Chapter 14
"Jeon Jungkook, apa yang kau lakukan padaku?" tanya Jinri.
Jantung Jinri berdegup dengan kencang, tangan dan kakinya mulai terasa dingin. Ia menatap Jungkook dengan tatapan menuntut jawaban namun laki-laki itu tidak langsung menjawab. Laki-laki tampak menelan ludahnya dengan raut wajah tegang. Jinri semakin gugup melihat ekspresi Jungkook yang mencurigakan seperti itu.
"Ya! Jeon Jungkook, jawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan padaku," ucap Jinri dengan setengah berteriak.
Jungkook menundukkan kepalanya. "Shin Jinri, aku...aku minta maaf," cicit Jungkook dengan nada menyesal.
Jinri meremas ujung kemeja yang ia pakai. "Kenapa kau minta maaf? Apa maksud dari permintaan maaf mu itu, Jeon Jungkook?" tanya Jinri dengan perasaan takut.
Jungkook menghembuskan napas dengan berat. "Kita telah melakukannya, Jinri-ya. Maafkan aku. Aku...Aku akan bertanggung jawab." gumam Jungkook tapi masih bisa didengar oleh Jinri.
Jinri kembali mundur satu langkah dengan mulut menganga. Ia merasakan kakinya langsung terasa lemah, tubuhnya tiba-tiba terasa terhuyung. Ia seperti merasa nyawanya terbang keluar dari tubuhnya. Jinri cukup lama terdiam membuat Jungkook sedikit khawatir melihat gadis itu hanya diam mematung. Jungkook turun dari ranjang, ia menghampiri Jinri.
"Shin Jinri, apa kau baik-baik saja?" tanya Jungkook sambil mengibas-ngibas tangannya didepan wajah Jinri.
Jinri tersadar dari lamunannya. Ia menatap wajah Jungkook dengan mata menyipit, tangannya terkepal. "Kau tidak usah bertanya seperti itu. Apa kau tidak melihat, hah? Apa aku terlihat baik-baik saja? Kau...Kau jahat, Jeon Jungkook. Kenapa kau melakukannya padaku?" teriak Jinri sambil memukul Jungkook dengan membabi buta.
Jungkook mencoba menghindar. "Ya! Ya! Shin Jinri, sakit. Hentikan. Aku bisa menjelaskannya," teriak Jungkook kesakitan.
Jinri mengambil bantal dari atas ranjang untuk memukul Jungkook. "Menjelaskan apa? Menjelaskan kebodohanmu, hah? Aku yang sakit disini, Jeon Jungkook. Kau benar-benar brengsek," teriak Jinri.
Jinri melempar bantal yang ada ditangannya kesembarang arah. Gadis itu tiba-tiba terduduk dan mulai terdengar suara isakannya. Jinri memeluk kedua lututnya dengan tubuh yang gemetar. Hidupnya sekarang benar-benar hancur. Hal yang ia jaga dan pertahankan untuk seseorang yang ia cintai kelak sudah direbut oleh seorang Jeon Jungkook.
Jungkook terkejut melihat Jinri yang kini menangis tersedu-sedu didepannya. Ia tidak pernah melihat Jinri menangis seperti itu. Ada rasa bersalah dihatinya. Apa aku terlalu keterlaluan pikir Jungkook. Jungkook mendekat dan ikut duduk dilantai. Ia memperhatikan Jinri yang masih terisak.
"Jinri-ya," panggil Jungkook lembut.
"Jangan mendekat. Aku benci padamu," ucap Jinri dengan suara serak.
"Jinri-ya, maafkan aku. Aku...Aku hanya bercanda. Aku tidak melakukan apapun padamu," ucap Jungkook dengan nada pelan.
"Mwo? Kau bercanda?" Jinri langsung mengangkat kepalanya dengan mata yang sembab.
"Ya, begitulah. Aku tadi hanya ingin mengerjaimu. Maafkan aku," gumam Jungkook.
Jinri bangkit berdiri, ia mengusap air matanya lalu berjalan meninggalkan Jungkook. Jungkook bingung melihat Jinri yang tibat-tiba diam seperti itu. Gadis itu tidak memaki atau memarahinya seperti biasa. Jungkook mengejar gadis itu yang kini sudah berdiri didepan kamar mandi.
Jungkook menarik tangan Jinri dan membalikkan tubuh gadis itu. Ia terkejut melihat air mata sudah mulai membasahi pipi gadis itu sekali lagi. "Kenapa kau langsung pergi begitu? Kenapa kau tidak marah padaku?" tanya Jungkook.
Jinri mengangkat kepalanya. Ia mendongak untuk dapat melihat wajah Jungkook. "Jangan ganggu aku, Jeon Jungkook." ucap Jinri. Ia menarik tangannya dari genggaman Jungkook lalu masuk kedalam kamar mandi. Jungkook menatap pintu kamar mandi dengan wajah bingung. Apa yang terjadi pada Jinri?
-00-
Jungkook menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga dengan wajah tidak bersemangat. Setelah kejadian tadi pagi, Jinri mengacuhkannya. Saat sarapan tadi pun, gadis itu sama sekali tidak mau melihatnya namun aura menyeramkan terpampang jelas diwajahnya. Jinri tampaknya memang benar-benar marah padanya. Gadis itu tengah menahan emosi. Ia tidak suka Jinri mengacuhkannya.
Jungkook mendesah. "Apa yang harus aku lakukan? Ini semua membuatku pusing," gumam Jungkook dengan frustasi. Bagus, sekarang ia frustasi hanya karena Jinri mengacuhkannya. Ia bingung apa yang terjadi pada dirinya. Siapa sebenarnya Shin Jinri sehingga membuatnya frustasi seperti ini.
Jungkook menutup matanya sejenak namun belum beberapa detik ia menutup matanya, ponsel yang ia letakkan di atas meja berdering. Jungkook mengambil ponselnya dengan malas lalu melihat siapa yang menelponnya. Jungkook terdiam saat melihat layar ponselnya. Ekspresi wajahnya berubah.
"Yuri Noona," gumam Jungkook. Ia tampak bimbang antara ingin mengangkat panggilan itu atau tidak. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti menolak kata hatinya yang ingin menerima panggilan itu. Ia langsung mematikan ponselnya lalu melemparnya keatas meja.
Jinri turun dari lantai atas menuju dapur, ia membuang mukanya ketika melihat Jungkook yang tengah duduk di ruang keluarga menatapnya. Ia masih merasa kesal dengan kelakuan Jungkook yang membohonginya membuat ia hampir saja jantungan. Cara Jungkook bercanda memang benar-benar tidak lucu. Ingin rasanya ia memaki-maki laki-laki itu dan menghajarnya namun Jinri tau tempat. Ia tidak mungkin bertengkar seperti biasa disini, dirumah ini ada Sanha dan Lee Ajhussi. Jika ia dan Jungkook berada diapartemen, Jinri sudah bisa memastikan untuk memaki Jungkook habis-habisan dan menjambak rambut laki-laki itu hingga rontok.
Jinri menuangkan air kedalam gelas sampai penuh lalu meminumnya dengan cepat. Ia tampak berkali menghela napas. Jujur saja ia bosan. Seharian ia hanya berdiam diri didalam kamar, Sanha sedang keluar bersama Lee Ajhussi dari tadi pagi untuk pergi ke kota membeli bahan makanan dan belum kembali.
Jinri mendesah dengan raut wajah cemberut. "Ini sangat membosankan. Kenapa libur musim panasku menjadi tidak menyenangkan seperti ini? Appa, Eomma, putri cantik kalian tengah menderita disini," gumam Jinri dengan tampang menderita. Jinri menunduk sedih, ia menatap lantai dapur cukup lama namun tiba-tiba Jinri terperanjat ketika ada sesuatu yang melewati kakinya. Matanya melebar. Ada seekor kecoa yang yang melewati kakinya dengan cepat, Jinri dengan takut-takut memperhatikan kemana kecoa itu pergi. Kecoa tersebut naik ke keranjang sampah yang sudah penuh, tampaknya Sanha lupa untuk membuang sampah. Jinri mengintip keranjang sampah tersebut dan matanya semakin melebar ketika melihat sekitar 6 ekor kecoa kini sedang berkeliaran di antara sampah-sampah.
"Kyaaa! Jungkook tolong aku," teriak Jinri. Ia berlari ke ruang keluarga menghampiri Jungkook yang kini tengah menikmati acara televisi.
Jungkook terkejut melihat Jinri yang berlari terbirit-birit dari arah dapur sambil berteriak histeris. "Ya! Ada apa denganmu? Kau membuatku kaget, Shin Jinri," ucap Jungkook.
Jinri menarik-narik tangan Jungkook. "Ada kecoa di dapur. Mereka sangat banyak di keranjang sampah," pekik Jinri.
Jungkook menatap Jinri dengan wajah datar. "Biarkan saja disitu. Nanti mereka akan pergi sendiri," sahutnya tidak peduli.
Jinri mengerucutkan bibirnya ketika mendengar perkataan Jungkook. "Ya! Jeon Jungkook, kau harus membuang kecoa-kecoa itu. Mereka bisa saja berkeliaran sampai kesini jika kau tidak membuangnya. Ayolah, bantu aku," rengek Jinri. Gadis itu sudah lupa jika ia sedang kesal dengan Jungkook tadinya.
Jungkook tertawa hambar. "Kau benar-benar lucu, Shin Jinri. Kau seharian mengacuhkan ku dan sekarang kau merengek meminta tolong padaku. Aku tidak mau membantumu," ucap Jungkook. Laki-laki itu membuang mukanya persis seperti yang dilakukan Jinri tadi.
Jinri terperangah melihat kelakuan Jungkook. Laki-laki itu sepertinya balas dendam padanya. "Cih, baiklah kalau kau menolak untuk membantuku. Sudahku duga, kau memang laki-laki yang tidak bisa diharapkan. Aku akan membuang kecoa itu sendiri dan jangan harap mendapatkan jatah makan malam hari ini," sahut Jinri tidak mau kalah. Ia bangkit berdiri lalu meninggalkan Jungkook yang tidak peduli padanya.
Jinri berjalan kedapur dengan wajah menahan kesal dengan membawa semprotan serangga. Ia akan membasmi kecoa itu sendiri. Ia harus berani. Jinri masuk kedalam dapur namun belum beberapa langkah ia kembali berteriak histeris karena ada seekor kecoa menaiki kakinya. Jungkook yang masih bersantai di depan televisi sangat terkejut ketika mendengar teriakan Jinri yang luar biasa nyaring. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu langsung berlari kearah dapur. Jungkook terkejut melihat Jinri meloncat-loncat sambil mengibas-ngibaskan tangannya ditubuhnya. Laki-laki itu menghampiri Jinri lalu mengibas kecoa yang ternyata ada dipunggung Jinri.
Jinri berbalik dan ia langsung bersembunyi di belakang punggung Jungkook. "Jungkook-ah, tolong aku. Singkirkan mereka, aku bisa mati jika mereka berkeliaran seperti ini. Aku akan menuruti semua keinginanmu selama satu bulan jika kau membuang serangga menjijikkan itu. Aku janji, Jeon Jungkook. Tolong aku," rengek Jinri dengan isakan. Ia tidak bisa berpikir apa-apa lagi, ia tidak sanggup jika ada kecoa yang berkeliaran seperti ini.
Jungkook tiba-tiba mengeluarkan seringaiannya. "Benarkah? Kau akan menuruti semua keinginanku?" tanya Jungkook.
Jinri mengangguk. "Ya, aku akan menuruti semua keinginanmu. Jadi, cepat singkirkan mereka," ucap Jinri dengan panik.
Jungkook mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah aku akan membuang semua kecoa-kecoa ini. Jika kau berbohong, kau akan menerima akibatnya." Ucapnya. Jungkook menyeringai. Jinri sepertinya tidak menyadari perkataannya sendiri. Jungkook bukanlah orang yang mudah ditebak apa yang akan ia lakukan, entah apa yang direncanakan laki-laki itu.
Jinri duduk dengan mengangkat kakinya di atas sofa dengan wajah masih ketakutan. Jungkook masih ada didapur untuk membuang kecoa-kecoa yang sangat ditakutkan oleh Jinri tersebut dan Jinri memilih untuk pergi dari dapur. Ia takut kecoa-kecoa itu berhamburan keluar dari keranjang sampah dan mengejarnya. Setelah ini, ia harus memberitahukan Sanha untuk membuang sampah tepat waktu.
Jungkook meninggalkan dapur lalu menghampiri Jinri yang kini tengah menatapnya dengan tatapan penasaran. Jungkook tersenyum. "Aku sudah membuang mereka semua bersama sampah-sampah yang ada didapur," lapor Jungkook dengan bangga.
Jinri bernapas lega. "Syukurlah," gumam Jinri.
Jungkook sekali lagi tersenyum. "Cepat ganti bajumu. Aku tunggu 5 menit," ucap Jungkook tiba-tiba.
Jinri menegapkan tubuhnya. "Ne? Kenapa aku harus berganti baju?" tanya Jinri dengan tatapan polosnya.
Jungkook menghela napas. "Kita akan kesuatu tempat. Cepat, jangan banyak tanya. Waktu mu hanya 5 menit untuk bersiap-siap," sahutnya.
Jinri tampak berpikir. "Kemana kau akan membawaku? Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Jinri, kali ini dengan tatapan curiga.
Jungkook memutar matanya jengah. "Shin Jinri, bukankah kau bilang kau akan menuruti semua kemauanku kan? Jadi, turuti saja perkataanku tadi. Waktu mu tinggal 4 menit." Sahut Jungkook dengan nada tidak sabar.
Jinri hanya mengerucutkan bibirnya lalu berdecih. Ia tidak bisa melawan karena perkataannya sendiri. Jinri merutuki dirinya karena mengatakan hal tersebut. Jungkook pasti akan memanfaatkannya setelah ini. Sulit dibayangkan ia akan menuruti semua keinginan Jungkook selama sebulan dan Jinri yakin Jungkook akan memperlakukannya seperti budak selama 1 bulan ini.
-00-
Jinri menatap pemandangan dari balik kaca mobil dengan takjub. Pemandangan sepanjang jalan sangat indah dengan pepohonan pinus yang menjulang tinggi. Ia tidak tau kemana Jungkook akan membawanya, ia ingin protes namun untuk sekali lagi ia tidak bisa berkutik karena janjinya pada laki-laki itu. Akhirnya, Jinri memilih diam. Setelah 30 menit perjalanan, Jungkook menghentikan mobilnya ditempat parkir khusus yang disediakan ditempat tersebut. Jinri turun dari mobil dan langsung disapa dengan angin sore dari pantai. Ternyata Jungkook membawanya ke sebuah pantai. Jinri langsung tersenyum dengan cerah dan tanpa menunggu Jungkook gadis itu berlari ke pantai. Gadis itu berteriak-teriak dengan senang membuat ia sempat menjadi pusat perhatian. Jungkook hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat tingkah Jinri. Jungkook ingin melangkah menyusul Jinri namun langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering. Ia dengan cepat melihat layar ponselnya dan laki-laki itu mendesah dengan berat ketika melihat Kwon Yuri yang kembali menelponnya. Jungkook langsung menonaktifkan ponselnya.
Jungkook menyusul Jinri yang masih berlari-lari dipasir pantai. "Ya! Shin Jinri, hati-hati. Kau bisa terjatuh jika terus-terusan berlari seperti itu," teriak Jungkook.
Jinri hanya tertawa. Gadis itu tidak mengindahkan perkataan Jungkook. Jinri semakin jauh berlari sambil tertawa namun beberapa saat kemudian-
"Bruk!" Jinri menabrak seorang gadis yang tengah asyik mengambil foto dengan teman-temannya.
Jinri terjatuh begitu juga dengan gadis tersebut. Jinri terkejut, ia cepat-cepat bangkit dan minta maaf. "Maafkan saya. Saya tidak sengaja. Sekali lagi, saya minta maaf," ucap Jinri dengan sopan.
Gadis itu bangun dengan dibantu oleh teman-temannya. Ia menatap Jinri dengan wajah marah. "Ya! Apa kau tidak punya mata? Mudah sekali kau meminta maaf. Apa kau tidak melihat sekarang baju ku menjadi kotor karena mu. Dasar pengganggu." teriak gadis itu dengan nada membentak.
Jinri hanya menunduk sambil meminta maaf. Teman-teman gadis itu juga mencoba menghentikan gadis yang diketahui bernama Selena Park itu untuk berhenti memaki-maki Jinri karena mereka sekarang menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya.
Jungkook yang tengah asyik mengabadikan pemandangan pantai dengan cameranya tersebut terkejut ketika melihat Jinri tengah adu mulut dengan seseorang. Jungkook langsung berlari menghampiri Jinri.
"Ada apa ini?" tanya Jungkook menghampiri Jinri. Ia melihat celana dan siku Jinri dikotori oleh pasir. Gadis itu pasti baru saja terjatuh.
Gadis itu langsung menghentikan makiannya pada Jinri ketika melihat Jungkook menghampiri mereka. Tiba-tiba gadis bernama Selena Park itu tersenyum. "Ah...Tidak apa-apa. Gadis itu menabrakku dan membuatku terjatuh," sahut gadis itu dengan nada lembut berbanding terbalik ketika ia berbicara dengan Jinri. Teman-teman dibelakangnya juga mulai berbisik-bisik sambil cekikikan melihat Jungkook.
Jungkook beralih menatap Jinri. "Benarkah? Apa kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" tanya Jungkook dengan nada khawatir pada Jinri. Selena Park yang ditabrak oleh Jinri tersebut tiba-tiba mengerucutkan bibirnya ketika mendengar Jungkook mengkhawatirkan Jinri.
Jinri menganggukkan kepalanya. "Ya, aku tidak apa-apa. Tidak ada yang terluka," sahut Jinri. Ia tersenyum.
Jungkook menganggukkan kepalanya. Ia beralih menatap gadis didepannya sekarang. "Maafkan kekasih saya yang telah menabrak anda, nona. Kami akan bertanggungjawab jika nona terluka. Nona bisa menghubungi nomor ini jika nona merasakan keluhan sakit," ucap Jungkook dengan senyum mempesonanya. Laki-laki itu memberikan secarik kertas berisi nomor yang dapat dihubungi oleh gadis itu. Gadis itu menerima nomor yang diberikan Jungkook dengan wajah sedikit terkejut. Gadis itu terkejut karena tidak percaya jika gadis pendek dengan rambut kepang dua yang lebih mirip seperti anak SMP itu adalah kekasih dari laki-laki yang tingkat ketampanannya melebihi artis boyband. Laki-laki didepannya ini bisa dikatakan memiliki rupa seperti malaikat yang memikat.
Gadis itu tersenyum. "Ah...Terima kasih. Saya akan langsung menghubungi anda jika nanti saya merasakan keluhan," sahut gadis itu dengan tatapan genit. Jungkook hanya tersenyum tipis ketika ia menyadari gadis-gadis didepannya ini tengah menatapnya dengan tatapan genit dan menggoda.
Jungkook mengangguk. "Kalau begitu kami permisi, maaf kami sempat mengganggu waktu kalian." ucap Jungkook. Laki-laki itu menggenggam tangan Jinri lalu menarik gadis itu pergi. Jungkook cukup gerah dengan tatapan gadis-gadis itu.
Jungkook dan Jinri masih berjalan dengan tangan mereka yang masih bertautan. Jinri bergantian melihat Jungkook dan tangan mereka yang masih bertautan. Mereka sekarang seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati keindahan pantai.
"Jungkook-ah, bisakah kau melepas genggamanmu pada tanganku?" tanya Jinri. Ia merasa tidak nyaman.
"Biarkan saja seperti ini. Nanti kau akan terjatuh lagi atau menabrak seseorang jika aku tidak memegangmu. Kau itu sangat ceroboh, Shin Jinri," sahut Jungkook dengan santai.
"Ya! Aku akan baik-baik saja. Tadi itu hanya karena ketidaksengajaan saja," sahut Jinri.
"Ya, terserah kau saja." ucapnya tidak peduli.
Jinri mengerucutkan bibirnya ketika mendengar jawaban laki-laki itu. Jinri iseng menengok kebelakang dan ia terkejut melihat gadis-gadis itu masih melihatnya dan Jungkook dari kejauhan. Ia sempat tadi mendengar teman-teman gadis yang ia tabrak memuji ketampanan Jungkook dan melempar tatapan menghina kepadanya. Ia juga melihat tatapan genit gadis bernama Selena Park itu dan teman-temannya kepada Jungkook. Ia tiba-tiba merasa kesal melihat tingkah gadis-gadis itu dan hal yang menambah kekesalannya adalah Jungkook memberi nomor ponselnya pada gadis-gadis itu. Sungguh sangat menyebalkan pikir Jinri.
Jinri mendongak melihat Jungkook yang kini tengah menatap lurus kedepan. "Jungkook-ah, apa kau benar-benar memberikan nomor ponselmu pada gadis itu?" tanya Jinri dengan nada hati-hati.
Jungkook menoleh. "Menurutmu?" tanya laki-laki itu bertanya balik.
Jinri mendengus. "Kau memberinya," sahut Jinri dangan nada sedikit ketus.
Jungkook tersenyum. "Apa kau marah? Tidak ada salahnya aku memberikan nomor ponselku pada gadis itu, ia lumayan cantik," Jungkook menyeringai.
Jinri tertawa hambar. "Untuk apa aku marah? Terserah kau saja. Ya, ia sangat cantik, tinggi, dan seksi," sahutnya. Gadis itu tiba-tiba membuang muka.
Jungkook mengulum senyum. "Aku memberikan nomor ponsel Lee Ajhussi pada gadis itu. Aku tidak memberikan nomor ponselku," ucap Jungkook. Ia melirik Jinri. Gadis itu hanya mangut-mangut sambil tersenyum. Tidak bisa ia bayangkan ketika gadis itu menelpon nomor ponsel yang Jungkook berikan. Pasti gadis bernama Selena Park dan teman-temannya itu akan sangat kecewa karena yang mengangkatnya bukanlah Jungkook.
Jungkook membawa Jinri duduk di hamparan pasir dipantai tersebut. Mereka berdua tengah menunggu matahari terbenam sekarang. Hanya keheningan yang tengah mengelilingi mereka berdua dan suara deburan ombak yang menemani mereka. Jungkook dan Jinri duduk cukup jauh dari pengunjung lainnya yang juga tengah menunggu matahari terbenam.
Jinri menoleh melihat Jungkook disebelahnya. "Kenapa kau membawaku kesini?" tanya Jinri.
Jungkook mengambil kerikil didekat kakinya lalu melemparnya. "Hanya ingin saja," sahutnya singkat. Jinri hanya mangut-mangut mendengar jawaban dari laki-laki disampingnya ini.
Jungkook mengalihkan tatapannya, ia memperhatikan Jinri yang kini tengah asyik memainkan pasir. "Jinri-ya, apa kau benar-benar akan menuruti semua keinginanku?" tanya Jungkook.
Jinri menghentikan kegiatan bermain pasirnya. "Ya, aku sudah berjanji padamu. Apa yang kau inginkan? Aku akan berusaha menurutinya," sahut Jinri. Gadis itu sudah merasakan jantungnya berdegup dengan kencang, pasti laki-laki ini akan menyuruhnya melakukan hal yang aneh-aneh.
Jungkook menatap Jinri cukup lama. Laki-laki itu seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ya, aku menginginkan sesuatu. Aku ingin kau membantuku," ucapnya dengan nada pelan.
Jinri menelan ludahnya dengan susah payah. Membantu apa pikirnya, jangan-jangan laki-laki itu memintanya untuk membantu membayar hutang atau membantu membunuh seseorang. Pikiran gadis itu mulai melantur kemana-mana. "Me..Membantumu apa?" tanya Jinri dengan takut.
Jungkook tiba-tiba menatap Jinri dengan dalam membuat Jinri sedikit salah tingkah. "Bantu aku untuk melupakan cinta masa lalu ku, Shin Jinri," jawab Jungkook dengan mantap.
Jinri hampir saja tersedak ludahnya sendiri mendengar permintaan Jungkook padanya. "Bagaimana caranya aku membantumu? Itu sangat tidak mungkin, Jeon Jungkook," sahutnya.
Jungkook menghela napas. Ia memegang kedua bahu Jinri dengan wajah serius. "Buat aku jatuh cinta padamu," ucapnya setengah berbisik dengan raut wajah yang samar-samar menunjukkan keputusasaan.
Jinri melebarkan matanya. Ia bagaikan disambar petir disiang bolong, Jungkook benar-benar sudah tidak waras pikirnya. "Nde? Apa kau sudah gila? Aku tidak mungkin bisa menuruti keinginanmu yang satu itu. Bagimana bisa aku membuatmu untuk jatuh cinta padaku sedangkan aku saja tidak mencintaimu, Jeon Jungkook?" pekik Jinri. Gadis itu kaget luar biasa.
Jungkook kembali menatap Jinri dengan raut wajah serius, laki-laki itu masih memegang kedua bahu Jinri. "Buat dirimu jatuh cinta padaku. Hanya kau yang bisa membantuku, Shin Jinri," ucapnya.
Jinri melepas genggaman Jungkook pada bahunya. "Ini semua tidak masuk akal, Jeon Jungkook. Aku tidak bisa melakukannya. Apa kau pikir cinta itu sebuah permainan? Dengar Jeon Jungkook, cinta itu bukan untuk main-main," ucap Jinri setengah membentak.
Jungkook melempar tatapan tajamnya. "Kau pikir aku main-main? Aku serius, Shin Jinri. Aku ingin kau membuatku jatuh cinta padamu karena aku-" Jungkook menghentikan perkataannya. Ia menutup matanya sejenak.
"Karena kau apa?" tanya Jinri penasaran.
"Karena aku mulai menyukaimu, Shin Jinri." lanjutnya dengan yakin.
Jinri diam mematung, gadis itu merasakan jantungnya seperti ingin lepas dari tempatnya. Ia ingin berbicara namun lidahnya kelu. Tangan dan kakinya mendingin. Tubuhnya lemas ketika mendengar perkataan Jungkook.
Jinri tertawa hambar. "Jangan mempermainkan aku, Jeon Jungkook. Bercanda mu sama sekali tidak lucu. Sebaiknya kita pulang," ucap Jinri. Gadis itu bangkit berdiri masih dengan tawa hambarnya. Sekarang, ia merasa dirinya yang kurang waras.
Jungkook ikut bangkit berdiri, laki-laki itu menahan pergelangan tangan gadis itu. "Jangan pergi dulu, Shin Jinri. Aku bersungguh-sungguh. Aku tidak sedang mempermainkanmu. Buat aku jatuh cinta padamu," mohon Jungkook.
Jinri berbalik. Ia menatap mata laki-laki itu, mencari sebuah kebohongan dari perkataan yang diloncarkan Jungkook namun ia tidak menemukannya. Jungkook memang type orang yang susah ditebak apa yang sedang ia pikirkan dan apa yang akan ia lakukan seperti yang dilakukan oleh laki-laki itu sekarang. Ia bisa saja berbicara seperti ini pada hari ini namun besok bisa saja laki-laki itu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Jinri menghempaskan tangannya sehingga genggaman Jungkook dipergelangan tangannya terlepas. "Bagaimana bisa aku mengalahkan Kwon Yuri dihatimu? Kau mencintainya begitu dalam, Jeon Jungkook. Kau berbohong mulai menyukaiku, aku tau itu hanya pelampiasanmu saja. Kau menyuruhku untuk membuatmu jatuh cinta padaku itu hanya lah sebuah pelampiasanmu, itu hanya keputusan yang akan kau sesali nanti. Kau melakukan ini semua karena kau sedang putus asa. Aku tidak bisa menuruti keinginanmu," ucap Jinri panjang lebar.
Jungkook meraih kedua tangan Jinri, menggenggam telapak tangan gadis itu yang mendingin. "Shin Jinri, apa kau menyukaiku?" tanyanya. Ia mengabaikan perkataan Jinri barusan.
Jinri terkejut. Ia membuang wajahnya kearah lain. "Tidak. Aku tidak akan pernah menyukaimu. Kau itu tidak lebih dari laki-laki menyebalkan yang mengganggu hidupku," jawab Jinri.
Jungkook mendengus. "Kau berbohong, Shin Jinri. Jawab pertanyaanku dengan benar. Apa kau menyukaiku?" bentak Jungkook. Laki-laki ini terlihat sangat putus asa sekarang.
Jinri menatap wajah Jungkook dengan kesal. "Sudah aku katakan aku ti-"
Perkataan Jinri terhenti ketika tiba-tiba Jungkook menarik tengkuknya. Laki-laki itu menciumnya dengan lembut. Jinri membelalakkan matanya. Tubuhnya membeku. Air matanya mulai membasahi pipinya. Jungkook melepas ciumannya ketika merasakan cairan asin itu mengenai pipinya.
Jungkook mengusap air mata gadis itu dengan ibu jarinya. "Kenapa kau menangis, Shin Jinri? Maaf jika aku menyakitimu dan terlalu memaksa kehendakku padamu. Aku akan membatalkannya jika kau benar-benar tidak bisa. Maafkan aku," ucap Jungkook dengan lembut.
Jinri mengusap airmatanya. "Tidak, aku akan menuruti keinginanmu. Janji adalah janji, aku tidak bisa mengingkari janjiku sendiri," sahutnya.
Jungkook tertegun. "Apa ini hanya karena janjimu saja? Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Shin Jinri. Apa kau menyukaiku?" tanya Jungkook untuk kesekian kalinya.
Jinri menggigit bibir bawahnya. Ia menunduk. "Aku rasa, aku juga mulai menyukaimu, Jeon Jungkook,"
-TBC-
Ini apa ya Tuhan ╥﹏╥ Jungkook sama Jinri udah ngaku tuh ╥﹏╥ Apa feelnya dapat? Jujur sekarang litmon lagi down banget dan kayanya berpengaruh sama FF ini. Litmon gak maksimal bikinnya. Maafkan litmon kayanya chapter ini hancur dan feelnya gak dapat ╥﹏╥ sedikit keluar dari konsep pula ╥﹏╥ #curhat
Litmon update lebih awal minggu ini karena besok dan hari minggu litmon punya kesibukan yang tidak bisa ditinggalin. Jadi, litmon ngebut lho nulis chapter ini #gakadaygnanya
Tolong tinggalkan vote dan komentar yaa ('∀') silahkan memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kelanjutan ff ini.
Untuk siders litmon yang makin hari makin banyak, tolong hargai kerja keras litmon :'v apa ngasih vote itu susah banget yaa?,╥﹏╥ tapi kalau kalian tetap mau jadi siders, yaa sudahlah terima kasih sudah membaca ff abal-abal litmon ini ╥﹏╥ buat readers setia litmon terima kasih juga yaa, aku cinta kalian readers & siders ♡
Jangan lupa follow akun twitter litmon dengan uname @litmon_twt untuk info update ff, tanya jawab, dll.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top