Chapter 13
Flashback
Jungkook menghela napas, ia membuang mukanya kearah lain enggan menatap Kwon Yuri yang kini tengah duduk didepannya. Wajah gadis itu tampak pucat. Bagaimana tidak gadis itu semalaman menunggunya di luar rumah, Sanha sudah berkali-kali menyuruh Kwon Yuri untuk masuk kedalam rumah tapi di tolak oleh gadis blasteran Korea-Jepang tersebut. Jungkook tidak habis pikir atas tindakan nekad yang dilakukan oleh gadis itu.
Kwon Yuri menatap Jungkook didepannya dengan raut wajah tidak bisa diartikan. Laki-laki itu sama sekali tidak menatapnya. "Kenapa kau tidak datang? Aku berjam-jam menunggumu dibandara, Jungkook-ah," tanya Kwon Yuri.
Jungkook kembali menghela napas pelan. "Maaf. Aku memiliki jadwal liburan lain," ucapnya pelan masih enggan menatap Kwon Yuri. Entah apa yang terjadi pada Jungkook sekarang.
Kwon Yuri tersenyum sarkastik. "Dengan Jinri? Kenapa kau tidak memberitahukanku jika kau tidak bisa datang? Aku menunggumu seperti orang gila di bandara, Jeon Jungkook. Demi liburan ini bahkan aku harus membatalkan semua jadwalku dan kau dengan gampangnya berbicara seperti itu." Sahut Kwon Yuri. Gadis itu tengah menahan kesal karena jawaban Jungkook. Jungkook tidak menjawab. Ia lebih memilih diam.
"Kenapa kau tidak menjawab, Jeon Jungkook?" lanjutnya. Rasa kesalnya sudah membucah karena laki-laki didepannya ini lebih memilih diam.
"Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan hal tersebut? Aku tidak pernah meminta mu melakukannya dan aku tidak pernah mengatakan aku menerima tawaran untuk berlibur denganmu, Yuri Noona," jawab Jungkook dingin. Saat Kwon Yuri menawarkannya untuk berlibur bersama, Jungkook sudah menolaknya mentah-mentah namun tanpa Jungkook sadari Kwon Yuri malah menyelipkan tiket pesawat tersebut di saku jaketnya dan sekarang gadis itu malah menyalahkannya. Hal itu membuatnya sedikit kesal.
Kwon Yuri mengepal tangannya sampai buku-buku jarinya terlihat memutih. Ia sudah tidak tahan lagi. "Kenapa kau seperti ini? Apa karena gadis jalang bernama Shin Jinri itu, hah?" tanya Kwon Yuri dengan suara meninggi.
Jungkook langsung menatap Kwon Yuri dengan tajam. "Cukup, Yuri Noona. Jangan kau sebut-sebut dirinya sebagai seorang jalang. Tolong, jaga mulutmu," sahut Jungkook dengan suara ikut meninggi.
Kwon Yuri mendecih. "Cih, bahkan sekarang kau membelanya. Ia seorang jalang, Jeon Jungkook. ia merebutmu dariku. Aku mencintaimu. Kenapa kau tidak mengerti dengan perasaanku?" teriak gadis itu.
Jungkook berdiri dari tempat duduknya. "Maaf, Noona. Sayangnya aku tidak mencintaimu lagi. Aku sudah benar-benar menyerah untuk mengejarmu, aku sudah membuang semua perasaanku padamu. Sekarang, aku memiliki Shin Jinri dihidupku yang harus aku jaga," sahut Jungkook lalu melangkah untuk pergi.
Kwon Yuri meremas tangannya. Air mata mulai membasahi kedua pipinya. "Maafkan aku, Jeon Jungkook. Aku terlalu bodoh untuk menyadari perasaanku selama ini. Aku berkali-kali menyakitimu tanpa memperdulikan perasaanmu. Aku sadar jika aku mencintaimu saat kau sudah pergi meninggalkanku. Aku merasa kosong saat kau sudah tidak peduli lagi denganku. Apakah kita benar-benar tidak bisa bersama? Kenapa perasaanmu begitu cepat pergi? Aku ingin kau menatapku lagi, Jeon Jungkook," ucap Kwon Yuri dengan terisak.
Jungkook menghentikan langkahnya. Ia menutup matanya sejenak. Ia tidak tahan mendengar isakan Yuri. Ingin rasanya ia berbalik untuk memeluk gadis itu yang terlihat sangat rapuh sekarang tapi egonya menahan tindakannya tersebut. Ia masih mencintai gadis itu namun ia juga tidak bisa mengelak ketika Jinri mulai mengusik hatinya. Pembicaraan ayahnya waktu itu juga selalu terngiang-ngiang di ingatannya. Pernikahannya bersama Jinri adalah kemauan kakeknya yang membuat Jungkook mau tidak mau harus melupakan perasaannya pada Kwon Yuri.
Jungkook segera tersadar dari lamunannya ketika ia kembali mendengar Kwon Yuri berbicara. "Sebenarnya bulan depan aku akan pergi ke New York dan mungkin akan menetap disana untuk beberapa tahun bersama kedua orangtuaku. Aku datang kesini hanya ingin memastikan hubungan kita, Jeon Jungkook. Jika kita bersama, aku akan menolak untuk pergi bersama orangtuaku. Aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padamu. Terima kasih untuk waktunya. Aku pergi," ucap Kwon Yuri. Ia langsung meninggalkan Jungkook yang masih berdiri mematung.
Kwon Yuri masuk kedalam mobilnya. Ia mengusap air matanya, tangannya meremas setir dengan keras. Ia tersenyum sinis. "Aku tidak akan menyerah begitu saja, Jeon Jungkook. Aku pasti akan mendapatkanmu, dengan cara apapun." gumamnya.
-00-
Jinri meremas wortel ditangannya dengan kencang. Ia benar-benar merasakan emosinya yang meletup-letup sekarang. Kwon Yuri menyebutnya gadis jalang. Jinri sangat tersinggung mendengar gadis itu menghinanya dengan sebutan yang begitu kasar. Bukankah gadis itu yang seperti jalang. Datang tiba-tiba lalu menyatakan perasaannya pada laki-laki yang sudah menikah. Ia pun dituduh merebut Jungkook, yang benar saja. Menikah dengan Jungkook bukan kemauannya. Hal ini membuat mood Jinri menjadi buruk. Jika ia memiliki kesempatan, ingin rasanya ia mencakar wajah cantik namun memiliki mulut berbisa milik gadis bermarga Kwon tersebut. Kekesalan Jinri semakin menjadi-jadi ketika ia mengingat wajah Kwon Yuri, tanpa sadar Jinri melempar wortel yang ia remas sejak tadi membuat Sanha yang sibuk mencabut wortel dari tanah terkejut setengah mati. Laki-laki itu menatap takut Jinri.
"Aiishh! Aku tidak tahan lagi!" teriak Jinri.
"N..Noona, apa kau baik-baik saja?" tanya Sanha dengan tergagap.
"Aku sedang kesal, Sanha-ya. Bagaiman bisa ia menyebutku sebagai seseorang jalang? Itu sangat keterlaluan. Apa ia tidak pernah berkaca? Ia yang seperti jalang, menyatakan perasaannya pada laki-laki yang sudah beristri. Apa ia juga melakukan itu pada laki-laki lain? Sungguh menyedihkan!" ucap Jinri dengan nada geram. Emosinya sekarang sudah mencapai ubun-ubun.
"Benar, Noona. Ia berkata seperti itu karena ia merasa kalah. Jangan khawatir Noona, Jungkook Hyung pasti membelamu karena kau wanita pilihannya," sahut Sanha memberi semangat kepada Jinri.
Jinri tersenyum kecut. "Apa ia akan benar-benar membelaku?" tanya Jinri.
Sanha mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar gumaman Jinri. "Kenapa Noona bertanya seperti itu? Tentu saja, Jungkook Hyung membelamu Noona karena kau adalah istrinya. Jungkook Hyung pasti akan membela wanita yang ia cintai," ucap Sanha dengan senyum lebarnya.
Jinri terdiam mendengar perkataan Sanha. Andai laki-laki itu tau jika pernikahan ini adalah suatu kebohongan, ia dan Jungkook tidak akan pernah saling mencintai. Pernikahan ini hanya seperti memenuhi keinginan kedua orangtuanya dan kedua orangtua Jungkook. Ia menatap wajah polos Sanha disebelahnya, Jinri tersenyum. Ia menepuk-nepuk bahu Sanha, entah kenapa ia melakukan hal tersebut. Jinri seperti merasa memiliki adik laki-laki ketika Sanha bersamanya. Setelah itu, Jinri kembali mengajak Sanha untuk memanen wortel dan lobak yang tumbuh subur bersama macam-macam sayur lainnya di kebun halaman belakang rumah milik pasangan suami-istri Kim ini.
Jinri mengangkat wortel dikeranjangnya, begitu juga dengan Sanha. Laki-laki jangkung itu membawa dua keranjang berisi lobak dan wortel. Mereke berdua membawanya kedapur. Kini mereka berdua kini tengah duduk di mini bar yang ada didapur tersebut sambil melepas lelah.
"Noona, aku sangat senang saat mendengar Jungkook Hyung menikah denganmu dan berhenti mengejar Yuri Noona," ucap Sanha.
"Mengejar? Bisakah kau menceritakan untukku semuanya, Sanha-ya?" tanya Jinri. Ia tiba-tiba merasa penasaran dengan cerita hubungan Jungkook dan Kwon Yuri. Ayolah, disini hanya ia saja yang tidak tau cerita tentang hal tersebut, ia mengenal Jungkook sudah cukup lama namun ia sama sekali tidak tau tentang Jungkook yang memiliki cinta pertama dengan seorang gadis yang diakui Jungkook sebagai sahabatnya pada Jinri. Ia hanya penasaran, karena dalam pemikirannya Jungkook sangat dingin pada setiap gadis kecuali dirinya karena Jungkook tidak pernah menganggapnya sebagai seorang gadis.
"Ne, Noona. Hampir 5 tahun Jungkook Hyung mengejar Yuri Noona namun hanya penolakan yang selalu diterima oleh Jungkook Hyung. Entah berapa kali Hyung harus menerima kekecewaan. Yuri Noona lebih memilih laki-laki lain namun Hyung tidak pernah mundur. Bagi Hyung, Yuri Noona adalah dunianya. Sampai akhirnya, tiba-tiba Hyung memilih mundur dan menikah denganmu, Noona. Aku cukup terkejut mendengar kabar kalian menikah karena suatu insiden...Yah..Aku tidak akan menyebutnya," cerita Sanha panjang lebar. Ia cekikikan saat mengatakan perkataan terakhirnya.
"Yak! Yoon Sanha itu tidak lucu. Itu hanya salah paham," pekik Jinri. Ternyata insiden itu tersebar luas. Sanha tertawa terbahak-bahak, ia berlari menjauh ketika Jinri ingin memukulnya.
-00-
Jinri kini tengah asyik memainkan ponselnya, ia sedang chatting dengan Yerin yang sekarang tengah menikmati liburannya bersama Kim Taehyung kekasihnya di Jepang. Gadis itu tidak menyadari jika Jungkook sedang menghampirinya. Jungkook pelan-pelan duduk disebelah Jinri lalu memperhatikan gadis itu tersenyum-senyum sendiri melihat ponselnya. Jungkook ikut tersenyum. Cukup lama laki-laki itu duduk memperhatikan Jinri yang anehnya Jinri sama sekali tidak menyadari keberadaan Jungkook yang duduk tidak jauh darinya.
Jungkook berdehem pelan, Jinri menoleh dan ia langsung terperanjat kaget. Gadis itu menatap Jungkook beberapa saat, sejak kapan laki-laki itu duduk disitu pikirnya. Sejak tadi ia tidak merasa keberadaan Jungkook.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jungkook membuka percakapan.
"Um...Aku sedang chatting dengan Yerin. Kau sejak kapan ada disitu?" sahut Jinri. Ia meletakkan ponselnya diatas meja. Yerin sudah tidak membalas pesannya.
"Oh, aku disini sejak kau tersenyum-senyum tidak jelas seperti orang tidak waras," ucapnya dengan nada mengejek.
"Cih, terserah kau saja," sahut Jinri. Ia mempoutkan bibirnya.
Jungkook tertawa pelan. Ia sekali lagi memperhatikan gadis didepannya ini. Jinri menyadari jika ia sedang diperhatikan sekarang. Entah kenapa Jungkook sering memperhatikannya diam-diam, ia tau itu tapi biasanya ia berpura-pura tidak menyadari. Ia cukup peka untuk hal tersebut. Frekuensi pertengkaran mereka juga berkurang. Ada sesuatu yang berubah pada Jungkook.
"Kenapa?" tanya Jinri. Ia akhirnya bertanya, karena jujur saja ditatap lama oleh laki-laki setingkat Jungkook bukanlah sesuatu yang nyaman.
"Maaf untuk yang tadi. Aku tau perkataannya melukai hatimu," ucap Jungkook tiba-tiba.
"Nde? Perkataan siapa?" tanya Jinri tidak mengerti.
"Aku tau kau mendengarnya tadi, Shin Jinri. Jangan berpura-pura tidak tau seperti itu," sahut Jungkook.
"Ah, yang itu. Aku tidak apa-apa. Ia mungkin hanya sedang dikuasai amarah," jawabnya. Jinri menduduk. Itu bohong besar. Perkataannya adalah sesuatu kebohongan. Bagaimana bisa ia baik-baik saja ketika ada yang menyebutnya sebagai seoarang jalang dan ia juga malu. Ia ketahuan menguping walaupun Jungkook tidak mempermasalahkannya.
Cukup lama mereka berdua terdiam. Atmosfer di tengah mereka berdua tiba-tiba terasa aneh. Jungkook tampak berpikir begitupun juga dengan Jinri. Jinri teringat akan cerita Sanha, jujur saja ia sedikit merasakan reaksi aneh didalam hatinya ketika ia mengetahui ternyata Jungkook memiliki kisah cinta yang cukup menyedihkan. Jinri seolah-olah paham bagaimana perasaan Jungkook. Memperjuangkan cinta dan mengejar cinta selama bertahun-tahun pada seseorang yang bahkan tidak memperdulikan kita bukanlah hal yang mudah untuk dijalani dan itu sakit. Perasaan adalah korbannya. Hal yang mengganggu Jinri disini adalah ia sekarang seperti penghalang untuk Jungkook dan Kwon Yuri. Sebenarnya perjuangan laki-laki itu berbuah manis jika ia tidak terlalu cepat mundur. Kwon Yuri akhirnya menyadari perasaannya namun takdir sangat pintar membolak-balikkan kehidupan mereka. Gadis bernama Kwon Yuri itu menyadari perasaannya ketika Jungkook sudah terlanjur terjebak dipernikahan konyol dengan dirinya. Jinri sekarang seperti tembok besar yang menghalangi hubungan masa lalu Jungkook.
Jinri seketika terbuyar dari lamunannya ketika Jungkook memanggilnya. Laki-laki itu menatapnya bingung.
"Kau melamun?" tanya Jungkook.
"Ti..Tidak. Aku hanya sedang mengantuk," sahut Jinri sedikit terbata-bata.
"Tapi wajahmu tidak menunjukkan kau sedang mengantuk. Mau menemani ku minum?" tawar Jungkook.
"Nde? Minum? Sepertinya kau saja. Aku sedang tidak ingin minum," sahut Jinri mengibas-ngibas tangannya.
"Kenapa? Apa kau sangat payah dalam hal "minum"? Ah...Sudah aku duga. Kau memang payah dalam segala hal," ucap Jungkook dengan nada mengajak "War".
"Cih...Apa hobbymu hanya merendahkan orang saja, Jeon Jungkook? "Minum" bukanlah hal yang sulit bagiku," sahut Jinri terpancing.
"Benarkah? Kalau begitu buktikan padaku, Shin Jinri." Jungkook menyeringai. Jinri diam-diam merutuki dirinya. Ia terpancing oleh perkataan laki-laki itu. Ia bukanlah orang yang terlalu payah dalam hal "minum" namun ada satu hal yang membuat ia takut minum. Mati kau, Shin Jinri pikirnya.
-00-
Jinri sudah menegak beernya sebanyak 3 kaleng dan gadis itu mulai terlihat mabuk. Jungkook baru saja menghabiskan 1 kaleng dan sekarang laki-laki itu hanya terperangah melihat betapa brutalnya Jinri jika sudah bertemu dengan "minuman". Gadis itu minum terus menerus tanpa berhenti. Jungkook mengakui Jinri cukup handal dalam urusan "minum".
Jinri tertawa sambil menghitung kaleng beer didepannya. Kini gadis itu menghabiskan 5 kaleng beer sendiri dengan waktu cepat. Jungkook mengernyit ketika merasakan efek alkohol yang ia teguk. Ia sudah mulai merasakan pusing dikepalanya namun ia masih sadar tidak seperti Jinri yang sudah tidak sadar dengan dirinya. Sekarang gadis itu tertawa sendiri sambil menegak beernya yang ke-6.
Jungkook terkejut ketika Jinri mendekat. Bau alkohol tercium dari gadis itu. Mata Jinri setengah terbuka dan pipinya memerah akibat mabuk. "Jungkook-ah," gumamnya. Gadis itu terlihat terhuyung-huyung.
Jungkook menahan tubuh Jinri agar tidak terhuyung kedepan. "Hum...Kenapa?" tanya Jungkook.
Jinri membuka matanya dengan lebar. Ia menatap Jungkook lalu tersenyum. "Jungkook-ah, kenapa jantungku selalu berdegup dengan kencang saat aku bersamamu? Kau itu sepertinya berbahaya untuk jantungku," ucap Jinri sambil tertawa.
Jungkook tampak terkejut. "Benarkah?" tanya Jungkook.
Jinri mengangguk. Ia menepuk-nepuk dadanya. "Aku tidak berbohong. Kau ingin merasakannya?" Jinri menarik tangan Jungkook lalu meletakkan tangan laki-laki itu didadanya. Jungkook sedikit gugup ketika gadis itu melakukan hal tersebut. Entah kenapa ia tiba-tiba menjadi gugup tidak jelas. Ia bisa merasakan detak jantung Jinri yang berdegup dengan kencang.
"Apa kau merasakannya? Jantungku seperti itu jika aku bersamamu. Jantungku akan bersuara deg..deg..deg dengan keras." gumam Jinri. Jungkook hanya diam. Ia kembali meneguk beernya. Jinri disampingnya jangan ditanya lagi apa yang dilakukan gadis itu. Jinri kembali membuka kaleng beer yang baru. Sekali-kali gadis itu memegang dadanya lalu tertawa.
Jungkook sudah tidak sadar berapa kaleng beer yang ia minum. Begitu pun dengan Jinri. Mereka berdua sekarang benar-benar mabuk. Ruang keluarga tempat mereka berdua minum sudah seperti kapal pecah. Jungkook menoleh pada Jinri, gadis itu sedang mencium bantal sofa sambil menggumamkan nama artis idolanya. Memang benar-benar terlihat konyol.
Jungkook tertawa. "IU Noona. Kau IU Noona kan?" ucapnya pada Jinri. Sekarang, Jungkook ikut tidak waras karena terlalu mabuk.
Jinri terlihat marah ketika mendengar Jungkook salah menyebut namanya. "Ya! Aku bukan IU. Aku Shin Jinri. Song Joongki Oppa akan marah jika kau menyebut namaku seperti itu, " sahut Jinri dengan mata setengah terbuka. Gadis itu memeluk bantal sofa yang ia sebut sebagai Song Joongki Oppa tersebut.
Jungkook tidak menjawab. Laki-laki itu malah kembali sibuk minum. Lain halnya dengan Jinri, gadis itu sedang menginjak-injak bantal sofa yang di sebut sebagai Song Joongki tersebut. Ia terlihat marah.
"Aku kecewa padamu, Oppa. Kau tidak memiliki ABS seperti Rain Oppa," teriak Jinri marah pada bantal sofa yang ia injak. Jika ada yang melihat kelakuan Jungkook dan Jinri jika sedang mabuk, mungkin orang-orang akan menganggap mereka sebagai pasangan gila.
Jinri beralih menatap Jungkook sudah terlihat terhuyung-huyung. Ia tersenyum tanpa sebab. "Jungkook-ah, apa kau memiliki ABS seperti Rain Oppa? Bisakah kau tunjukkan untukku?" tanya Jinri dengan nada menggoda. Demi Tuhan, Jinri akan menjerit sekeras mungkin jika besok ia mengingat kelakuan gilanya malam ini.
Jungkook mendongak. Ia menatap Jinri lalu tertawa. "Tentu saja. Jangan remehkan ABS ku, Shin Jinri," sahut Jungkook. Ia bangkit berdiri masih terhuyung-huyung lalu menghampiri Jinri lalu mendorong Jinri hingga gadis itu terduduk di sofa.
"Kau duduk disitu. Aku akan menunjukkannya untukmu," ucap Jungkook dengan tatapan tajamnya. Ayolah...Jungkook bahkan masih mampu mengeluarkan tatapan tajam legendarisnya itu walaupun sekarang ia tengah mabuk.
Jungkook mulai membuka kancing kemeja putihnya satu persatu sambil menatap Jinri. Jinri bertepuk tangan senang. Saat itu juga, Sanha keluar dari kamarnya. Laki-laki itu berjalan dengan terseok-seok dengan kostum lebah yang ia kenakan sambil menggumamkan kata "haus". Sanha melewati ruang keluarga sambil mengucek-ngucek matanya. Ia menghentikan langkahnya, Sanha menajamkan penglihatannya namun nihil ia hanya melihat bayang-bayang, matanya memang memiliki masalah. Akhirnya, ia memakai kacamata tebalnya karena ia tidak memakai contact lensnya sekarang. Mata Sanha langsung melebar selebar-lebarnya, ia mundur satu langkah. Ia hampir saja menjatuhkan dirinya sendiri karena kakinya tiba-tiba terasa lemah. Ia dengan jelas melihat Jungkook sedang melepas kemeja putihnya di depan Jinri dengan Jinri yang setengah berbaring di sofa.
"Oh, God. Demi nenek moyang yang ada di surga, apa yang mereka lakukan? Ju..Jungkook Hyung kenapa membuka baju seperti itu didepan Jinri Noona?" gumam Sanha. Ia mengalihkan tatapannya. Sanha mengambil langkah cepat kembali kedalam kamarnya dengan wajah pucat pasi. Ia seperti baru saja melihat hantu.
Jinri bertepuk tangan ketika Jungkook sudah sempurna membuka kemejanya. Laki-laki itu tidak berbohong, ia memiliki ABS. Jinri menatap ABS Jungkook dengan mata yang berbinar-binar. Jungkook menyeringai, ini adalah kebanggaannya yang tidak pernah ia tunjukkan. Hanya Jimin dan Taehyung mengetahuinya.
Jinri berdiri lalu memeluk Jungkook. "Jungkook Oppa mulai sekarang aku penggemarmu." Pekiknya.
Jungkook dan Jinri seperti orang yang benar-benar tidak waras sekarang. Mereka berdua sama-sama berprilaku seperti bukan diri mereka sendiri ketika mabuk. Mereka berdua kembali membuka kaleng beer mereka dan bersulang. Jinri mulai kembali melakukan tabiatnya saat mabuk, ia akan minum terus menerus sampai akhirnya ia tidak kuat lagi menelan beer yang ia minum. Ia terbatuk-batuk.
Jungkook menarik Jinri yang sudah hampir tidak kuat untuk bangun. Jungkook membopong Jinri menuju lantai atas dengan badan yang terhuyung-huyung. Mereka berdua menaiki tangga satu persatu sambil menyanyikan lagu kebangsaan. Memang bukan seperti Jungkook dan Jinri.
-00-
Jinri mengerang sambil memegang kepalanya. Kepalanya seperti dihantam oleh beribu-ribu paku sekarang. Silau cahaya matahari yang menyelinap dari celah gorden membuat Jinri menyipit matanya. Suara ketukan dipintu membuat Jinri kembali mengerang, ia malas untuk bangun namun suara ketukan itu semakin nyaring. Ia memaksa dirinya untuk bangun, menajamkan pendengarannya. Ada suara Sanha yang memanggilnya dari arah pintu disusul dengan suara ketukan keras. Jinri segera turun dari ranjang tapi sebelum ia melangkah ia sadar jika sekarang hanya menggunakan hotpants hitam dan camisole (tank top) berwarna putih ditubuhnya. Jinri langsung terlihat panik mencari kaos pink bergambar kelinci yang ia pakai tadi malam, ia merutuki dirinya yang terlalu mabuk sampai ia lupa kemana ia melempar bajunya. Suara ketukan diluar semakin menjadi-jadi, membuat Jinri semakin panik. Akhirnya, ia melihat kemeja putih yang tergeletak di dekat kakinya, tanpa berpikir panjang ia langsung menggunakannya.
Jinri membuka pintu dengan cepat dan ia dapat melihat Sanha menyengir lebar didepannya masih menggunakan apron. Sanha menatap Jinri dari atas sampai bawah, wajahnya langsung terlihat pucat pasi saat melihat kemeja yang dipakai Jinri. Itu milik Jungkook Hyung pikir Sanha.
"N..Noona sarapan sudah siap. Aku sudah membuat sup sapi pedas untuk Noona dan Jungkook Hyung," ucap Sanha dengan nada bicara terbata-bata.
"Ah...Ya..Aku akan segera turun, Sanha-ya," sahut Jinri. Ia tersenyum. Sanha hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban lalu pergi.
Jinri kembali masuk kedalam kamar, dan gadis itu membulatkan matanya saat melihat siapa yang kini tengah duduk diatas ranjang sambil menguap. Ia mundur satu langkah, tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan orang yang kini tengah duduk diatas ranjang juga tidak kalah terkejutnya melihat Jinri.
"Jeon Jungkook!"
"Shin Jinri!"
Teriak mereka berdua serempak. Jinri menutup mulutnya tidak percaya, ternyata semalaman ia tidur dengan Jungkook. Ia kembali merutuki dirinya, ini semua karena ia terlalu mabuk. Jungkook masih terdiam diatas ranjang, ia menatap kemeja yang tengah dipakai Jinri sekarang. Ia meraba-raba tubuhnya, ia sekarang sedang topless. Kemeja yang dipakai Jinri sekarang adalah miliknya.
"Shin Jinri, kenapa kau memakai kemeja ku?" tanya Jungkook menunjuk kemeja yang dipakai oleh gadis tersebut.
Jinri terkejut. Ia menunduk melihat kemeja yang ia gunakan. Jungkook benar, yang ia pakai adalah milik laki-laki itu. Mereka berdua bertukar pandang. Tiba-tiba mata Jinri melebar, ia menyilangkan tangannya didada. Ia kembali mundur satu langkah.
"Jeon Jungkook, apa yang kau lakukan padaku?"
-TBC-
Haluu ~
Chapter 13 datang ( ' ▽ ' )ノ
Maafkan jika ada typo yang bertebaran yaa ('∀') Litmon mau ngasih info sedikit, sekarang Litmon ada di twitter lho ヽ('▽`)/ kalian bisa follow twitter Litmon dengan uname @litmon_twt disini kalian bisa tau info FF yg diupdate, tanya2 sama Litmon, ngobrol, curhat, ngegossip /?, cari jodoh /?, bertukar ide, dll. Jangan sombong sama Litmon yaa nanti Litmon ngambek gak mau update #lho #digamparreaders (≧∇≦)/ mari kita berteman. Nanti Litmon follback kok.
Dan satu lagi kostum dede sanha yang pake baju lebah itu lihat di media yaa (*^っ^)/
Jangan lupa komentar dan vote nya. Silahkan memberi saran, pendapat maupun kritik yang bersifat dapat membangun untuk kelanjutan ff ini. Terima kasih. Selamat membaca ( ' ▽ ' )ノ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top