22. Saya Imamin, Mau?
Spam komen yuk biar aku semangat ngetiknya♡
- - -
Aku membuka mataku perlahan, lalu menoleh ke samping yang ternyata telah kosong, Mas Sehan sudah bangun duluan.
Pipiku memanas memikirkan kejadian tadi malam, Mas Sehan benar-benar meluk aku atau aku yang cuma lagi mimpi ya? Tapi kalau mimpi kenapa pelukannya Mas Sehan terasa nyata banget? Memikirkannya kok aku jadi senyum-senyum sendiri sih.
"Kenapa senyum-senyum?" Aku menoleh keget saat Mas Sehan membuka pintu kamar dari luar.
Aku tidak menjawab, justru bertanya balik. "Mas habis dari mana?"
"Nih." Mas Sehan menyodorkan mukena kepadaku, "Punya Mbak Airin."
Aku menyambut mukena itu, lalu melirik jam dinding yang ternyata sudah jam lima subuh.
"Cuci muka lalu wudhu," ucap Mas Sehan, aku mengangguk dan beranjak dari kasur.
"Saya imamin, mau?"
Aku terdiam, Mas Sehan bilang apa barusan? Aku tidak salah dengar kan?
"Mas ngomong apa?" tanyaku memastikan.
"Saya imamin, mau?" ulangnya.
Aku menahan senyum, lalu mengangguk pelan, Mas Sehan memang sudah menjadi imamku kan? Maksudku suamiku.
For your information, ini pertama kalinya aku dan Mas Sehan sholat bareng, biasanya kami selalu sholat di kamar masing-masing.
(Ilustrasi)
Dan sekarang jantungku justru berdebar kencang karena Mas Sehan, sebenarnya aku ini kenapa?
- - -
"Maaf ya Ma, aku nggak bantuin masak," ucapku saat melihat sarapan sudah tersedia di meja makan.
"Ih nggak papa, orang cuma nasi goreng aja kok ini."
Aku tersenyum, beruntung sekali aku punya mertua sebaik ibunya Mas Sehan.
"Ayo kalian makan dulu sebelum pulang," suruh mama mertuaku.
Sebelum pulang ke rumah kami, aku dan Mas Sehan menyempatkan sarapan, kalau nggak dimakan kasihan mama mertuaku yang sudah masak banyak.
Selesai sarapan aku dan Mas Sehan berpamitan pulang kepada mama, papa dan juga Mbak Airin.
- - -
Setelah sampai di rumah, aku segera membersihkan diri untuk bersiap-siap pergi ke kampus.
Mas Sehan sendiri duduk santai seraya menonton televisi, sepertinya hari ini dia tidak ada jadwal mengajar.
Melihat aku yang sudah siap berangkat, Mas Sehan berdiri. "Ayo saya antar," ucapnya.
Aku mengangguk lalu mengikutinya masuk mobil, "Mas nggak ngajar?" tanyaku.
Mas Sehan menggeleng, "Hari ini saya mau liat cafe."
Benar juga, aku baru ingat kalau Mas Sehan juga punya cafe sendiri yang diurus oleh pegawainya, dan sampai sekarang aku bahkan belum pernah ke sana.
"Mau ikut?"
"Hah? Apa, Mas?"
"Kamu mau ikut?"
"Ikut ke mana?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"Ke cafe."
"Aku kan harus kuliah," ucapku.
Sebenarnya aku mau aja ikut, tapi Mas Sehan kenapa ngajakinnya pas aku mau kuliah sih? Pasti dia cuma mau basa-basi aja!
"Sore."
Aku mengernyit, "Sore apa?"
"Saya perginya sore, kalau mau nanti pulang kuliah saya jemput."
Aku tersenyum senang, ya aku pasti mau lah!
"Kenapa senyum gitu?" Mas Sehan menatapku aneh.
"Hehe nggak papa."
"Yaudah nanti aku chat kalau udah kelar kuliah," lanjutku.
Tak lama kemudian mobil Mas Sehan sampai di depan kampus, aku membuka pintu ingin turun, tapi suara Mas Sehan mengehentikanku.
"Rivera," panggilnya.
Aku menoleh, "Ya, Mas? Kenapa?"
"Salim."
"Hah?"
Mas Sehan menyodorkan tangannya,"Salim," ucapnya lagi.
Aku menyalimi tangan Mas Sehan dengan bingung, kenapa mendadak sikapnya jadi aneh begitu, ada apa dengan Mas Sehan?
Dan ada apa juga dengan jantungku yang malah berdebar makin kencang ini?
- - -
Iseng nyoba aplikasi yang viral😂
Dan ini hasilnya↓
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top