Bab 5

Billy dan teman-temannnya sedang ada di rumah Billy sambil bermain game. Billy hanya jadi penonton, ia sudah bosan bermain game miliknya itu.

"Kalau gue lihat sih kayaknya Marcella suka sama lo," sahut Rio.

"Ya kali, mungkin dia enggak mau utang budi aja. Makanya ngasih makanan," jawab Billy.

"Enggak mungkinlah, biasanya kalau cewek udah bertindak. Udah pasti ngajak pdkt," timpal Jo.

Billy menimang-nimang apa yang dikatakan oleh teman-temannya bisa saja benar.

"Tapi gue enggak tertarik sama dia," sahut Billy enteng.

Rio menoleh ke arah Billy. "Lo yakin? Cewek secantik dan se-perfect Marcella, lo gak suka?" tanyanya tak percaya dengan Billy.

"Itu memang kenyataannya."

"Kalau lo enggak mau, mending lo iyain aja deh. Buat mainan aja," saran Jo.

Jo itu emang playboy banget. Satu sekolah tahu, karena rata-rata pacarnya adalah anak satu sekolah dengannya. Hanya bertahan paling lama satu bulan, lalu Jo mencari pelampiasan baru. Semuanya dimulai bukan dasar cinta. Tapi, hanya status semata.

"Gila lo!" omel Rio pada Jo, karena menurutnya idenya sangat gila.

"Kan cuma saran, lagian kalau dia mau atau enggaknya ya terserah," sanggah Jo.

"Bil, jangan lo dengerin si Jo, parah otaknya," saran Rio yang tak mau Billy juga terkena hasutan dari Jo.

***

Vadi tengah di kamarnya, merenungi jika Marcella benar-benar mendapatkan cinta Billy dan akhirnya mereka berpacaran. Bagaimana dengn dirinya yang selama ini memendam perasaan yang sudah lama hadir?

Vadi tak tahu jawabannya, ia hanya bisa membantu Marcella. Hanya itu, Vadi belum berani untuk mengutarakannya.

Mungkin, ia akan dilupakan oleh Marcella. Karena sudah memiliki orang lebih diprioritaskan. Ah, entahlah, Vadi hanya bisa menerka. Kira tak pernah tahu kisah kita akan berakhir kapan. Hanya bisa terus berjalan hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti.

"Hei," panggil Marcella dari arah belakang.

Vadi hanya menoleh tak menjawab.

"Menurut lo, gue harus apa untuk bisa dapatin Billy?" tanya Marcella mulai serius.

Apakah gue akan tahan terus mendengar Billy, Billy, dan Billy terus? batin Vadi.

"Ya lo pepetin aja. Kayak kasih minum pas dia latihan atau apa gitu. Perhatian-perhatian kecil," jawab Vadi.

"Tapi apa ya?"

Karena bingung, Marcella memilih memainkan sosial medi dan berniat mencari sosial media milik Billy.

Dan ...

Pada cerita yang diunggah Billy beberapa jam lalu menampakkan foto seorang perempuan yang hanya terlihat sebelah wajahnya.

Apa ini? Apakah ini jika Billy sudah memiliki kekasih? batin Marcella.

"Vadi, dia unggah foto cewek nih." Marcella menunjukkan cerita yang diunggah oleh Billy.

"Ya terus?" tanya Vadi tak berdosa.

"Ih gimana sih, kalau ini ceweknya gimana? Gagal dong gue,"

"Berarti bukan jodoh lo."

"Terus?"

"Mungkin jodoh lo itu adalah orang yang selama ini dekat sama lo, tapi lo enggak menyadari itu," ujar Billy yang entah malah berkata seperti itu.

"Emang siapa? Lo tahu?" cerca Marcella yang penasaran siapa orang yang dimaksud Vadi.

"Tau."

"Siapa? Kasih tahu dong?" Marcella memaksa Vadi untuk mengatakannya.

"Gue," jawab Vadi spontan.

"Hahaha, ya enggaklah gue tuh udah anggap lo tuh lebih dari temen," sahut Marcella.

"Lebih dari temen? Maksudnya?"

"Iya, gue anggap lo tuh bukan cuma temen tapi ... saudara," jawab Marcella dan tersenyum manis.

Hal itu membuat Vadi membuang wajahnya ke arah lain.

Cuma saudara? Kirain pacar, apa selama ini lo enggak naruh perasaan sama gue sedikit pun?  batin Vadi.

"Dari pada enggak jelas, mending nyanyi yuk," ajak Marcella.

"Boleh, bentar gue ambil gitar." Vadi mengambil gitar yang terletak di kamarnya.

"Mau lagu apa?" tanya Vadi.

"Hm ... andai dia tahu," jawab Marcella santai yang membuat Vadi sedikit terkejut.

"Mungkinkah dia jatuh cinta, seperti apa yang kurasa, mungkinkah dia jatuh cinta, seperti apa yang kudamba," Marcella menyanyikan reff pertama.

Lalu disambung Vadi, "Oh Tuhan yakinkan dia, tuk jatuh cinta hanya untukku, andai dia tahu," Vadi melanjutkan lirik selanjutnya.

***

Billy, Rio dan Jo, pagi-pagi sekali sudah berada di kantin. Entah apa yang ingin dilakukan mereka.

"Gimana nih? Mau lo pdkt-an sama Marcella atau gmn nih? Kasian dia padahal cantik," sahut Rio pada Billy.

"Bolehlah kayaknya buat mainan," jawab Billy.

Rio yang mendengar jawaban Billy sontak terkejut, "Hah? Lo yakin Bil? Cewek secantik itu?" Rio tak percaya Billy temannya akan mengikuti jejak Jo yang playboy.

"Udah gue bilang, dia bukan tipe gue," timpal Billy.

"Emang tipe lo gimana sih? Cantik pinter, tinggi, itu idaman para cowok. Mata lo di mna sih? Keturupan apa hah? Atau low udah punya pacar ya," selidik Rio yang masih heran.

"Ada."

"Wah lo parah enggak bilang-bilang." sahut Jo.

Sejak awal pembicaraan, ada seseorang yang mendengar perbincangan ketiganya. Tangannya mengepal hingga urat-urat di tangannya tampak terlihat, namun ia masih menahan diri untuk tidak emosi. Karena masih di lingkungan sekolah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top