Bab 2

Delapan tahun kemudian ...

Marcella dan Vadi sudah beranjak dewasa, kini keduanya sedang duduk di bangku sekolah menengah atas. Sejak pertemuan di taman, keduanya menjadi teman dekat yang saling bercerita jika sedang ada masalah. Orang tua keduanya pun sudah sangat kenal satu sama lain.

"Eh hari ini lo pulang duluan aja ya. Gue masih ada tugas kelompok," ujar Marcella pada Vadi.

"Yakin enggak mau ditungguin aja?" tanya Vadi.

Keduanya selalu pulang bersama dengan menaiki taksi yang dibayar dengan uang milik keduanya. Baik Vadi maupun Marcella belum diizinkan untuk memakai kendaraan pribadi untuk ke sekolah. Selai keduanya yang belum cukup umur, orang tua Vadi dan Marcella tidak mau mengambil resiko jika terjadi sesuatu pada anaknya.

"Yakin, gue udah izin sama nyokap," jelas Marcella.

"Ya udah gue duluan ya," pamit Vadi.

***

Marcella tiba di rumah Cate yang juga satu kelompok dengannya. Kelompok Marcella diisi dua perempuan dan dua laki-laki. 

"Udah ada pembagian tugasnya?" tanya Marcella yang sudah melihat anggota kelompoknya sudah berkumpul.

"Udah," jawab Reza.

"Gue ngapain?" tanya Marcella lagi.

"Lo sama Billy pembahasan kedua, karena materinya kumayan banyak," jelas Reza,

"Oh oke." Marcella mengeluarkan laptop dari dalam tas dan mulai mencari referensi sesuai tugasnya.

"Lo dari satu sampai lima, gue enam sampai sepuluh," pinta Billy yang melihat Marcella mulai mencari materi.

"Sip."

Setelah beberapa lama berada di hadapan laptop, semua telah didapatkan oleh Marcella. 

"Btw, gue udah selesai nih, kalian udah?" tanya Marcella pada ketiga orang di hadapannya.

"Udah," jawab ketiga orang itu.

"Siapa yang mau nyatuin?" tanya Reza.

"Gue aja gimana?" tawar Marcella.

Sebenarnya, Marcella tidak yakin betul ia bisa mengerjakan semuanya. Tapi, karena Marcella merasa tidak enak dengan teman-temannya akibat menunggunya sedikit lama.

"Ya udah, kita tungguin," sahut Cate.

Baru beberapa menit Marcella memindahkan data-data, matanya terasa berat. Kantuknya tidak bisa ia tahan. Cate, billy, dan Reza dengan kegiatannya masing-masing. Marcella berniat untuk istirahat sebentar lalu melanjutkannya. 

Billy yang sejak tadi memantau kegiatan Marcella pun sadar saat ini Marcella tengah tertidur. Billy menarik laptop Marcella perlahan untuk melanjutkan pekerjaan Marcella yang belum terselesaikan.

Cate yang baru saja datang dari dapur pun mengernyitkan keningnya. "Tadi bukannya Marcella yang mau nyatuin buat makalah?" tanya Cate memastikan.

"Iya, tapi kayaknya dia lagi cape banget sampe ketiduran," jelas Billy.

"Oh ya udah biarin aja, ntar kalau pada pulang baru dibangunin," usul Cate yang kasihan pada Marcella.

Tepat pukul tiga sore Marcella baru terbangun dari tidurnya, Ia melihat sekeliling tidak ada siapapun.

"Cate ... cate ...," panggil Marcella yang tidak menemukan keberadaan si pemilik rumah. 

"Iya bentar," sahut Cate.

Cate menghampiri Marcella yang masih di ruang tamu, "Yang lain pada kemana?" tanya Marcella.

"Oh udah pada pulang tadi," jawab Cate.

"Hah?! Kok pulang kan, belum siap," timpal Marcella.

"Udah diselesaiin Billy tadi," jelas Cate.

"Yah maaf, gue ketiduran," Marcella menyesali perbuatannya.

"Gapapa, lo kayaknya ngantuk banget."

"Gue pulang dulu ya, maaf sekali lagi," pamit Marcella.

"Iya hati-hati."

Marcella berjalan hingga ke jalan besar untuk mendapatkan taksi. Marcella terus menunggu tapi tidak ada satu pun taksi yang lewat.

"Enggak pulang?" sahut seseorang dari arah samping.

"Eh Billy, belum lagi nunggu taksi enggak ada dari tadi," ujar  Marcella.

"Gue antar aja gimana? Daripada nunggu lama terus enggak dapat," usul Billy pada Marcella.

"Yakin enggak ngerepotin?" tanya Marcella ragu-ragu.

"Iya enggaklah, kalau gue repot enggak akan gue ajak pulang bareng,: jawab Billy mantap.

Marcella akhirnya menyetujui dan ikut dengan ajakan Billy.

Sesampainya di depan rumah Marcella, setelah dua puluh menit perjalanan.

""Makasih loh udah nganterin," ucap Marcella berterima kasih pada Billy.

"Sama-sama, gue cabut duluan ya," pamit Billy dan langsung pergi dari hadapan Marcella.

***

Keesokan harinya. Marcella dan Vadi sedang makan di kantin. Keduanya menikmati menu yang sama, menu favorit yang wajib disantap satu kali dalam seminggu.

"Ah lo cabe segitu aja?" tanya Marcella melihat mangkuk Vadi yang terlihat pucat.

"Ya kan gue enggak bisa pedes-pedes gitu," jawab Vadi.

Marcella mengambil mangkuk berisi cabe dan menuangkan lima sendok pada mangkuk baksonya. Vadi yang melihat kejadian itu sontak terkejut.

"Enggak salah lo? Segitu banyak sampe merah gitu kuahnya," tanya Vadi yang malah ngeri melihat mangkuk milik Marcella yang seperti memakan cabe bukan bakso.

"Ya enggaklah udah biasa ini," jawab Marcella dengan sombong seolah-olah sudah sering makan bakso dengan cabe yang banyak. 

Sementara keduanya belum memesan minuman, Vadi hanya geleng-geleng kepala melihat sahabatnya sambil memakan baksonya.

Setelah beberapa suapan, nampak keringat mulai bercucuran dari dahinya, "Huu ... ha ... pedes banget ini," adu Marcella.

"Tuh kan gue bilang apa, bilangnya biasa kok," balas Vadi dengan menirukan gaya bicara Marcella.

"Minum dong, gue butuh minum ha ...," Marcella mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajahnya. Ia bukan hanya kepedasan namun juga kepanasan.

Tiba-tba seseorang memberikan sebotol air mineral kepada Marcella. Tanpa melihat, Marcella langsung mengambil dan meneguknya hingga habis.

"Ha ... masih pedes sih cuma udah enggak kayak tadi," guman Marcella.

"Eh makasih yang ngasih minum," ucap Marcella dan melihat siapa yang memberinya sebotol air.

"Eh, makasih loh, kan jadi ngerepotin. Punya lo ya tadi ?" Marcella merasa bersalah.

"Santai aja, nanti gue bisa beli lagi," balas Billy orang yang memberi Marcella minum ketika kehausan.

"Gue ganti aja gimana?" Buat rasa terima kasih aja," tawar Marcella.

"Enggak usah," tolak Billy.

"Udah gapapa." Marcella bangkit dari duduknya dan pergi membeli minum untuk menggantikan minuman milik Billy.

Tak lama, Marcella pun kembali ke tempat ia memakan bakso tadi.

"Nih." Marcella memberikan Billy air untuk mengganti yang telah diminumnya.

"Makasih loh." Billy berlalu meninggalkan Vadi dan Marcella.

"Vadiii," panggil Marcella pada Vadi yang masih di sampingnya.

"Apa? Manggilnya biasa aja dong," protes Vadi tak suka.

"Tau enggak? Kemarin gue dianter Billy pulang terus sekarang dia kasih minumannya ke gue dong," Marcella bercerita dengn semangat dan wajah yang ceria.

"Lah terus?" tanya Vadi bingung.

"Gue jadi suka sama dia. Padahal gue enggak pernah lirik dia, tapi kok sekarang gue jadi suka ngelihat dia," sahut Marcella.

"Biasa kali, cuma nolong sesama teman doang, Cel. Jangan berharap banyak," Vadi menasihati Marcella agar rasa suka Marcella pada Billy tak semakin dalam.

"Ih Lo kok gitu sih?!" pekik Marcella.

"Kalau dia cuma anggap teman dan Lo nganggepnya lebih bakal sakit 'lan?"

"Ya iya sih."

"Nah makanya jangan langsung suka dan cinta sama seseorang, karena cuma perlakuan yang biasa aja."

Hai, maaf lama banget ini di upnya. Karena ada urusan dengan cerita yang lain:) Sekarang bakal fokus ke sini tenang aja:)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top