Bab 9

Di pikiran Vadi hanya ingin berkata jujur pada Marcella bahwa Billy tak serius padanya. Namun, ia takut kalau Marcella tak percaya dengannya.

"Oke, gue harus ngomong sama Marcella, kalau semakin lama didiemin Marcella yang akan sakit hati nantinya," Vadi mengagumkan dengan dirinya sendiri.

Vadi bangkit dan menyambar kunci motornya yang terletak di meja dia atas rak televisi. Ia mengendarai motornya ke rumah Marcella.

Karena keluarga Vadi maupun Marcella sudah saling kenal dan akrab. Vadi langsung masuk ke dalam rumah.

"Cella," Vadi memanggil Marcella.

Rumah Marcella nampak sepi, tak ada tanda-tanda keberadaan orang tua dari Marcella.

Vadi mengambil ponselnya dan menekan nomor Marcella.

"Halo"

"Lo di mana?"

"Ada di kamar, kenapa?"

"Lo turun sini, gue ada di bawah"

"Oke"

Marcella beranjak dari tidurnya dan menuruni tangga dan nampak Vadi yang tengah menunggunya.

"Mau apa?" tanya Marcella yang kini sudah ada di hadapan Vadi.

"Jadi, ada yang harus gue kasih tahu ke lo," jawab Vadi pelan.

"Apa?"

Vadi menarik napasnya selama beberapa kali, ia tampak takut untuk menceritakan semua yang ia dengar dengan telinganya.

"Billy itu enggak baik buat Lo, Cel," sahut Vadi memecah keheningan antara keduanya.

"Kok lo bilang gitu?"

Marcella merasa ada yang aneh dengan Vadi, tiba-tiba saja datang menghampiri dirinya dan memberi tahu bahwa Billy bukanlah orang yang tepat baginya.

"Dia itu cuma mau main-main sama lo, Cel. Lo harus percaya apa yang gue bilang ini. Gue enggak mau sampe lo itu ngerasa kecewa dan sakit hati nantinya," jelas Vadi yang membuat dadanya naik turun.

"Enggak usah sok tahu, Vadi. Lo tahu dari mana dia kayak gitu? Apa yang membuat lo bisa mikir Billy kayak gitu?" Marcella menyodorkan beberapa pertanyaan kepada Vadi.

"Gue dengar sendiri, Cel. Dia yang ngomong sama temen-temennya. Lo ingat waktu lo telfon dan gue bilang di kantin? Di situlah kata-kata itu keluar dari mulutnya yang sok manis di depan lo," jelas Vadi pada Marcella agar percaya padanya.

"Lo punya bukti? Bisa aja kan itu karangan lo? Karena lo gak suka gue sama dia dari awal kan?"

Vadi menghela napasnya sejenak, "Gue emnag enggak rekam suara dia waktu itu. Tapi, itu bener gue denger sendiri dari mulut dia dan temen-temennya," Vadi mencoba meyakinkan Marcella.

"Enggak ada bukti, hoax artinya. Itu aja yang buat lo ke rumah gue?" tanya Marcella yang sudah muak dengan ucapan Vadi tentang Billy padanya.

"Gue enggak mau lo kecewa Marcella, lo lebih percaya sama cowok itu ketimbang sama gue? Sahabat lo?" Vadi merasa tak percaya bahwa Marcella tak mau mendengarkannya.

"Mending lo pulang, gue cape."

Setelah ucapan itu terlontar dari mulut Marcella. Ia merasakan sakit kembali di bagian tulang belakangnya yang membuatnya merintih kesakitan.

"Akh ... sakit," keluh Marcella sambil memegang punggungnya.

Baru beberapa meter Vadi melangkahkan kakinya, Vadi mendengar rintihan dari Marcella yang membuat refleks Vadi menoleh ke belakang dan menghampiri Marcella yang masih di tempat awalnya berdiri.

"Lo enggak papa Cel? Ke rumah sakit aja gak?" tanya Vadi yang melihat Marcella terus merintih.

"Enggak, paling cuma butuh istirahat aja," tolak Marcella yang merasa akan baik-baik saja.

"Yakin?" tanyanya lagi.

"Yakin, habis ini gue istirahat, besok juga sembuh," jawab Marcella meyakinkan Vadi.

***

Marcella tengah berbaring di tas ranjangnya. Ponselnya berdering, ada telepon atas nama "Billy". Marcella segera mengangkatnya.

"Halo"

"Lo lagi sibuk?"

"Enggak, lagi nyantai kok. Kenapa?"

"Jalan yuk"

Mar bersorak girang mendengar Billy ingin mengajaknya jalan ditambah dengn raut bahagia.

"Boleh-boleh, lo jemput kan?"

"Iya deh, gue otw beberapa menit lagi ya"

"Oke"

"Yes! Wah diajak kemana ya gue? Huaaa enggak pernah bakal sejauh ini hubungan gue sama Billy. Huhu," Marcella teringat ucapan Vadi ketika ada di rumahnya.

"Dia itu cuma mau main-main sama lo, Cel. Lo harus percaya apa yang gue bilang ini. Gue enggak mau sampe lo itu ngerasa kecewa dan sakit hati nantinya."

"Billy enggak mungkin kayak gitu, buat apa coba dia sampe mau ajak gue jalan kalau gak serius?" Marcella menganggukkan kepalanya ya kalau memang tidak serius seharusnya dari awal dan tidak sampai sejauh ini.

Marcella memilih baju yang ada di lemari pakaian miliknya. Setelah lima menit memilih dan mencocokkan outfit yang keren. Ia pun memilih untuk bersiap-siap.

Tin ... tin ...

Marcella sudah siap dengan gayanya dilengkapi dengan heels rendah membuatnya nampak cantik dan tidak berlebihan. Tak lupa ia membawa tas selempang ya.

"Sorry nunggu lama ya?" tanya Marcella tak enak.

"Enggak kok, santai aja kan gue yang ngajak jadi gue yang harus nunggu," jawab Billy dengan tersenyum.

Ah rasanya ingin sekali melihat senyum itu terus, batin Marcella.

"Yuk, udah?"

"Udah, ehm kita mau kemana?" tanya Marcella yang penasaran.

"Hmm sebenarnya ga tau sih, ke danau aja mau gak?" ajak Billy pada Marcella.

"Ngikut aja sih," sahut Marcella yang tak banyak mau.

***

Keduanya telah sampai di danau yang dikatakan oleh Billy. Mrcella dan Billy memilih duduk di bangku yang ada di pinggir danau.

Kondisi di danau ini sepi, sepertinya masih jarang orang yang tahu tempat ini. Tempatnya asti banyak pepohonan yang rindang. Ada angsa yang tengah berenang di danau bersama anak-anaknya. Bahkan, kicauan burung terdengar begitu jelas di telinga.

"Gue boleh tanya sesuatu gak?" tanya Marcella ragu-ragu.

"Apa?"

Marcella terdiam sejenak sebelum akhirnya berani bertanya, "Lo serius sama gue? Atau kita cuma sebatas teman aja?"





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top