1. Rivera yang Frustasi
Aku mengendap-endap masuk ke dalam rumah, gila! Ini sudah jam satu malam dan aku baru pulang, semoga Mas Sehan sudah tidur dengan lelap.
Lampu tiba-tiba menyala, yang tadinya gelap kini terang menderang, dan parahnya lagi yang aku lihat sekarang adalah wajah garangnya Mas Sehan, wajahnya menyeramkan bahkan melebihi setan. Gawat! apa dia marah ya karena aku pulang selarut ini?
"Kenapa jam segini baru pulang?"
Tuh kan, nada suaranya bahkan sangat dingin, melebihi dinginnya es batu di dalam kulkas.
"Anu, itu Mas, emmm..." Aku berpikir, kira-kira aku harus jawab apa? Ini gara-gara aku yang keasikan ngegosip di acara ulang tahun Mikaila— sahabatku, alhasil aku jadi lupa waktu.
"Saya mengijinkan kamu pergi bukan berarti kamu bisa pulang tengah malam seperti ini, Rivera."
Akhirnya aku hanya bisa diam dan menunduk dalam, seperti anak kecil yang takut dimarahi, kenyataannya aku memang takut dimarahi olehnya.
Mas Sehan menghela napas, dapat kurasakan ia menatapku tajam, jika tatapannya adalah sebuah pedang, dapat dipastikan aku sudah terbelah menjadi beberapa bagian.
"Masuk ke kamar kamu, lalu tidur." Dia melenggang pergi ke kamarnya dan meninggalkanku yang masih terdiam kaku di tempat.
Aku bernapas lega, terimakasih Tuhan, kali ini aku selamat dari kemarahannya. Ngomong-ngomong auranya terlihat sangat menakutkan, bagaimana aku harus menghadapinya esok hari? Sial, bikin kepikiran aja.
Tak mau terlalu pusing lagi, lekas-lekas aku masuk ke dalam kamar, lalu membersihkan diri, dan setelahnya aku tidur seperti perintahnya.
- - -
Pagi-pagi pintu kamarku sudah digedor-gedor, siapa lagi yang menggedornya jika bukan Mas Sehan? Sebab di rumah ini hanya ada aku dan dia, semenjak menikah kami memang tidak tidur sekamar, itu karena aku yang memintanya, kubilang aku tidak terlalu mengenalnya dan pernikahan kami pun terjadi hanya karena perjodohan, jadi aku meminta waktu untuk kami agar saling mengenal lebih jauh dulu.
Tapi semakin hari hubungan kami justru tidak ada perkembangan, padahal sudah lima bulan lebih kami menikah dan tinggal bersama, dia terlalu cuek untuk aku yang bodo amatan ini.
Aku tidak mau terlalu memusingkan hal tersebut, ku biarkan hubungan kami mengalir dengan sendirinya. Asal dia tidak berniat untuk menceraikanku maka aku akan baik-baik saja, lagian mana mau aku jadi janda diusia semuda ini.
Aku masih dua puluh tahun, masih termasuk muda kan? Apa kata teman-temanku kalau aku bercerai diusia semuda itu? Hiiih, amit-amit, pokoknya jangan sampai itu terjadi!
Terlalu ribet dengan isi pikiranku, sampai-sampai aku melupakan Mas Sehan yang sedari tadi menggedor pintu kamarku.
"Iya Mas, sebentar."
Setelah pintu terbuka lebar, yang kulihat pertama kali adalah wajah tampannya Mas Sehan, yah—Mas Sehan memang termasuk golongan orang yang tampan, tidak hanya tampan, tapi sangat tampan. Hidungnya yang lancip dan rahangnya yang terlihat tegas, bukankah itu perpaduan yang sangat sempurna?
Mas Sehan bahkan sudah sangat rapi, mau kemana dia? Ah aku tau, pasti mau mengajar, jangan lupakan profesinya yang juga seorang dosen di kampus tempatku belajar.
"Kamu belum mandi?" Dia menatapku dari atas sampai bawah, matanya yang tajam selalu berhasil membuat aku terintimidasi.
Aku menggeleng, aku saja baru bangun tidur, bagaimana mau mandi? Inipun aku masih mengenakan piyama tidur motif hello kitty, membuat aku yang imut ini makin bertambah imut, hmm percaya diri sekali kamu Rivera!
"Mandi, saya antar ke kampus, kamu hari ini masuk pagi kan?"
Lagi-lagi aku mengangguk, eh tapi tumben sekali dia menawarkan untuk mengantarkanku ke kampus? Biasanya juga aku nyetir sendiri.
"Nggak usah, Mas duluan aja, nanti aku bisa kok nyetir sendiri." Aku menolak, bukannya apa? Hanya saja aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya, karena sebelumnya dia tidak pernah menawariku untuk mengantar ke kampus.
"Saya antar," tegasnya, kalau sudah begitu mana berani aku menolak, dia kan tidak suka dibantah.
"Saya tunggu sepuluh menit, kamu harus sudah siap." Sepuluh menit? What the f*ck, eh astagfirullah, seketika aku nyebut.
Segera saja aku mengambil handuk dan melesat ke kamar mandi, dasar SeHantu menyebalkan!
- - -
"Sudah?"
Aku mengangguk, kemudian Mas Sehan melirik jam tangannya. "Kamu terlambat tujuh menit," ucapnya.
Aku spontan membelalak kaget, tidak menyangka kalau dia benar-benar akan menghitung waktuku, dasar manusia kurang kerjaan!
"Maaf Mas, sepuluh menit itu terlalu singkat," kilahku.
"Lain kali tolong belajar disiplin." Setelahnya dia menyuruhku lekas memakan sarapanku, katanya dia akan menunggu di luar. Dan untungnya kali ini dia tidak memberi waktu lagi, tapi aku sadar diri, lekas-lekas aku menghabiskan sarapanku karena tidak ingin membuatnya menunggu terlalu lama.
Aku menghampirinya yang sedang duduk membaca koran di kursi teras, kuno sekali kan Mas Sehan itu? Jaman sekarang membaca berita sudah bisa melalui smartphone, tapi suamiku ini masih betah saja menggunakan koran. Maklum, kami beda jaman, dia delapan tahun lebih tua dariku.
Setelah melihatku, Mas Sehan segera melipat dan meletakkan korannya di atas meja yang ada di teras. Dia masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, jangan harap ada acara dia yang akan membukakan pintu mobil untukku, karena itu tidak mungkin terjadi.
Aku berjalan menyusulnya untuk memasuki mobil, tapi aku merasa ada yang janggal di sini, kenapa tempat parkir jadi luas begini?
Saat akan membuka pintu mobil, aku seketika tersadar, ternyata mobilku tidak ada di tempat, pantas saja tempat ini menjadi luas.
"Kenapa?" Mas Sehan menatapku heran.
"Mobilku mana, Mas? Kok gak ada?" tanyaku bingung.
"Sudah saya jual." Dia menjawab dengan entengnya.
"APAA?!" Aku melotot kaget, mataku bahkan nyaris keluar saking kagetnya, dijual? Yang bener aja!
"Sudah saya jual," ulangnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Mas!" amukku.
"Kenapa dijual? Itu kan mobilku." Aku bertanya dengan lirih, masih syok dengan kenyataan pahit ini.
"Itu hukuman buat kamu, karena kamu berani-beraninya pulang tengah malam." Hukuman? Kupikir dia sudah tidak mempermasalahkan kejadian tadi malam, tapi apa? Mobil kesayanganku malah dijual, aku tau yang membelikan mobil itu memang dia, tapi tidak seharusnya dia menjualnya tanpa sepengetahuanku begini.
"Jahat, kejam, nggak punya perasaan! Dasar SeHantu!" Aku menahan tangis, dan tentu saja yang tadi itu hanya berani kuucapkan dalam hati.
Tega sekali dia berbuat seperti ini padaku, sangat kejam dan tak berperasaan, tidak tahukah dia seberapa frustasinya aku saat ini?
Aku membanting pintu mobil, lalu berlari kembali ke dalam rumah menuju kamarku, pokoknya aku tidak mau kuliah, suasana hatiku sudah terlanjur buruk karena ulah Mas Sehan.
"Rivera, jangan bolos kamu!" Sempat-sempatnya dia berteriak memintaku untuk tidak membolos, dia pikir aku ini apa? Kenapa dia jahat sekali? Tidak bisakah dia berlaku manis padaku?
- - -
Mas Sehan nyebelin aja tetep ganteng yaa(•ө•)♡
Muka frustasinya Rivera🙂
TBC...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top