Bab 12

Sejak Marcella memberi tahu kabar itu, orang tuanya langsung melakukan tindakan untuk Marcella di rawat di rumah sakit dan sejak itu Marcella tak pernah masuk sekolah.

Perbedaan terlihat jelas, Vadi yang selalu berangkat bersama Marcella untuk pergi ke sekolah, namun sekarang semua itu telah hilang. Digantikan dengan Vadi yang selalu berkunjung ke rumah sakit setelah pulang sekolah.

Marcella pun harus mengundurkan diri dari kontes majalah cover itu, mau tidak mau, perawatan yang ia jalani bukan hanya satu tapi ada beberapa dengan jadwal yang sudah diatur.

***

"Gue mau tanya Marcella kemana? Udah lama enggak sekolah," tanya Billy pada Vadi saat keduanya berada di kelas.

Vadi kembali fokus pada bukunya, tapi ia punya rencana agar kebohongan Billy bisa terungkap.

Masa lo yang dekat enggak di kasih tahu?" Vadi memancing Billy.

Perekam suara mulai diaktifkan tanpa sepengetahuan Billy.

"Dia enggak ngabarin gue," jawab Billy.

"Terus lo enggak berniat untuk chat duluan gitu, entah tanya dia lagi apa atau apalah gitu?" cecar Vadi.

"Enggak, biasanya dia yang chat duluan."

"Oh ya udah, lo tunggu aja dia chat," saran Vadi dan langsung keluar kelas.

Vadi hanya berada di depan kelas tak benar-benar pergi dari sana.

"Akh sial ... Kayaknya rencana gue gagal untuk buat dia jadi mainan gue," guman Billy.

Setelah itu Vadi mematikan perekam suara itu. Ia sudah mendapatkan apa yang akan menjdi bukti kuat agar Marcella percaya padanya.

***

Vadi telah tiba di rumah sakit, Marcella sedang beristirahat. Walau Vadi tak tega untuk memberi tahu hal ini tapi ini adalah kenyataan yang harus dihadapi.

Vadi memutuskan untuk makan siang terlebih dulu di kantin rumah sakit. Kembalinya Vadi di ruang Marcella. Ternyata Marcella sudah bangun dan ia tetap tak terlihat sakit bahkan terlihat sehat dan tidak mengeluh. Dengan sikapnya yang seperti ini juga menguatkan orang tuanya. Walau tetap ada air mata yang hadir.

"Lo harus dengar ini," tutur Vadi dan menyalakan suara rekaman dirinya dan Billy.

Marcella yang mendengar itu pun merasa tak percaya, ia mencoba menahan air matanya, tetapi tetap saja air mata itu lolos begitu saja.

"Gue enggak ... nyangka sih. Gue kira tuh ... dia benar-benar tulus waktu ngomong itu. Tapi, ternyata ... itu semua cuma permainan," Marcella berkata dengan sesegukan.

"Gue udah ngasih tahu lo dari awal. Lonya enggak percaya sama gue. Ya udahlah lupain aja, sekarang lo fokus untuk kesembuhan lo aja, oke?"

Marcella tersenyum mendengar itu, Vadi tetap sama saja selalu peduli dengannya.

"Makasih ya, lo selalu ada buat gue." Marcella mengengan tangan Vadi sejenak.

"Iya, namanya juga sahabat pasti selalu ada dan saling melengakpi," sahut Vadi.

***

Setelah kurang lebih satu tahun, perawatan yang dilakukan oleh Marcella berjalan dengan baik. Sampai akhirnya, Marcella dinyatakan sembuh, namun tetap rajin kontrol ke rumah sakit agar bisa memantau perkembangan sel kanker dalam dirinya.

Marcella dan Vadi tengah ada di taman rumah sakit sedang menghirup udara segar.

"Vadi, gue boleh tanya sesuatu gak?" sahut Marcella.

Vadi mengerutkan dahinya heran, "Mau tanya apa? Tanyain aja,"

Marcella menghela napas pelan, "Lo ... enggak ada perasaan gitu sama gue?" tanya Marcella.

"Enggak," jawab Vadi cepat.

"Kok tanya gitu?" lanjutnya.

"Iya secara manusia, temenan dari kecil. Cowok sama cewek aneh aja kalau salah satu enggak punya rasa," jelas Marcella.

"Iya, mungkin hanya orang yang berteman dengn tujuan dekat dan menjadi pacar, kalau gue kan enggak," timpal Vadi.

"Tapi, kok ...."

"Apa?" sahut Vadi yang penasaran.

"Gue tuh pernah dengar lo ngigau kalau lo ... suka sama gue," jelas Marcella yang membuat Vadi langsung salah tingkah.

"Masa sih? Kok gue enggak tahu?"

"Iya yalah, namanya juga ngigau. Ya enggak sadar," imbuh Marcella.

Setelah itu keduanya terdiam dengan keheningan yang terjadi.

"Kalau boleh jujur, gue emang punya perasaan sama lo, tapi gue tahu lo enggak punya perasaan sama gue. Jadi, gue lebih memilih untuk memendam semuanya," Vadi dengan lantang mengakui itu toh juga sudah ketahuan.

"Dari mana lo tahu kalau gue enggak punya perasaan sama gue?"

"Buktinya lo ngejar Billy dan lo juga nangis waktu itu," sanggah Vadi.

"Tanpa lo tahu, gue juga memendam semua itu dan mencoba untuk mencari penggantinya agar gue enggak kepikiran terus sama lo," Tanpa Vadi duga ternyata Marcella juga memiliki perasaan kepadanya.

"Lo serius? Atau becanda?" Vadi yang masih tak percaya mempertanyakan kebenarannya.

"Serius, emang gue ada bercanda?"

"Iya enggak sih," tutur Vadi.

Vadi menarik napasnya sebelum ia berucap, "Lo mau enggak jadi pacar gue?"

"Ih enggak romantis banget sih, enggak kayak di film-film," omel Marcella.

"Gue pengennya beda dari yang lain, jadi izinkan gue untuk memberi perbedaan di hidup lo dengan cara gue sendiri," jelas Vadi pada Marcella.

"Oke, jadi diterima apa enggak?" sambung Vadi karena Marcella belum menjawab saat ia menembaknya.

"Hm ... gue mau," Marcella menerima dengan raut wajah bahagia.

Akhirnya Vadi bisa mengungkapkan isi hatinya dan tanpa ia duga Marcella juga membalas perasaannya.

Terima kasih sudah membaca cerita ini dan maaf bila alur cerita terlalu cepat dan terkesan buru-buru. Dikarenakan deadline dan aku yang salah di sini menganggap semuanya akan sesuai, tapi malah sebaliknya. Aku mohon maaf bila di beberapa part terakhir terdapat typo dan ada yang belum diitaluc. Sekali lagi, terima kasih telah mengikuti cerita Vadi dan Marcella.

Sampai jumpa di cerita berikutnya:) kalau aku ada niat mungkin nanti untuk merevisi, akan aku revisi ya agar sesuai dengn alur yang asli:)

~ THE END ~
With love Vadi & Marcella

30 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top