Maplekyuu! - Akakuchiba

Akakuchiba

"The color of maple leaf that fall behind you."

.

.

.

.

.

.

Apartemen nomor 208 saat ini hening, hanya diisi suara detak jam dinding. Tiga orang penghuni melakukan kesibukan masing-masing. Semi sedang duduk membaca buku di meja kerja, Tendou sedang menonton televisi dan salah satu lagi dari mereka sedang melamun di atas sofa. Hal yang tidak biasa dilakukannya. Tentu saja karena seorang Ushijima jarang terlihat melamun sehingga mengundang keheranan dari Tendou.

"Kenapa Wakatoshi?" tanya Tendou sembari menepuk bahu teman seperjuangannya.

Ushijima sedikit terkejut. Bukan karena tepukan Tendou, namun entah kenapa bayangan gadis yang ditemuinya tadi siang lewat dalam benak Ushijima. Padahal tadi memikirkan voli. Bayangan rambut selegam langit malam yang diikat tinggi, sepasang iris bulat yang terlihat berkilau, tubuhnya yang mungil, dan nada bicaranya judes. Menurut Ushijima, semua yang ada pada gadis itu sangat memikat, hal kecil sekalipun. Bahkan ujung hidung Ushijima mengingat aroma manis yang menguar di sekitarnya. Tidak lupa dengan tongkat panjang yang dia bawa, karena tongkat itu lebih tinggi dari si gadis membuatnya terlihat menggemaskan.

Tepukan yang dilakukan Tendou malah membuat bayangan si gadis buyar dalam sekejap. Diam-diam Ushijima ingin memukul si surai merah itu

"Tidak ada." Pemuda itu berucap setelah beberapa detik terdiam.

Alis Tendou bertaut. Wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang protes.

"Pertanyaan kenapa itu dijawab karena! Bukan tidak ada."

Ushijima bersenandung pelan, menimbang apakah perlu menjawab pertanyaan Tendou.

"Ayolah jawab! Tidak biasanya loh Wakatoshi begini."

Semi yang sedari tadi sibuk dengan buku melirik kearah Tendou dan Ushijima. "Mungkin dia jatuh cinta," celetuknya kemudian disusul kekehan geli akan asumsinya yang asal.

Tendou yang mendengar hal itu lantas melotot tak percaya. "Benarkah?!"

"Bukan begitu, Semi." Ushijima mengelak.

"Sejak kapan kamu jadi tsundere?"

Ushijima menghela nafas. Benar juga kata Semi. Sejak kapan dia jadi seperti ini. Dia juga merasa perilakunya kali ini terlihat berbeda dari biasanya. Kemudian, lagi-lagi bayangan gadis tadi melintasi pikirannya.

"Baiklah, jadi..."

"Jadi?" Tendo dan Semi berkata bersamaan.

"Aku penasaran dengan seorang gadis."

"Benar, kan kataku!" Semi berteriak histeris karena terkejut sebab asumsinya benar.

"Aku hanya penasaran. Tolong jangan berlebih-lebihan, Semi." Walaupun ekspresi wajah Ushijima kaku, semburat merah muda tipis tidak sungkan untuk muncul.

"Oke baiklah, hanya penasaran. Lalu, siapa dia?"

"...Tidak kenal," ucap Ushijima dengan datar.

"SERIUS?!" Tendou melongo, sedetik kemudian dia beranjak dari tempat duduknya. "Baiklah, aku akan mencarikan dia untukmu!"

"Tunggu, Tendou!" Semi menjeda keributan yang akan dilakukan Tendou. "Bagaimana kau akan mencarinya jika tidak tau seperti apa perempuan itu? Dengarkan Wakatoshi dulu," lanjutnya.

"Oke, baiklah. Jadi bagaimana perempuan itu?" Si surai merah yang selalu enerjik itu akhirnya tenang.

Ushijima berdehem, membersihkan tenggorokannya yang terasa kering sebelum berbicara.

"Dia begitu mempesona," ujar Ushijima singkat dengan rona merah muda yang semakin ketara di kedua pipinya.

Sungguh jawaban yang sangat singkat, padat, dan jelas sekali. Membuat Semi dan Tendou langsung menepuk dahinya. Memang sesuatu sekali teman mereka ini. Padahal Tendou ingin membantu sahabatnya yang telat puber. Kalau dipikir pelan-pelan memang jawaban itu wajar untuk seorang Ushijima yang belum mengerti apa-apa soal ketertarikan dengan seseorang. Namun sepertinya Ushijima sudah paham konsepnya, mungkin. Yah, mungkin.

"Bukan jawaban itu yang ku mau, tapi sudahlah. Jawaban yang sangat dirimu." Tendou memaklumi diikuti Semi yang mengangguk setuju. "Kau bertemu dia dimana? Dari kapan kau memperhatikan dia?"

"Aku baru bertemu tadi siang di depan gedung olahraga. Sepertinya anggota marching band."

Sekarang Semi seratus persen meninggalkan bukunya lalu memutar kursi mengahadap kearah Tendou dan Ushijima. Jarang sekali mereka bertiga membicarakan wanita. Tentunya karena Ushijima belum pernah tertarik dengan siapapun, maka dari itu membicarakan wanita dengan Ushijima memang percuma. Pemuda 21 tahun itu akan pergi dari obrolan karena dirasa dia tidak akan bisa masuk si topik itu.

"Wah, jatuh cinta pada pandangan pertama. Apa ada percakapan antara kalian?" Kedua alis Semi dinaikkan diikuti pertanyaan penuh dengan rasa penasaran.

Ushijima mengangguk. "Dia memarahiku... karena terus memandanginya."

Tendou tertawa dengan heboh hingga berguling di lantai. Sedangkan Semi berusaha terlihat tenang namun berujung ekspresi aneh yang keluar dari wajahnya.

Tiba-tiba saja Tendou mengambil ponselnya. Dia berniat untuk berbagi kabar dengan teman lainnya tentang Ushijima yang penasaran dengan seorang gadis. Barangkali mereka bisa membantu. Yah, kita lihat saja bagaimana hasilnya. Mengingat sebagian besar suka rusuh. Jari-jarinya bergulir mencari sebuah grup beranggotakan penghuni asrama mahasiswa laki-laki tahun ketiga di lantai 2.

LuckyLucky (10)

Tendsatori

Teman-teman! Aku ada berita!

K.Tetsurou

Aku mencium bau-bau kebohongan.

Tendsatori

Aku tidak bohong, dasar kucing liar!

K.Tetsurou

Kenapa bawa-bawa kucing?!

SemiEitaa

Hei, Tendou. Jangan bilang kau akan mengatakannya di sini?

Yakkun

Apa? Semi percaya Tendou?

Tendsatori

@Yakkun kan aku tidak bohong kali ini

K.Tetsurou

Haha! Berarti kau bohong sebelumnya.

Tooruwu

Berita apa?

Tendsatori

Ah, iya hampir lupa! Jadi, WAKATOSHI PENASARAN DENGAN SEORANG GADIS!!!

Matsun

Wih, santai dulu bos.

...eh? apa?

WAKATOSHI PENASARAN DENGAN SEORANG GADIS????

Makki

Hah? Apa?

#Aku merasa terguncang.

Yakkun

@Ushiwaka Benarkah begitu?

Tooruwu

Mana mungkin, dia kan batako berjalan. Kaku!

SemiEitaa

Ushijima juga manusia. Punya rasa punya hati.

Semi mengetik sambil menyanyi. Tendou yang menyimak pun terbahak lagi. Sedangkan topik utama yang dibicarakan di grup hanya diam. Tidak, dia kembali melamun. Berharap semoga besok bertemu lagi.

Dalam diam Ushijima menyadari bahwa ini bukanlah rasa penasaran biasa. Dia yakin bahwa dirinya telah jatuh dalam pesona si gadis.

.

.

.

.

.

Berita tentang Ushijima sudah menyebar ke seluruh gedung asrama laki-laki. Terima kasih kepada Tendou yang memiliki mulut seperti kran bocor di grup chat dan duo tukang gosip, Matsun-Makki, yang menyebarkannya. Mereka kira Ushijima tidak akan pernah tertarik dengan wanita. Jadi berita ini akan menjadi suatu topik yang menarik. Penghuni asrama laki-laki memang kurang ajar. Mereka menganggap Ushijima adalah homoan Tendou dan Semi. Alasannya cukup logis. Kemana-mana Ushijima bareng mereka berdua. Tidak ada tanda-tanda melirik wanita, tidak punya pacar juga. Beda lagi dengan Kuroo dan Oikawa. Meskipun tidak punya pacar sejak tahun pertama, Kuroo dan Oikawa memanglah banyak penggemarnya, anak-anak asrama sudah tau semua. Setiap minggu bahkan ganti-ganti teman kencan yang sayangnya hanya sebatas itu. Belum ada yang cocok katanya.

Kembali lagi ke Ushijima, kapten voli universitas yang dijadikan topik gosip seribu kali tetap kalem, atau mungkin dia tidak tau jika digosipi. Buktinya sekarang dia anteng duduk di depan gedung olahraga. Tidak main ponsel karena ponselnya berada mode diam. Grup chat umum asrama laki-laki, grup chat khusus tahun ke 3, maupun grup chat tim voli juga ikut berisik. Masih dengan topik Ushijima. Dia nya benar-benar tidak peduli.

Hari ini akan ada latihan voli, tapi gedungnya masih dipakai anak-anak marching band karena latihan kedua klub itu berada di hari yang sama. Dia datang terlalu awal. Biasanya datang setelah gedung olahraga kosong lalu disusul anggota voli yang lain.

Ushijima ingin mengintip bagaimana marching band latihan. Dari tadi terdengar suara tabuhan alat musik, jadi penasaran. Sedikit saja tak apa kan? Kalau bertemu pujaan hati anggap saja itu bonus. Bonus yang menyenangkan tentunya.

Dia berdiri kemudian mengintip lewat pintu yang terbuka setengah. Bukan pemandangan orang latihan yang dia dapati. Malah sepasang mata bulat yang terkejut. Mata bulat yang menatapnya galak kemarin, mata gadis yang menarik perhatian Ushijima. Sayang sekali Ushijima belum tau apapun tentangnya. Tentang [Full Name].

Pandangan mereka bertemu. Lalu [Name] menghampiri pintu dan menemui Ushijima.

"Siapa? Kenapa mengintip? Ada perlu dengan seseorang di sini?" [Name] memberondong pertanyaan dengan nada menuntut. Tidak lupa dengan raut muka sinisnya. Otaknya otomatis mengingat kejadian tempo hari ketika pemuda di depannya ini dengan terang-terangan memperhatikan dirinya. [Name] sedikit sebal dengan raut muka Ushijima, seperti muka-muka minta dipukul. Meskipun tampan, tetap saja [Name] ingin memukuli muka Ushijima.

Di sisi lain, Ushijima dibuat gemas dengan tatapan tajam si gadis. Mukanya itu babyface, tidak cocok marah. Ah tidak, marah pun tak apa. Wajah itu sangat imut!

"Maaf. Aku hanya ingin menonton."

Mata [Name] menyipit curiga. "Begitu?"

"Iya." Ushijima tetap tidak peduli dengan nada tajam yang dilontarkan [Name] setiap berbicara dengannya.

"Masuk saja. Tapi jangan mengganggu! Hmph!"

[Name] berbalik dengan kasar diikuti kibasan rambut panjangnya yang terikat. Gerakan itu membuat Ushijima bisa mencium aroma manis yang menguar seperti kemarin dengan jelas.

"[Surname]-chan! Kau sedang apa?" teriak anggota lain menginterupsi. Yamaka Mika, senior si gadis.

"Ah! Mika-senpai..."

Manik Yamaka bergantian memindai [Name] dan Ushijima. "Kamu galakin orang lagi, ya?"

"Lagian dia mengintip!" [Name] berbalik dengan jari telunjuk teracung lancang kearah Ushijima. Pemuda itu sendiri tidak paham dengan [Name]. Rasanya Ushijima bisa melihat aura permusuhan yang kental dari si gadis. Padahal baru saja bertemu. Masa hanya gara-gara dipandangi saja sudah benci?

Yamaka Mika gelagapan melihat kelakuan kurang ajar [Name]. Dia berpikir mengapa gadis itu lebih galak dari biasanya. Tanpa basa-basi jari lentiknya menyentil dahi sang junior.

Korban sentilan mengeluh, tangannya menggosok pelan dahi yang sudah memerah. Memang sentilan Yamaka tidak main-main.

"Dia tahun ke-3. Sopanlah sedikit!" omel Yamaka lalu dia menoleh ke Ushijima. "Mau pakai gedung olahraga, kan? Tunggu ya, kami sebentar lagi selesai. Masuk saja, Ushijima-san."

"Tidak masalah, aku hanya datang terlalu awal."

Akhirnya Ushijima menunggu di dalam sambil memperhatikan si [Name]. Siang ini dia memakai celana olahraga semata kaki berwarna hitam, kaos putih lengan panjang bergambar bintang di tengahnya, dan rambutnya diikat tinggi menggunakan pita kuning. Berbeda dengan kemarin yang membawa tongkat saja, kali ini [Name] membawanya bersama bendera dengan warna perpaduan merah-emas. Mata Ushijima tidak pernah lepas dari [Name]. Melihat gadis itu berlari, melompat, dan mengayunkan bendera. Gerakan yang elegan dan menarik, tidak lupa dengan ekspresi yang selaras dengan musik. Kadang tersenyum, kadang sendu, kadang tajam. Sungguh beragam ekspresi itu membuat Ushijima ingin melihat ekspresi lainnya. Hanya dengan memperhatikan [Name], dada Ushijima menghangat di udara musim gugur yang semakin dingin ini.

Ketika Ushijima sibuk memperhatikan latihan marching band, dari arah pintu terlihat Tendou berjalan santai memasuki gedung olahraga. Dia menuju tempat Ushijima setelah menoleh kesana-kemari.

"Kenapa datang lebih awal, Tendou?" tanya Ushijima yang melihat Tendou menghampirinya.

"Kau juga begitu. Anak marching band saja belum bubar."

Tendou terkekeh pelan. "Entahlah, hanya ingin."

Ushijima kembali melihat kearah depan setelah mendengarkan jawaban Tendou. Lalu Tendou mengikuti arah pandang Ushijima. Ah, dia paham. Ushijima sedang memperhatikan seseorang. Sayangnya Tendou tidak tau yang mana karena ada banyak orang. "Hee... Jadi salah satu anggota marching band?"

"Begitulah." Ushijima selalu terkesan dengan insting tajam yang dimiliki Tendou.

"Dia yang mana?" Mata Tendou mengerling jahil menyadari bahwa kawannya sedari tadi tersenyum tipis. Ini menyenangkan dan menarik melihat Ushijima jatuh cinta seperti saat ini. Sebagai teman yang sudah lama bersama, rasanya Tendou sangat ingin mendukung apapun keputusan Ushijima. Sangat suportif!

"Gadis dengan rambut paling panjang yang diikat satu."

Tendou memperhatikan dengan seksama gadis yang Ushijima maksud. "Bagus juga seleramu!" Tendou menyeringai menggoda. "Tapi bukannya dia terkenal galak, ya?"

"Kau mengetahui sesuatu?"

"Tentu saja! Siapa yang tidak kenal [Fullname]. Otakmu isinya voli semua, sih. Jadi tidak heran."

Ushijima tidak menyangkal. Dia memang tau seluruh isi otaknya adalah voli. Tendou mengucapkan terima kasih dalam hati kepada [Name] karena mampu memasuki pikiran Ushijima yang penuh dengan bola yang dipukulnya.

"Tendou, dia tadi memarahiku tadi padahal aku hanya ingin menonton," keluh Ushijima.

"Sepertinya aku paham."

Jawaban Tendou terdengar ambigu bagi Ushijima. Dia juga sedikit kesal karena tidak tau apapun mengenai [Name].

"Kenapa?"

"[Surname] berasal dari jurusan hubungan internasional. Salah satu dosen muda di jurusan itu mirip denganmu, namanya Arita Kenji," ucap Tendou sambil meraba ingatannya tentang [Name].

"Lalu hubungannya denganku?"

"Arita Kenji-san adalah mantan kekasih [Surname]."

Fokus Ushijima berubah dari melihat gadis pujaannya ke cerita Tendou.

Dari cerita Tendou, sebenarnya [Name] tidak segalak itu, dia hanya sedikit judes dengan orang baru. Gadis itu terkenal di universitas karena pernah menjadi model di acara fashion show saat festival budaya beberapa bulan lalu. Apalagi yang dipakai adalah baju rancangan Yachi Hitoka, perancang busana muda yang namanya sudah melejit ke penjuru negeri. Alasan lain kenapa [Name] terkenal adalah kisah asmaranya dengan salah satu dosen yang kini sudah pupus. Ushijima menyimpulkan bahwa gadis itu mungkin mempunyai kenangan buruk dengan mantan kekasihnya sehingga sensitif melihat Ushijima yang mirip dengan Arita Kenji.

Ushijima bersyukur dapat bertemu [Name] hari ini karena pemuda itu jadi lebih tau banyak hal tentang si gadis. Ushijima juga jadi tau [Name] adalah salah satu color guard kebanggaan tim. Dua bulan pertama saat bergabung, dia sudah diikutkan lomba dengan senior lain. Sedangkan teman seangkatannya masih menjadi cadangan.

"Nah, setelah mendengar tentang gadis [Surname] itu, apa yang akan kau lakukan kedepannya?" Tendou bertanya setelah bercerita panjang lebar demi mendukung asmara temannya.

Ushijima berpikir sejenak lalu menghela napas pelan. Sorot matanya merefleksikan keyakinan. "Tidak ada pilihan selain mendapatkannya."

Tendou tersenyum lebar. Dia sangat puas dengan jawaban si sahabat. "Semangat!"

.

.

.

.

.

Di kelas, [Name] berusaha merelaksasi pikiran. Setelah dua kali kejadian dia memarahi Ushijima, [Name] merasa takdir mempermainkannya. Intensitas pertemuan mereka jadi lebih banyak dengan kata lain mereka sering bertemu atau berpapasan secara tidak sengaja. Lebih jengkelnya lagi, Ushijima akan tersenyum tipis saat mata mereka bertemu. Senyumnya sangat tampan dan juga terasa hangat. Sungguh tidak baik untuk jantungnya. Tentu saja karena gara-gara gagal move on dari mantan kekasihnya dan wajah Ushijima sangat mirip dengan orang itu. Sebenarnya [Name] tidak bermaksud kasar pada Ushijima, hanya saja dia tidak dapat menahan rasa kesalnya. Melihat Ushijima seperti melihat Arita. Sebagai gantinya, jika mata mereka bertemu, maka [Name] akan memandang pemuda itu dengan sinis, sangat kontras dengan apa yang dilakukan pemuda itu.

Setelah keluar dari kelas tadi, gadis itu berjalan tenang menuju tempat kesukaannya di kampus. Itu adalah taman yang berada di belakang gedung olahraga. Taman ini begitu indah saat musim gugur karena dikelilingi oleh pohon maple dengan daunnya yang telah berubah warna menjadi merah kecoklatan. Gadis itu mengedarkan pandangannya sambil bersandar di bangku panjang. Irisnya memandangi dedaunan yang telah gugur. Berharap senyuman Ushijima sirna dari pikirannya. [Name] benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sendiri mengapa senyuman pemuda itu sangat menempel di otaknya.

"Oh! Ternyata kamu disini," sapa seseorang dengan suara lembut yang telah [Name] kenal. Menoleh kesamping, di sana Yamaka.

"Ada apa?"

"Aku dititipi ini." Gadis yang lebih tua menyodorkan paper bag kecil.

[Name] menerimanya, lalu dibukalah paper bag itu. Ternyata isinya ada dua susu kotak dan satu batang coklat. "Dari siapa?"

"Tadi Suguru dititipi seseorang juga."

"Jadi kekasih Mika-senpai dititipi seseorang terus dia menitipkan benda ini pada senpai?" Otak [Name] loading. "Ribet. Kenapa tidak langsung diberikan padaku saja?"

Tawa ringan mengalun dari bibir Yamaka ketika melihat ekspresi masam junior kesayangannya. "Ahahahahaha... Coba cari didalamnya, siapa tau ada pesan dari pengirim."

[Name] menumpahkan semua isi yang ada dalam tas itu. Selembar kertas pun jatuh.

(Aku melihatmu tadi pagi di koridor perpustakaan. Kamu terlihat sedang kesal maka aku berikan ini untukmu. Tolong terimalah. Semoga kamu sering tersenyum walau selalu sinis ketika menatapku. -U. Wakatoshi.)

Setelah membaca isi kertas itu, [Name] menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Tidak menyangka bahwa pemuda bernama Ushijima itu bisa semanis ini. Apalagi gadis itu belum pernah diberi afeksi seperti ini oleh orang lain, bahkan mantan kekasihnya yang selalu sibuk itu.

"Orang ini kenapa, sih? Padahal aku selalu kasar padanya," gumam [Name] lirih namun masih dapat didengar oleh Yamaka.

"Di angkatan tahun ketiga sudah banyak berita mengenai Ushijima yang penasaran dengan seorang gadis, tidak kusangka kamu orangnya. Padahal dia itu orang yang sangat kaku."

[Name] mengusap pelan wajahnya berharap ronanya tertutupi. "Lalu aku harus apa, senpai?"

"Coba buka hatimu, agar kamu tidak terus terbayang Arita-san. " Tangan halus Yamaka menepuk pelan pucuk kepala [Name]. 

"Bagaimana jika meninggalkanku seperti Arita-san?"

Yamaka memaklumi hal itu, [Name] tersakiti karena ditinggalkan. Namun Yamaka rasa [Name] juga harus bergerak agar tidak larut terlalu lama dalam masa lalu. 

"Ingatlah, dia itu Ushijima Wakatosi bukan Arita Kenji!"

.

.

.

.

.

Hari berikutnya di bawah langit gelap musim gugur, [Name] duduk di kursi taman seperti biasa. Bedanya kali ini gadis itu duduk sambil menggerutu karena kedinginan. Padahal itu memang salahnya  tidak menggunakan jaket ataupun pakaian hangat lainnya. Dia mengutuk diri sendiri karena terburu-buru pergi ke kampus. Intinya, hari ini dia super kesal. Selain karena kedinginan, dia juga lapar karena tidak sarapan sama sekali dan sayangnya dia juga lupa membawa dompet. Jika ingin kembali ke asrama, itu akan memakan waktu lama karena asrama sedikit jauh dari tempatnya kini. [Name] sudah sangat lelah.

"Ano..." Suara berat menginterupsi [Name].

Di depannya ada Ushijima sedang menggendong tas hitam dipunggungnya. Gadis itu mengumpat dalam hati. Air mukanya semakin masam. Sungguh waktu yang tidak tepat bertemu Ushijima saat ini.

"[Surname]?" ucap Ushijima sekali lagi karena tak kunjung ada tanggapan dari [Name]

[Name] mengangguk pelan. "Ada yang bisa aku bantu, senpai?" [Name] berusaha mengontrol nada bicaranya menjadi sedikit lembut sebab dia tidak ingin ribut saat ini. Itu hanya akan membuang energinya yang akan membuatnya semakin lemas.

"Boleh aku duduk?"

"Silahkan." [Name] menggeser dirinya kesamping, memberi Ushijima ruang untuk duduk. Rasa kedinginan [Name] sedikit berkurang karena ada Ushijima di sampingnya.

Suasana hati [Name] semakin runyam melihat kewajah Ushijima. Kedua kelereng sewarna zaitun itu seakan menjadi pemicu munculnya memori  lama yang sangat ingin [Name] lupakan. Gadis itu sangat heran kenapa pemuda bernama Ushijima ini sangat mirip dengan mantan kekasihnya.

"Kamu terlihat banyak masalah," ucap Ushijima secara gamblang setelah nyaman dengan posisi. Pemuda itu berkata demikian karena terlihat jelas di wajah gadis yang ada di sampingnya. Wajah-wajah gundah dengan aura kelam disekitarnya.

[Name] terkekeh miris. Seniornya ini sangat pandai membacanya. "Hariku buruk. Di tambah kedatanganmu, makin buruk." 

"Apa karena wajahku mirip Arita-san?" tanya Ushijima blak-blakan.

Oh... Pertanyaan yang berbahaya. Namun [Name] tidak kaget mengenai Ushijima mengetahui perihal hubungannya dengan Arita Kenji. Bahkan [Name] yakin satu kampus sudah tau.

"Kau tidak memarahiku?" Pemuda itu bertanya dengan polos membuat si gadis tertawa kecil.

"Senpai kira aku tukang marah-marah?"

"Kamu beberapa hari lalu memarahiku... Lalu memandangi wajahku dengan tatapan seakan ingin membunuhku."

"Ahh... Waktu itu memang senpai menyebalkan."

Akhirnya, percakapan mereka berlanjut. [Name] seperti mengibarkan bendera ajakan berdamai. Sebuah keajaiban bagi Ushijima mengingat sangat sulit sekali berinteraksi dengan si gadis. Layaknya dua teman yang sudah lama tidak bertemu, obrolan mereka berdua mengalir begitu saja. Mereka membicarakan beragam topik. Mulai dari menceritakan diri masing-masing hingga topik tetang klub yang mereka ikuti. [Name] sedikit lega mengobrol dengan Ushijima. Meskipun responnya sedikit singkat dan datar, namun [Name] tau jika Ushijima juga senang mengobrol dengannya. Gadis itu heran kenapa bisa senyaman ini bersama si senior, padahal hanya bertemu beberapa kali.

"Oh iya, kenapa senpai bisa tau namaku?"

"Bukannya [Surname] terkenal? Kamu sendiri kenapa bisa tau namaku?"

"Tanya-tanya senpai lainnya di klub!" Jawaban semangat diakhiri tawa kecil itu membius Ushijima. Bagaikan jatuh dalam pengaruh hipnotis, tanpa sadar tangan kanannya membelai pipi si gadis. Telapak tangan besar itu dapat [Name] rasakan kehangatannya.

"Sangat nyaman berbicara denganmu, itu membuatku semakin menyukaimu." Pemuda jurusan olahraga itu mengakui perasaanya. Senyum tipis terbit di wajah tampan Ushijima. "Lupakan Arita-san, berkencanlah denganku [Surname]."

Daun-daun merah kecoklatan diterpa angin berjatuhan di belakang Ushijima. Pemandangan yang membuat [Name] terpaku sejenak. Visual Ushijima telalu menyilaukan hari ini.

"S-senpai serius?" [Name] gugup. Sedikit gundah hadir di hatinya. Apakah ini saatnya membuka hati untuk Ushijima?

Iris zaitun milik pemuda itu berkilat tajam menandakan keseriusan. "Jika kamu ragu, kamu bisa menganggapku Arita-san."

"Mana bisa begitu?!"

"Bisa. Akan aku lakukan apapun untukmu." Sungguh kalimat yang nekat demi mendapatkan pujaan hati. Andai saja Semi dan Tendou dengar mungkin akan tertawa hingga berguling-guling.

Gadis itu memejamkan matanya sejenak untuk berpikir. "Baiklah aku akan mencoba mencintai senpai," ujar [Name] dengan nada sedikit bergetar gugup.

Ushijima sudah tidak tahan, gadis mungil didepannya terlalu imut. Wajahnya maju, mempersempit ruang diantara mereka. Tangan pemuda itu merengkuh pinggang [Name] lalu kening mereka saling menempel. "May I kiss you?"

Tanpa menjawab, [Name] memejamkan matanya. Pemuda di depannya paham. Jarak mereka semakin sempit hingga bibir saling menempel. Dapat Ushijima rasakan bibir dingin nan lembut milik [Name]. Setelah dikecup beberapa detik, Ushijima mempunyai pikiran liar untuk melumat pelan bibir bawah si gadis. Menyalurkan rasa sayang yang lulus berharap sampai ke hati [Name].

Gadis mungil itu merasa bodoh karena benar-benar baru menyadari satu hal. Ushijima Wakatoshi sangat berbeda dengan Arita Kenji. Mulai dari sorot mata hingga ciumannya. Sangat hangat. [Name] rasanya ingin meleleh dalam rengkuhan Ushijima. Dalam diam dia meminta maaf karena menganggap Ushijima dan Arita itu sama.

"[Surname]..." ujar Ushijima pelan saat tautan bibir mereka berpisah.

"Y-ya?"

"...Aku bisa mendengar perutmu berbunyi."

Langsung saja wajah gadis itu memerah malu. Terbuai dengan afeksi Ushijima, dia melupakan rasa laparnya. Namun perutnya tidak sehingga berbunyi dengan keras. Sedikit jengkel dengan Ushijima karena merasa dipermalukan, [Name] mencubit lengan Ushijima yang masih melingkar di pinggangnya.

"Mou...! Senpai memang menyebalkan!"


Dalam rengkuhanmu di tengah guguran daun maple, aku merasa sangat hangat. Tolong jangan lepaskan aku. Teruslah seperti ini.

-The End-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top