam dengan tenang. Jungkook sudah menyimpan kameranya kedalam tas yang selalu ia bawa dan sekarang laki-laki itu sibuk memasukkan makanan kedalam mulutnya dengan nikmat. Satu hal yang tidak diketahui oleh gadis-gadis pemuja Jungkook diluar sana bahwa Jungkook memiliki nafsu makan yang besar. Porsi makan laki-laki itu berkali-kali lipat dari ukuran tubuhnya. Jungkook bisa dibilang sebagai orang yang gila makan. Jinri tidak yakin fans Jungkook yang ada di kampusnya akan memuja Jungkook lagi setelah mereka melihat cara makan laki-laki itu. Jungkook sama sekali tidak menjaga imagenya jika sudah bertemu dengan makanan.
“Jeon Jungkook,” panggil Jinri. Laki-laki itu menatapnya sekilas.
“Hum, apa?” sahutnya.
“Terima kasih karena sudah membawaku kesini. Tadi, sunsetnya sangat indah,” ucap Jinri bersungguh-sungguh. Gadis itu tersenyum manis. Ia benar-benar berterima kasih pada laki-laki itu karena membawanya ketempat yang sangat indah membuatnya tidak pernah melupakannya.
“Bukan apa-apa. Aku senang kau menikmatinya,” Jungkook tersenyum tipis.
“Ya..., dan tentang yang tadi,” Jinri mengambil jeda sesaat. “Apa kau serius, Jeon Jungkook?
Jungkook terdiam sesaat. Ia menghela napas pelan. “Apa kau tidak percaya denganku, Shin Jinri?” tanyanya dengan nada tenang namun terkesan dingin.
“Bukan seperti itu. Aku hanya-
“Aku serius, Shin Jinri. Aku tidak sedang mempermainkanmu,” potong Jungkook dengan cepat. Jinri tertegun, keraguan masih menghantuinya.
Jinri menghembuskan napasnya pelan. “Aku..., Aku tidak bisa melakukannya,” ucap Jinri lirih.
Jungkook tersenyum. “Bukankah kau sudah berjanji akan menuruti semua keinginanku?” tanya laki-laki itu.
Jinri tercekat. Bagus, sekarang Jungkook menggunakan janji itu untuk menyerangnya. “Tapi tidak untuk hal yang tidak masuk akal seperti ini dan aku pun menuruti keinginanmu hanya dalam waktu sebulan. Kau harus ingat itu,” sahutnya.
Jungkook menyandarkan punggungnya disandaran kursi lalu melipat tangannya. Ia tampak sangat tenang kali ini. “Maka buat aku jatuh cinta padamu dalam waktu sebulan, Shin Jinri.” ucapnya tegas. Jinri terdiam. Harus bagaimana ia melawan Jungkook jika sekarang ia terperangkap dengan janjinya sendiri. Ia harus mengabulkan keinginan Jungkook karena memang itu janjinya.
“Lalu setelah itu apa yang akan kau lakukan jika aku berhasil membuatmu jatuh cinta padaku?” tanya Jinri. Gadis itu akhirnya bersuara setelah beberapa menit terdiam.
“Aku akan tetap mencintaimu dan mungkin aku akan pergi jika kau tidak menginginkan aku bersama mu. Cukup buat aku jatuh cinta padamu dan setelah itu kau berhak memilih pilihan hidupmu,” sahut Jungkook. Matanya tidak lepas menatap Jinri.
“Kau meninggalkan ku setelah itu? Lalu bagaimana jika aku juga mencintaimu?” tanya Jinri. Oke..., Ini pertanyaan yang gila. Entah kenapa pertanyaan itu bisa keluar dari mulutnya. Mereka bahkan belum memulai apapun.
“Jika itu yang terjadi, kita akan tetap mempertahankan pernikahan ini.” ucap Jungkook dengan mantap, tidak ada keraguan sama sekali diperkataannya.
Jinri menatap Jungkook tidak percaya. Sejak kapan laki-laki ini memikirkan dan memutuskan hal gila ini. Seberapa besar Kwon Yuri melukai perasaan Jungkook sehingga membuat laki-laki itu berbuat sesuatu yang sama sekali tidak disangka oleh Jinri. Jungkook benar-benar seperti ingin membuang perasaan cintanya yang telah terlanjur tumbuh dan berakar dengan kuat dihatinya untuk Kwon Yuri. Jinri menghembuskan napasnya dengan berat. Ia harus memutuskan sesuatu. Jika ia ditanya bagaimana perasaannya pada Jungkook sekarang, ia akan jujur jika laki-laki itu berhasil menggetarkan hatinya. Kehadiran Jungkook berhasil mengikis sedikit demi sedikit kenangannya bersama Ilhoon. Ia sudah masuk dalam pesona seorang Jeon Jungkook.
“Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu. Aku akan melakukannya, Jeon Jungkook,” jawab Jinri mantap. Ia berharap keputusan ini yang terbaik. Jantungnya sedari tadi yang sudah berdegup tidak karuan sekarang bertambah brutal. Tangan dan kakinya mendingin, ia sangat gugup dengan semua yang ia bicarakan bersama Jungkook sekarang.
Jungkook tersenyum sumringah. Ia menggenggam tangan kanan Jinri yang menganggur diatas meja. Ia dapat merasakan tangan gadis itu yang sedingin es, Jungkook mengeratkan genggamannya menyalurkan kehangatan dari tangannya.
“Terima kasih, Shin Jinri.” ucap Jungkook setengah berbisik. Ia mengecup punggung tangan Jinri dengan lembut. Gelenyar-gelenyar aneh langsung menjalar keseluruh tubuh Jinri, merasuki setiap inci syaraf-syarafnya. Pipinya langsung memanas dan seperti ada kembang api yang meletup-letup dihatinya sekarang. Ia tidak pernah merasakan sensasi memabukkan seperti ini bahkan dengan Ilhoon sekalipun.
Mereka berdua tidak menyadari dibalik keputusan ini mereka baru saja mulai bermain dengan perasaan. Jungkook seperti membalut luka lamanya namun secara tidak sadar menggores luka baru dihatinya secara perlahan-lahan. Jinri tidak tau bahaya apa yang akan menghadangnya setelah ini. Keputusannya ini bisa saja menyerangnya seperti pisau yang tidak kasat mata. Tidak terlihat namun akan menusuknya begitu dalam.
-00-
Jin kini duduk berhadapan dengan Yoongi sambil mengobrol ringan. Mereka tampak menikmati waktu mengobrol mereka di cafe yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat Jin bekerja. Awalnya, Jin terkejut ketika tiba-tiba Yoongi menghubunginya untuk bertemu. Selama ini, Yoongi terkenal dengan kesibukannya yang membuat ia jarang dapat berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Laki-laki itu gila bekerja bahkan lebih parah dari pada Namjoon. Omong-omong, mereka berdua juga kini tengah menunggu Namjoon. Ternyata Yoongi juga menghubungi Namjoon dan Hoseok sebenarnya. Namun, Hoseok tidak bisa datang karena pekerjaannya.
“Aku tidak menyangka kau yang akan duluan menjadi seorang ayah. Namjoon pasti akan sangat iri padamu,” ucap Yoongi sambil terkekeh.
“Ya, ia sudah beberapa kali mengatakannya secara terang-terangan jika ia sangat iri padaku. Setelah ini bukankah kau akan segera menyusulku? Menjadi ayah,” sahut Jin dengan senyum penuh arti.
“Ah..., Ya. Aku sudah menjadi ayah sekarang hanya belum resmi saja,” Yoongi tertawa pelan.
“Kapan acara pernikahanmu dan Jiwoo berlangsung? Aku sangat terkejut ketika mengetahui hubunganmu dengan Jiwoo dari Hana. Kalian berdua memang hebat menutupi hubungan kalian selama ini, aku mengakuinya,” ucap Jin.
“Secepatnya, kau tunggu saja undanganku sampai ke rumahmu,” sahut Yoongi dengan senyum lebarnya yang jarang ia tunjukkan itu.
“Mengumbar-umbar hubungan bukan gayaku, kau tau aku. Jika ingin mendapatkan pengakuan dan respon yang positif, itu akan muncul dengan sendirinya ketika orang-orang bertemu dengan kami berdua tanpa harus aku maupun Jiwoo berusaha keras untuk memberitahukan semua orang bahwa kami memiliki hubungan,” lanjutnya dengan bijaksana.
“Ya..., Aku tau kau. Setidaknya kau normal saat jatuh cinta tidak seperti Namjoon yang berlari keliling komplek memberitahukan semua orang ketika Hana menerima lamarannya 2 tahun lalu,” tawa Jin dan Yoongi langsung meledak ketika mengingat betapa konyolnya kelakuan Namjoon saat berhasil mendapatkan Hana.
Beberapa menit kemudian, orang yang menjadi bahan tertawaan Jin dan Yoongi itu datang. Namjoon membuka pintu cafe sambil membawa anak perempuan dalam gendongannya. Mereka tampak saling berbincang dengan sekali-kali Namjoon yang mengusap kepala anak perempuan tersebut dengan sayang. Ternyata, laki-laki itu membawa Young putri Jung Jiwoo calon istri Yoongi bersamanya. Entah kenapa Young bisa bersamanya.
“Apa kalian menunggu lama? Aku harus menjemput Young di butik Hana,” ucap Namjoon terlihat tidak enak karena ia telat hampir 1 jam. Untung saja Jin dan Yoongi tampak santai-santai saja.
“Kalian berdua meminjam Young lagi?” tanya Jin mengabaikan perkataan Namjoon barusan. Kata “Meminjam” membuat Yoongi menahan tawanya. Kata-kata itu seolah-olah anak yang ada digendongan Namjoon adalah sebuah barang.
“Ya, begitulah. Aku ingin meminjam anakmu Hyung tapi Sena tidak mengizinkannya,” sahut Namjoon dengan cengiran diwajahnya. Namjoon dan Hana memang sering membawa Young maupun Hyungseok putra Jin yang baru berumur 4 bulan bersama mereka berdua. Namjoon dan Hana sudah lama mendambakan seorang anak. Jin hanya menghela napas mendengar jawaban dari Namjoon.
Young yang ada dipangkuan Namjoon menggeliat. Ia ingin turun dari pangkuan Namjoon. “Joon Appa, aku ingin turun,” gumam Young. Young memang memanggil Namjoon dengan sebutan Appa, sebenarnya bukan hanya Namjoon saja dengan Jin pun ia panggil dengan sebutan Appa. Young memang disayang semua orang.
“Kau mau kemana, Young-ah?” tanya Namjoon.
“Aku ingin duduk bersama Appa,” sahut Young dengan wajah polosnya. Namjoon menurunkan Young dari pangkuannya dan anak gadis berumur 5 tahun itu langsung menghampiri Yoongi yang sejak tadi hanya diam saja. Yoongi tersenyum lalu mengangkat Young ke pangkuannya. Anak itu langsung memeluk leher Yoongi dengan sayang.
Jin dan Namjoon hanya bertukar pandang tidak percaya dengan apa yang sedang mereka berdua lihat. Yoongi dan Young terlihat sangat akrab, bahkan mereka berdua terlihat seperti ayah dan anak sungguhan. Ya..., walaupun nanti Yoongi memang menjadi ayah Young namun kedekatan mereka berdua membuat Jin dan Namjoon takjub.
“Aku iri padamu, Hyung. Apa hanya aku saja yang sekarang tidak memiliki anak diantara kalian?” tanya Namjoon dengan wajah frustasi.
“Berusahalah lebih keras lagi, Namjoon-ah. Itu hanya masalah waktu. Sebaiknya, kalian berdua meluangkan waktu untuk berlibur,” ucap Jin memberi saran lalu menepuk bahu Namjoon. Namjoon dan Hana sudah sangat sering berkonsultasi dengannya namun tidak ada masalah pada pasangan Kim yang terkenal nyentrik itu.
“Ya..., Aku dan Hana sudah merencanakan liburan. Aku dan Hana akan berlibur di Antartika selama 2 minggu,” ucap Namjoon dengan santai. Jin dan Yoongi langsung memandangnya dengan aneh.
“Aku tidak paham dengan seleramu dan Hana,” ucap Yoongi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Hana dan Namjoon memang mempunyai selera sendiri dan itu sedikit aneh.
“Ah..., Ya. Kalian memang perlu sedikit mendinginkan cinta kalian yang selalu membara sepanjang tahun itu. Jika kau pulang, jangan lupa bawa kabar baik untuk kami agar kau dan Hana tidak meminjam Hyungseok lagi,” ucap Jin dengan nada bercanda diperkataannya. Perkataan Jin langsung diterima dengan kekehan Namjoon.
“Aku akan berusaha dengan keras, Hyung. Kalian doakan saja aku.” Sahut Namjoon dengan senyum lebarnya, menunjukkan lesung pipi yang merupakan salah satu daya tarik dari seorang Kim Namjoon itu.
Jin tertawa, ia hanya mengganggukkan kepalanya sambil menepuk bahu Namjoon sekali lagi. Yoongi hanya tersenyum tipis, laki-laki itu tengah menyuap sepotong cake ke mulut Young. Aura seorang ayah sudah sangat terlihat dari seorang Min Yoongi yang sering terlihat seperti tidak memiliki selera hidup oleh sahabat-sahabatnya itu. Jung Jiwoo ternyata banyak merubah Yoongi sehingga laki-laki itu terlihat lebih terbuka dan mudah tersenyum sekarang.
-00-
Jinri merebahkan tubuhnya dan mulai mencari posisi nyaman untuk tidur. Setelah pulang dari pantai ia langsung naik ke lantai atas untuk mandi dan beristirahat. Jungkook masih dilantai bawah, laki-laki itu menemani Sanha bermain play station. Jungkook menyuruhnya untuk beristirahat karena besok mereka berdua kembali ke Seoul dan perjalanan itu memakan waktu hampir 3 jam lebih. Hal tersebut pasti akan melelahkan untuk Jinri mengingat ia tidak terbiasa dengan perjalanan jauh. Jinri ingin menutup matanya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar diatas nangkas disamping ranjang. Jinri mengambil ponselnya, ada panggilan dari nomor yang mungkin terakhir kali menghubunginya 1 tahun yang lalu. Ilhoon menghubunginya dengan nomor ponselnya dulu. Jinri tidak tau jika nomor ponsel mantan kekasihnya itu masih aktif, seingatnya setelah laki-laki itu mengakhiri hubungan mereka nomor ponsel itu sudah tidak aktif. Jinri masih menyimpannya bahkan pesan dari mantan kekasihnya itu masih ia simpan sampai sekarang. Ia masih belum bisa melupakan seorang Jung Ilhoon selama 1 tahun ini.
“Yeoboseyo,” Jinri mengangkat panggilan dari Ilhoon setelah berpikir cukup lama. Jinri mengangkat panggilan itu saat di dering-dering terakhirnya.
“Oh, syukurlah kau mengangkatnya. Aku kira kau tidak mengangkat panggilanku,” ucap Ilhoon terdengar bernapas lega.
“Ada apa, Sunbae? Haha..., Aku tidak mungkin seperti itu,” Jinri tertawa pelan. Ia mengubah posisinya menjadi terlentang.
“Apa hari kamis ini kau sibuk? Sepupuku memberikanku 2 tiket konser, aku tidak tau harus mengajak siapa. Apa kau mau menemaniku, Shin Jinri?” tanya Ilhoon terdengar hati-hati.
Jinri tampak sedang menimang-nimang ajakan mantan kekasihnya itu. Jika ia menolak, itu sangat tidak sopan. Bukankah sekarang ia hanya berteman dengan Ilhoon. Setelah ia pikir-pikir tidak masalah hanya menonton konser bersama.
“Baiklah aku akan menemani Sunbae. Kebetulan aku sedang tidak memiliki kesibukan,” sahut Jinri. Jinri dapat mendengar kembali helaan napas lega dari mantan kekasihnya itu.
“Terima kasih, Shin Jinri.” ucap Ilhoon dengan nada yang terdengar bahagia.
Jinri menyimpan ponselnya disamping bantal. Tidak terasa ia mengobrol dengan laki-laki itu hampir 30 menit lebih. Ilhoon ingin menjemputnya untuk menonton konser bersama namun dengan cepat Jinri menolaknya. Ia akan berangkat sendiri. Tidak mungkin ia memberitahukan alamatnya sekarang, ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ilhoon jika bertemu Jungkook di apartemennya. Statusnya bersama Jungkook bisa saja terbongkar.
Jinri terkejut ketika merasakan ponselnya kembali bergetar. Ada 1 pesan masuk dari Ilhoon. Laki-laki itu ternyata mengirimkan alamat tempat konser berlangsung. Jinri dengan cepat membalas pesan laki-laki itu untuk mengucapkan terima kasih. Setelah memastikan pesannya terkirim Jinri kembali meletakkan ponselnya disamping bantal. Gadis itu tampak menguap dengan lebar dan mulai mencari posisi nyamannya untuk tidur.
Jungkook membuka pintu kamar. Ia masuk dengan langkah pelan. Ia tidak ingin membangunkan Jinri yang sudah terlelap tidur. Laki-laki itu baru saja selesai bermain play station bersama Sanha di ruang keluarga. Jungkook merebahkan tubuhnya disamping Jinri dengan pelan-pelan. Ia memposisikan tubuhnya menyamping menghadap Jinri. Wajah gadis itu tampak sangat polos dan tenang saat tidur. Jungkook tersenyum, ia membelai rambut gadis itu, lalu pipinya dan turun kebibir merah milik Jinri. Ia mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir dan kening gadis itu dengan lembut.
“Bermimpilah yang indah, Shin Jinri.” gumam Jungkook.
Jungkook secara perlahan-lahan menutup matanya, ia juga butuh istirahat untuk perjalanan pulang besok. Baru beberapa menit ia menutup matanya, getar ponsel disamping bantal Jinri membangunkannya. Laki-laki itu membuka matanya dengan malas, ia melihat ponsel Jinri menyala. Jungkook dengan pelan mengambil ponsel Jinri, ada 1 pesan masuk. Jungkook dengan cepat menggambar pola di ponsel gadis itu. Ia sudah hapal pola kunci di ponsel Jinri karena ia sering melihat gadis itu membuka ponselnya. Raut wajah Jungkook langsung berubah ketika melihat siapa yang mengirim pesan untuk Jinri.
“Sampai bertemu hari kamis, Shin Jinri. Selamat malam. Semoga tidurmu nyenyak malam ini.”
“Jung Ilhoon.” gumam Jungkook. Tanpa sadar ia meremas ponsel Jinri dengan keras.
-TBC-
Cieee abang syuga mau nikah (≧∇≦)
Cieee langsung dapat anak ヾ(´▽`)
Cieee abang jin udah punya debay (´∀')
Cieee bebeb namjoon mau liburan kaga ngajak-ngajak Litmon (´△`)
Cieee jungkook diam-diam cipok jinri cieee (ง ˙ω˙)ว
Cieee Litmon baver /? :'v
Haluu ~
Litmon update woi mumpung ada kuota (´∀') mau nya besok update tapi takut keburu habis kuota hoho :'v
Siapa malam minggu nya dirumah angkat ketek coba ( ´ ▽ ' )ノ #litmonangkatketek /?
Chapter ini Litmon persembahin buat malam minggu kalian yaa (/^▽^)/ hati-hati baver yee hoho (´∀')
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa teman-teman ^^
Maaf typo masih bertebaran. Silahkan memberi kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kelanjutan ff ini ^^
Oh, ada yang bisa kasih saran gak buat Litmon? Menurut kalian siapa yang cocok jadi Young & baby Hyungseok? Litmon bingung nyari yang cocok buat dede Young yang mirip Hoseok sama debay Hyungseok yang mirip Jin masa :'v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top