19. Ke Rumah Mertua


- - -

"Mama saya nyuruh kita ke rumah." Mas Sehan menghampiri aku yang sedang memasak makan malam.

Selagi menggoreng ikan aku menoleh padanya, "Rumah siapa?" tanyaku.

"Rumah orang tua saya."

"Ooh, kapan?"

"Besok, sepulang kuliah kamu nggak ada urusan lagi kan?"

"Nggak ada kok."

"Tapi kita nggak akan nginep kan, Mas?" tanyaku memastikan, kalau menginap pasti harus tidur sekamar, aku kan nggak mau, pasti akan canggung seperti sebelum-sebelumnya.

"Lihat nanti."

"Kenapa gitu?" protesku.

"Kalau mama saya maksa menginap, saya bisa apa?"

Aku mendengus, bener juga sih ucapan Mas Sehan, yaudah lah semoga enggak dipaksa nginep.

"Itu kapan selesai? Saya sudah lapar," ucap Mas Sehan seraya menunjuk ikan yang sedang aku goreng.

Lagi-lagi aku mendengus, kayaknya kalau urusan makan Mas Sehan tuh paling gercep deh!

- - -

Keesokan harinya, sepulang dari kampus aku dan Mas Sehan mampir ke rumah kami sebentar untuk membersihkan diri, setelahnya kami langsung ke rumah orang tuanya Mas Sehan.

Orang tuanya Mas Sehan sangat baik padaku, mereka memperlakukan aku seperti anaknya sendiri, aku sangat bersyukur bisa mendapatkan mertua seperti mereka.

Mas Sehan itu punya kakak perempuan yang sudah menikah, namanya Mbak Airin. Mbak Airin sendiri sudah mempunyai satu anak yang baru berumur empat tahun.

"Ayo turun!"

Terlalu asik dengan pikiranku sendiri, aku sampai tidak sadar kalau sudah sampai di rumah orang tuanya Mas Sehan.

"Kok udah nyampe aja, cepet banget," ucapku.

Mas Sehan mendengus, "Kamu yang ngelamun dari tadi."

"Ya sudah ayo masuk!" Mas Sehan menarik tanganku untuk masuk ke rumah orang tuanya, kok sekarang dia jadi suka gandeng-gandeng aku sih? Kan aku jadi gimana gitu.

"Assalamualaikum Ma." Aku dan Mas Sehan mengucapkan salam saat melihat mama mertuaku yang sedang bermain dengan Saga, anaknya Mbak Airin.

"Eh, kalian udah dateng! Veraa, mama kangen loh." Bukannya memeluk anak kandungnya terlebih dahulu, mama mertuaku malah langsung memeluk aku.

"Mama apa kabar? Aku juga kangen," ucapku seraya membalas pelukan beliau.

"Alhamdulillah mama sehat."

"Sehan, kamu kenapa nggak pernah ngajakin Vera ke sini? Kalau mama nggak nelpon pasti nggak kamu ajakin kan?" Mama beralih menatap Mas Sehan, bukannya dipeluk juga Mas Sehan malah diomeli oleh mama mertuaku itu.

"Rivera sibuk kuliah Ma, nggak sempat. Ini aja baru pulang kuliah." Aku mendelik mendengar jawaban Mas Sehan, bisa-bisanya dia ngejual namaku, orang selama ini dia emang nggak pernah ngajakin aku ke rumah mama kok, baru kali ini aja dia ngajakin.

"Bener begitu sayang?" Mama menoleh ke aku.

Aku tersenyum dan mengangguk saja, bisa ribet urusannya kalau aku bilang Mas Sehan yang nggak pernah ngajakin.

"Saga sini sayang, ini loh ada Om Sehan sama Tante Vera." Mama memanggil Saga yang tengah bermain mobil-mobilan.

Saga menghampiri kami, "Hai Om, hai Ante," sapanya.

"Hai Sagaa, kamu sejak kapan di sini?" tanyaku pada anaknya Mbak Airin itu.

"Sejak kemalin sama mami." Aku terkekeh mendengar suaranya yang cadel, menggemaskan sekali, rasanya pengen aku karungin terus bawa pulang.

"Mbak Airinnya mana, Ma?" tanya Mas Sehan.

"Mama suruh ke pasar, soalnya bahan makanan udah abis."

"Sama Mas Samuel?" tanya Mas Sehan lagi.

Mama menggeleng, "Samuel lagi ke luar kota, makanya Airin sama Saga nginep di sini." Mas Samuel itu suaminya Mbak Airin.

"Kalau Papa mana?"

"Papamu itu ada janji mancing sama temennya, padahal ada cucu dateng malah ditinggal mancing," gerutu mama.

Mas Sehan hanya mengangguk lalu menoleh ke arahku, "Saya mau ke kamar, mau ikut?"

Aku mengernyit, Mas Sehan ngapain deh ngajak-ngajak aku ke kamar?

"Eh iya Vera istirahat dulu aja di kamar Sehan, pasti capek kan habis pulang kuliah?" sahut Mama.

"Eh nanti aja Ma, aku mau di sini dulu nemenin mama sama Saga main."

Mama mertuaku mengangguk, "Oh yaudah kalau gitu."

Sementara Mas Sehan dia sudah masuk ke kamarnya setelah mendengar jawabanku tadi.

"Saga udah masuk sekolah belum?" tanyaku.

"Belum Ante, kata mami sebental lagi Saga sekolah."

Aku mengangguk-angguk tanda mengerti, setelahnya aku dan mama mertuaku lanjut bermain bersama Saga.

Kalau aku punya anak nanti, apakah anakku akan selucu dan semenggemaskan Saga? Duh kok aku mikirnya kejauhan gini sih? Lulus kuliah aja belum!

- - -

Happy 16k readers, thankyou buat kalian yang udah baca cerita ini🥰

Saga😍

Mbak Airin (Maminya Saga)

Mas Samuel (Papinya Saga)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top