6. Back to Routinity


- - -

"Sudah sehat kamu?" Mas Sehan yang sedang sarapan roti melihatku dengan tatapan bertanya, karena kemarin seharian aku hanya berada di dalam kamar saja, keluar kamar hanya untuk beberapa keperluan yang tidak bisa kulakukan di dalam kamar.

Hari ini Senin dan aku harus kembali beraktivitas seperti biasa, tidak mungkin kan aku membolos terus menerus?

"Udah dong, aku tuh emang gampang sakit, tapi gampang sembuh juga." Tanpa ditanya aku memberitahu Mas Sehan, kenyataannya memang begitu, aku mudah sakit, tapi mudah sembuh juga, cukup istirahat seharian, maka besoknya aku akan sehat kembali.

"Yang namanya sakit tidak ada yang gampang, Rivera. Jangan mudah menggampangkan segala sesuatu hal," ucap Mas Sehan.

Aku memutar bola mata malas, pagi-pagi udah dapet ceramah aja, ya aku juga nggak menggampangkan yang namanya sakit kok, cuma mau ngasih tahu aja gitu lho.

"Kenapa dengan mata kamu?"

Aku terlonjak kaget, haduh, pergerakanku ternyata tidak luput dari mata tajamnya Mas Sehan, bakal dapet ceramah lagi nih pasti.

"Nggak papa," elakku.

"Jangan dibiasakan bersikap seperti itu, nggak sopan, Rivera. Apalagi kalau di depan orang yang lebih tua dari kamu."

Meskipun kesal dengannya, tapi aku sadar yang telah kulakukan memang salah dan tidak baik untuk ditiru.

"Iya, aku minta maaf."

Mas Sehan tidak menjawab, dia menyelesaikan sarapannya, lalu berdiri dan menatapku diam.

"Kenapa?" tanyaku heran melihat dia yang menatapku tanpa mengatakan apa-apa.

"Saya tunggu di luar, jangan lama." Setelahnya Mas Sehan langsung berlalu meninggalkan aku yang masih menggigit rotiku.

Astaga, kirain mau ngomong serius pake diem-diem segala gitu, eh ternyata ngomong gitu doang.

"Dih, kalau ga ditanyain mungkin masih berdiri kek patung tuh, heran deh." Lagi-lagi aku memutar bola mata malas, untung Mas Sehan nggak lihat, kalau dia lihat mampus deh aku!

- - -

"Lo emang beneran sakit Beb kemarin?" Mikaila langsung menanyai aku yang baru saja masuk ke dalam kelas, aku segera duduk di samping Mikaila yang kebetulan kursinya masih kosong.

"Tadinya sih enggak, eh jadi beneran sakit." Kaya karma nggak sih? Tapi kan yang bohong Mas Sehan, kenapa jadi yang sakit beneran aku? Ternyata bener ya, ucapan itu adalah do'a.

Mikaila mengernyit bingung, maklum dia itu agak sedikit lola alias loading lama, dan aku juga malas menjelaskan lebih rinci kepadanya.

"Sandra mana? Biasanya paling cepat dateng deh tuh anak," tanyaku saat tak melihat kehadiran batang hidung sahabatku yang satu itu.

"Tadi sih udah dateng, terus katanya mau nyamperin Sandy dulu, tahu sendiri lah gimana tuh anak kelakuannya," sahut Mikaila.

Aku mengangguk, ngomong-ngomong Sandy itu adalah cowok yang sedang ditaksir oleh Sandra, sahabatku yang satu itu memang agak sedikit gila, dia dengan terang-terangan berani mendekati Sandy, mengejar-ngejar Sandy sampai cowok itu jadi males kalau harus ketemu sama Sandra.

Padahal satu kampus tahu kalau Sandy sangat risih dengan kelakuan Sandra, kasian memang nasib Sandra, cintanya bertepuk sebelah tangan, tapi Sandra memang benar-benar nekat dan pantang mundur sebelum kalah. Kata Sandra, perempuan juga bisa berjuang, nggak cuma laki-laki aja yang bisa berjuang, aku dan Mikaila hanya bisa pasrah saja dengan apa yang Sandra ucapkan.

Tak lama kemudian Sandra datang dengan wajah cemberutnya. "Kenapa, lo? Dateng-dateng cemberut gitu?" tanyaku heran.

"Aaaaa gue diusir," rengek Sandra.

"Bukannya udah biasa lo digituin." Mikaila menyahuti dengan santai, yah-memang sudah biasa kami melihat Sandra diabaikan bahkan diusir oleh Sandy, cowok yang disukainya.

"Tapi kali ini beda woii!" Beda apa sih? Biasa juga gitu.

"Beda gimana?"

Dengan menggebu-gebu Sandra menceritakannya kepada kami, aku dan Mikaila.

Kata Sandra, kali ini yang mengusirnya bukan Sandy lagi, melainkan pacar cowok itu, hmm sejak kapan Sandy punya pacar?

Padahal semua orang tahu Sandy itu tidak punya pacar, tapi sekarang tiba-tiba saja sudah punya, kapan pdkt-nya coba? Orang setiap di kampus Sandy ditempelin sama Sandra mulu kok.

"Kok bisa?" tanya Mikaila.

"Ya mana gue tau," kesal Sandra.

"Mana tuh cewek cantik banget anjir, apalah daya gue yang cuma kentang ini, sakit hati gue."

"Udahlah Beb, lo udah kalah mending mundur aja. Cari yang lain, lo kan juga cantik badai, cowok-cowok juga pada ngantri kali sama lo, lo-nya aja yang bucin sama Sandy," ucapku mencoba menghiburnya.

"Iya nih, jangan mau jadi perebut pacar orang, cowok mah banyak gak cuma Sandy doang, banyak tuh yang lebih dari Sandy."

Sandra makin cemberut mendengar perkataan Mikaila. "Gue juga gak mau yaa jadi perebut pacar orang, gila apa? Haram bagi gue, pokonya nggak akan! Kecuali kalau mereka udah putus, baru tuh gue gebet lagi."

"Astaghfirullah San, gebet yang lain kek! Sandy mulu, gue yang bosen nih liat lo ngejar-ngejar dia," omel Mikaila.

"Tau lo, nanti gue cariin cowok yang lebih segalanya dari pada Sandy deh." Sebenarnya aku hanya asal berucap, eh malah ditanggapi serius oleh Sandra, anjir emang tuh anak.

"Yang bener lo?" tanya Sandra dengan mata yang berbinar-binar, haduh salah ngomong nih aku, dengan tidak ikhlas aku mengangguk saja, dari pada si Sandra bahas-bahas Sandy lagi.

"Gue mau yang kek Pak Sehan dong, Ver, sabi kali yaa yang cool cool gitu." Sandra mesem-mesem sendiri, entah apa yang sahabatku itu bayangkan.

"Heh, lo mau sama laki gue?" Aku mendelik pada Sandra, ngadi-ngadi emang nih anak.

"Astagfirullah, pelakor lebih haram dari pada pepacor, San. Istighfar lo!" Mikaila geleng-geleng.

"Anjim enggaklah woii, maksud gue yang mirip-mirip sama Pak Sehan gitu, masa kalian gak tau siapa sih?"

"Siapa?" Aku dan Mikaila bertanya kompak, karena memang nggak paham siapa yang dimaksud oleh Sandra.

"Pak Mahesa, hehe."

Aku dan Mikaila seketika melongo, Sandra ada-ada saja, dari Sandy beralih ke Pak Mahesa itu jauh sekali, sebenarnya tipe Sandra itu yang seperti apa sih?

"Gimana kalau Pak Mahesa udah punya bini? Lo mah ada-ada aja deh San, kita kan gak tau," ucap Mikaila.

"Nah itu makanya, jadi tugasnya Vera."

"Lah kok jadi tugas gue?" tanyaku bingung.

"Tanyain sama Pak Sehan ya, Ver. Suami lo kan temenan sama Pak Mahesa." Sandra mengedip-ngedipkan matanya kepadaku, astagfirullah, nih anak ada-ada aja ya kelakuannya.

"Ogah gue," tolakku cepat.

"Katanya tadi mau nyariin gue cowok!"

Mampus deh aku, salahku juga yang asal ngomong, dengan sangat-sangat terpaksa aku mengiyakan saja permintaan Sandra.

Yakin nih Sandra mau tipe-tipe yang seperti Mas Sehan? tidak tahu saja dia seberapa kaku dan menyebalkannya Mas Sehan itu.

- - -


Sandra😸

Mikaila🐰

Pak Mahesa😍

TBC...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top