Bab 7

Vadi yang sedang duduk sendirian di taman sekolah, ia tidak mu terus-menerus berharap kepada Marcella akan menyukainya. Vadi sendiri tak berani untuk mengungkapkannya, bagaimana Marcella bisa tahu?

Vadi memejamkan matanya menikmati tiupan angin yang menyapu wajahnya. Ia berpikir untuk melupakan Marcella, tapi tidak begitu mudah untuk melupakan seseorang yang kita cintai sejak lama.

Angin yang menerpa wajahnya sangat menyejukkan dan membuat daun-daun yang ada di tanah ikut tersapu.

"Lo kan abis ditolak tuh, mending cari cewek lagi aja. Itu ada acara buat ya pdkt gitulah."

"Emang ada?"

"Ada,ini namanya one day night."

Tanpa sengaja, Vadi mendengar ucapan murid yang jaraknya tak jauh darinya. Vadi merasa aneh dengan mencari pacar hanya lewat date dengan orang yang tidak kita kenal? Sangat aneh dan tak msuk akal.

Setelah cukup menenangkan dirinya, ia pun kembali ke kelasnya.

***

Marcella yang sedang bosan di rumah pun pergi ke rumah Vadi dan mengajaknya untuk pergi ke taman.

"Vadi, ke taman yuk. Gue bosan banget ini," Marcella mengerutkan bibirnya tak ada yang bisa dilakukannya sambil menarik-narik lengan Vadi.

Vadi yang tengah memainkan ponsel merasa terganggu dan berhenti dari aktivitasnya.

"Taman? Ya udah," jawab Vadi pasrah dari pada lengannya terus ditarik.

Keduanya hanya perlu jalan kaki. Jalanan di sekitar rumahnya tampak asri dengan rumput yang tampak hijau segar dan beberapa tanaman yang dipunya oleh pemilik rumah masing-masing.

Marcella melihat ada pedagang yang berjualan lolipop. Matanya langsung membulat dan berbinar dan melihat banyaknya lolipop berwarna-warni. Marcella menghamburkan diri ke pedagang lolipop.

"Pak saya mau yang ini berapa?" tanya Marcella yang mengambil satu lolipop berwarna merah muda dan biru.

"Lima belas ribu, neng."

Vadi yang melihat dari kejauhan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabat sejak kecilnya itu. Tak bisa lepas dari yang namanya lolipop.

"Hadeh lolipop Mulu," sindir Vadi ketika Marcella telah di sampingnya.

"Enak tahu ... mau?" Marcella menyodorkan lolipop yang telah dibukanya.

"Enggak ah, sama aja kayak permen biasa," Vadi menolaknya karena menurutnya lolipop sama saja seperti kebanyakan permen.

"Ih beda tahu, nih cobain dulu," bujuk Marcella yang masih menyodorkan lolipop di depan mulut Vadi.

Dengan pasrah, Vadi mencicipi lolipop yang disodorkan Marcella padanya.

"Gimana?" tanya Marcella dengan antusias.

"Biasa aja manis," jawab Vadi datar.

"Ih beda tahu," Marcella masih tak mau kalah.

"Iya biar puas."

Marcella hanya mensejajarkan giginya tersenyum menang.  Vadi dan Marcella hanya duduk di taman tanpa ada tujuan. Melihat pemandangan anak-anak yang sedang bermain membuat keduanya merasa ingin kembali ke msa kecil

"Eh kalau dilihat-lihat kangen pas kita ketemu dulu deh," celetuk Vadi.

"Eh iya juga sih hahah, berawal dari sini,"

Selintas kejadian ketika Vadi dan Marcella bertemu saat sedang bermain di taman. Pertemuan singkat yang membuat keduanya berteman hingga sekarang

"Kalau aja dulu kita ga ketemu di sini mungkin kita enggak akan kayak sekarang," ujar Vadi mengingat hal msa kecil saat pertama kali bertemu dengn Marcella.

"Ya, lo benar sih."

"Terima ... terima ... terima," Suara hiruk-pikuk orang meneriakkan kata terima. Vadi dan Marcella merasa heran ada apa sampai-sampai banyak orang yang berkumpul pada sumber suara teriakan itu.

"Kira-kira ada apa ya? Kok pada ribut gitu?" Marcella menatap sekumpul orang.

"Enggak tahu sih, lihat aja yuk," Vadi mengajak Marcella agar tak penasaran sendirian.

Setelah sampai di sumber suara yang sempat mereka dengar. Ternyata ada sepasang dua manusia yang saling berhadapan dengan seorang pria berlutut di hadapan perempuan itu. Terdapat tulisan "Will you be mine?" pada kertas yang dibawa beberapa orang.

Ya, keduanya ingin memulai menjadi sepasang kekasih.

"Pasti happy banget sih ditembak kayak gitu," sahut Marcella yang merasa iri.

"Kalau gue sih enggak, cukup gue dan cewek yang gue tembak yang tahu. Enggak perlu diumbar. Bukan tontonan," balas Vadi yang membuat Marcella mengerutkan dahinya.

"Kok gitu?"

"Biar langgeng dan enggak ada yang ngerasa sakit hati ataupun ingin merusak hubungan," jawab Vadi lantang

Perkataan Vadi ada benarnya, karena hubungan hanya kedua insan saling mencintai dan menyayangi. Orang lain hanya perlu tahu itu, bukan haknya. Namun kembali lagi ke pribadi masing-masing. Mengumbar dengan arti mematahkan omongan orang-orang atau hanya ingin membuat iri?

"Gue pengen deh ditembak sama Billy kayak gitu, pasti rasanya senang banget, bakal jadi kenangan terindah," guman Marcella sembari memejamkan matanya.

Ada perasaan sakit di hati Vadi, tapi ia mencoba untuk menepisnya dan mengatakan pada dirinya Marcella adakah sahabatnya tidak lebih. Tak ada yang tahu jika ternyata hati memilih dia untuk dicintai, tidak bisa dipilih.

***

Vadi teringat akan ucapan beberapa orang tadi tentang "one day night"
Vadi ingin mencoba untuk melupakan Mrcella untuk menjadi kekasihnya dengan mengikuti acar date satu hari bersama para wanita yang ada di acara tersebut.

Soal ini Vadi tak memberi tahu pada Marcella. Ia diam-diam pergi ke kafe. Vadi mencari informasi dari sosial media dan terdapat nama sebuah kafe sebagai tempat diselenggarakan acara itu.

Tampak suasana tak begitu ramai mungkin tidak banyak orang yang tertarik. 

"Misi kakak mau daftar?" tanya salah satu orang resepsionis.

"Hm ... iya," jawab Vadi.

"Silakan di isi namanya kak," Resepsionis itu menunjukkan buku di hadapannya.

"Kakak tinggal duduk di sebelah kanan bebas mau di kursi yang mana ya, kak," tutur si resepsionis.

Vadi mengikuti instruksi itu. Selama lima menit menunggu acara telah dimulai.

Ada seorang wanita yang kini duduk di hadapan Vadi. Rambutnya panjang tergerai dengan lekuk tubuh yang indah dan badan yang proporsional.

"Kenalin nama aku Hani," ujar Hani yang mengajak Vadi berkenalan.

Vadi hnya senyum sekilas lalu menjawab, "Vadi."

Hanya itu, abadi tak banyak bicara.

"Vadi, sukanya apa? Kalau aku sukanya nonton pertandingan basket," Hani mencoba mengajak Vadi yang sejak tadi hanya diam.

Pikiran dan fokusnya tidak ada di san. Hanya satu, yaitu Marcella.

"Apa aja, ini masih lama enggak sih?" tanya Vadi yang seakan ingin pulang.

"Sepuluh menit lagi kayaknya," jawab Hani seadanya karena ia pun tak tahu.

Vadi merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia memilih untuk pergi ke acara seperti ini. Tanpa berlama-lama, Vadi memutuskan untuk pergi dari acara itu. Ia tak peduli dengan Hani yang memanggil dirinya.

Akan aku usahain boom part ya, karena ngejar deadline:) Semoga bisa selesai sebelum deadline. Terima kasih sudah membaca.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top