23. Pak Mahesa Sama Siapa?


- - -

"Selamat sore, Pak Sehan." Seorang laki-laki menghampiri aku dan Mas Sehan yang baru saja memasuki cafe milik Mas Sehan.

"Sore, Dit."

Laki-laki yang dipanggil Dit oleh Mas Sehan itu mengangguk, lalu melihat ke arahku dengan penasaran.

Mas Sehan yang menyadari itu langsung memperkenalkanku. "Oh iya, ini Rivera istri saya."

Laki-laki itu tersenyum sopan, "Halo, Bu Rivera. Saya Adit, manajer cafe di sini."

Aku mengangguk dan membalas senyumnya, "Nggak usah panggil Bu, Rivera aja nggak papa." Lagian aku masih dua puluh tahun, belum ibu-ibu juga.

"Duh nggak enak Bu, Bu Rivera kan istrinya Pak Bos."

"Yaudah terserah kamu aja," ucapku pada akhirnya.

Mas Sehan kemudian memperkenalkan aku kepada pegawainya yang lain, totalnya ada enam orang, tiga laki-laki dan tiga perempuan.

Setelah berkenalan dengan pegawainya di sini, Mas Sehan mengajak aku berkeliling melihat-lihat cafe, desain interiornya terlihat menyegarkan dengan nuansa alam, cocok sekali untuk anak muda yang mau healing.

Selesai melihat-lihat cafe, Mas Sehan membawa aku ke ruangan pribadinya, katanya tempat untuk dia bersantai jika sedang berkunjung ke sini.

Aku duduk di sofa, lalu memperhatikan ruangan ini yang sangat sesuai dengan tipe Mas Sehan, ruangan putih polos dan sedikit pajangan, sangat simpel.

"Kamu mau makan apa?" Mas Sehan menyodorkan buku menu kepadaku, ternyata selain makanan ringan cafenya Mas Sehan juga menjual makanan berat.

Berhubung aku sudah makan saat di kampus tadi, jadi aku akan memesan makanan ringan saja.

"Kamu tunggu di sini saja, saya mau bicara sama Adit dulu."

Aku mengangguk, membiarkan Mas Sehan meninggalkanku sendirian di ruangannya.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. "Masuk aja," ucapku.

Laras, salah satu pegawai cafe ini datang dengan membawakan pesananku tadi.

"Ini pesanannya ya, Bu Rivera." Laras meletakkan pesananku di atas meja.

"Makasih ya Laras, Btw nggak usah panggil ibu segala, panggil Rivera aja."

"Nggak enak Bu kalau langsung panggil nama gitu."

"Nggak papa Ras, oh iya umur kamu berapa?"

"Delapan belas, Bu."

"Kita cuma beda dua tahun, kamu panggil saya Kak aja jangan Bu lagi, oke?"

Laras akhirnya mengangguk, "Baik Kak Rivera."

"Nah gitu kan bagus, saya kan belum ibu-ibu."

Laras hanya tersenyum lalu pamit untuk kembali bekerja.

- - -

Bosan menunggu Mas Sehan yang belum kembali lagi setelah berpamitan tadi, aku memilih untuk keluar dari ruangannya.

Melihat-lihat sekeliling yang lumayan ramai dengan anak muda yang sedang nongkrong bersama teman atau mungkin pasangan.

"Loh?" Aku menatap tak percaya orang yang aku lihat di ujung sana, demi apa? Itu beneran Pak Mahesa? Sama cewe pula!

"Kenapa ke luar?"

Aku menoleh kaget saat Mas Sehan tiba-tiba sudah berada di sampingku.

"Bosen," jawabku jujur.

"Maaf saya lama," ucap Mas Sehan.

Aku mengangguk saja, "Mas, coba liat ke sana deh, itu Pak Mahesa kan?" tanyaku memastikan.

Mas Sehan melihat ke arah yang kutunjuk, lalu menggangguk membenarkan pertanyaanku.

"Kok bisa?" tanyaku sedikit heboh, gimana nggak heboh? Ini bisa jadi hot news untuk Sandra.

"Kok bisa apa?" Mas Sehan mengernyit bingung.

"Itu, Pak Mahesa kok bisa ada di sini ya?"

"Ya karna cafe ini untuk umum."

Aku mendengus, ya walaupun jawabannya Mas Sehan memang bener sih.

"Pak Mahesa tahu kalau cafe ini punya Mas?"

Mas Sehan mengangguk.

"Berarti Pak Mahesa sering ke sini sama cewe ya?" tanyaku berusaha menggali informasi tentang Pak Mahesa.

"Saya nggak tahu."

"Kenapa nggak tahu? Kan Mas yang punya cafe," protesku.

"Saya jarang ke sini, Rivera."

"Oh iya, dulu kan Mas pernah bilang kalau Pak Mahesa itu single, nah terus itu siapanya Pak Mahesa?" tanyaku lagi masih terus memperhatikan perempuan yang sedang bersama Pak Mahesa.

Mas Sehan memicingkan matanya, "Mana saya tahu, kenapa kamu nanya-nanya tentang Pak Mahesa terus?"

"Info buat Sandra, Mas."

"Bisa aja sekarang dia sudah tidak single."

Bener juga ucapan Mas Sehan, orang seganteng Pak Mahesa masa jomblo sih? Nggak mungkin kan ya?

Aku mengeluarkan handphone dari dalam tas, lalu membuka kamera untuk memotret Pak Mahesa dan perempuan itu dari kejauhan.

Mas Sehan memperhatikan aku dengan heran, "Kamu mau ngapain?"

"Mau kasih liat Sandra."

Mas Sehan geleng-geleng. "Kurang-kurangin gosip," tegurnya.

- - -

Aku cuma penulis kecil yang sangat-sangat butuh support dari kalian semua, jadi jangan berhenti untuk selalu memberikan vote dan komentar yaa♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top