Maplekyuu! - Autumn With You
"Eita! Aku dengar saat musim gugur, kita bisa melakukan banyak hal!"
Semi menoleh ke sebelahnya, menatap perempuan berambut pirang yang asyik memakan es krim yang mereka beli bersama.
"Banyak hal seperti apa maksudmu?" tanya Semi mengusap ujung bibir perempuan itu—mendapati es krim yang dia makan menempel di sana.
Perempuan tadi mengerutkan alisnya, tampak berpikir keras.
"Date!"
"Kita sedang melakukannya sekarang."
Sang perempuan tersentak kaget mendengar balasan Semi, kemudian ekspresi berpikirnya mulai muncul.
"Melihat daun gugur!"
"Bukannya lebih cantik melihat bunga sakura daripada daun?"
"Kita bisa makan makanan yang hanya dijual khusus saat musim gugur!"
"Tiap musim punya makanan khusus."
Tidak ada balasan lagi setelah itu, membuat Semi menoleh ke sebelahnya—mendapati perempuan tadi sedang berpikir keras.
"Tidak punya cadangan lagi, Rain?" tanya Semi menyeringai puas.
Sang perempuan—Rain—mengembungkan kedua pipinya, dan mengerutkan alis tak senang.
"Bilang saja kau tidak mau melakukan apa pun denganku saat musim gugur, Eita bodoh!"
.
.
.
.
.
Maplekyuu!
"Autumn with You"
.
.
.
Semi Eita x Rain Victoria Eastaugffe (OC)
.
.
.
.
.
"Oh, setelah itu kau dicampakkan, benar?"
"Aku tidak dicampakkan, Rain hanya mengabaikanku seminggu penuh, Satori," ralat Semi menoleh ke sebelahnya.
"Itu namanya dicampakkan, Semisemi," komentar Tendou tertawa, "lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanya Tendou setelah tawanya reda.
"Aku berencana mengajaknya melakukan apa yang dia mau saat musim gugur sebagai permintaan maafku," jawab Semi, "tapi aku baru ingat saat itu kita semua sudah lulus dari SMA Shiratorizawa."
Tendou terdiam, sebelum akhirnya sadar maksud Semi.
"Ah, bukannya setelah kita lulus, dia melanjutkan kuliah di Inggris?" tanya Tendou.
Semi menghela napas, lalu mengangguk kecil.
"Selama itu, kami hanya bisa berbicara lewat video call dan chatting."
"LDR?" kaget Tendou, "tunggu, aku pikir kalian putus—"
"Kami tidak putus!" potong Semi.
Tendou kembali tertawa, kali ini menepuk punggung Semi berkali-kali.
"Maaf-maaf," ucap Tendou, "jadi, alasan kau berada di sini karena?"
"Rain kembali ke Jepang, hari ini libur semesternya dimulai."
"Hoo," Tendou mengangguk mengerti, "tidak ingin menjemput Rain di bandara?"
"Kau tahu Rain pulang tidak sendiri, Tendou," balas Semi.
"Oh benar," Tendou tertawa, "dia seorang Ojou-sama, ya? Ah, tapi bertemu di halaman depan sekolah itu romantis sekali~"
"Itu karena Rain tidak tahu tempat lain selain sekolah kita."
"Benarkah?"
Semi mengangguk.
"Tempat tujuan hang out kami selama bersekolah hanyalah kafe dan taman-taman yang ada di sekitar Shiratorizawa."
"Begitu ya?"
"Ah, itu dia—Eita! Oh, ada Satori juga!"
Mendengar suara yang familier, mereka berdua menoleh ke sumber suara, mendapati perempuan sedang berjalan mendekati mereka berdua.
"Rain!!" panggil Tendou melambai pada Rain.
Rain tersenyum, lalu saat dirinya sudah dekat, Tendou merentangkan kedua tangannya.
"Sudah lama tidak bertemu, Rain—"
Namun saat Tendou ingin memeluk Rain, tiba-tiba dirinya dihentikan oleh Semi. Rain sendiri memiringkan kepalanya dengan heran. Tidak perlu waktu lama bagi Rain untuk mengerti.
"Lama tak bertemu, Eita," sapa Rain memeluk Semi—sukses membuat sang laki-laki membatu syok, "bagaimana kabarmu?"
Semi diam cukup lama, sebelum akhirnya perlahan membalas pelukan Rain.
"Mhm, baik-baik saja."
"Bilang saja kau ingin memeluk Rain duluan," protes Tendou, "ah, tapi kami bisa melakukannya lain waktu. Nikmati date kalian~"
Tendou berjalan meninggalkan mereka sambil melambai kecil. Setelah sang laki-laki pergi, Rain melepaskan pelukannya dari Semi.
"Jadi, hari ini kita ingin date di mana?"
"Di sekitar sekolah."
"Eeh, aku pikir kita akan pergi jauh," protes Rain mengembungkan pipi tak suka.
"Dengan dua penjaga yang berada di belakangmu, aku tidak yakin kita akan bisa pergi jauh, Rain," balas Semi melirik ke belakang pundak Rain.
Rain berkedip beberapa kali, kemudian menoleh ke belakangnya, mendapati dua laki-laki kekar yang setia mengawasi mereka. Setelah itu Rain kembali menatap Semi.
"Justru karena ada mereka kita bisa pergi jauh. Aku akan bilang mereka untuk mengawasi dari jauh."
Semi menghela napas panjang, kemudian tersenyum pada Rain.
"Baiklah, Ojou-sama."
"Hei, kau tidak boleh memanggilku begitu!"
***
"Ini untukmu," ucap Semi memberikan crepes untuk Rain.
"Wah, jadi ini namanya crepes?" tanya Rain menerima makanan tersebut dari Semi.
Setelah Rain memberitahu dua penjaganya untuk mengawasi dari jauh, akhirnya mereka sepakat untuk pergi ke mall yang cukup jauh dari SMA mereka dulu. Sebelum menelusuri isi mall, Semi menyarankan untuk makan crepes yang dijual di luar mall, tentu saja sarannya itu diterima Rain dengan senang hati.
"Kau tidak pernah makan crepes?" kaget Semi duduk di sebelah Rain.
"Kuliahku sangat padat," jelas Rain, "belum lagi ajaran khusus dari keluargaku tentang tata krama, sopan santun saat makan, kesopanan berbicara, dan banyak hal lainnya."
Rain menggigit crepes yang Semi belikan untuknya. Begitu rasa manis menyapa lidahnya, iris biru Rain mencerah, dan sang perempuan menatap kagum Semi.
"Enak sekali, Eita!"
"Aku tahu kau akan menyukainya karena manis," sahut Semi memakan crepes yang dia beli.
"Mhm, setiap date kita harus beli ini!" ucap Rain mengangguk mantap, kini kembali menikmati crepes yang ada di tangannya.
Crepes sudah habis, kini mereka berdua masuk ke mall untuk sekedar melihat-lihat. Sesekali juga mereka berhenti ke tempat yang menjual makanan manis, atau sekedar tempat yang berhasil menarik perhatian Rain.
"Berapa lama kau akan tinggal di sini?" tanya Semi saat mereka sedang berada di food court, beristirahat setelah jalan-jalan.
Alasannya sih istirahat, tapi meja yang mereka tempati kini penuh dengan segala makanan, dari takoyaki, es krim, waffle, dan banyak makanan lainnya.
"Satu bulan," jawab Rain menyendok es krim yang baru dia beli, "jika dua minggu, aku akan menginap di rumah Wakatoshi tapi karena satu bulan, aku menyewa apartemen~"
Semi hanya memutar matanya mendengar penuturan sultan Rain.
Perempuan yang ada di depannya ini, Rain Victoria Eastaugffe, adalah seseorang yang lahir dari keluarga kaya. Rain adalah penerus resmi perusahaan keluarganya, yang terkenal dengan produk pakaian mereka. Walaupun tanpa status keluarganya itu, pribadi Rain sendiri sudah cukup menarik perhatian banyak orang. Rambut pirang panjang bergelombang, dengan iris sewarna dengan langit biru yang cerah, serta tubuhnya yang terbilang tinggi, tidak jarang orang-orang berhenti untuk memerhatikan penampilan Rain yang seperti model tersebut.
Dan perempuan ini, adalah kekasih Semi.
"Jadi kau belum memberitahu Wakatoshi atau keluarganya?" tanya Semi.
"Sudah," jawab Rain sudah selesai dengan es krimnya—kini berpindah ke waffle cokelat, "aku menelepon mereka saat sampai di bandara, setelah itu aku langsung kemari."
"Tunggu, kemari tanpa ada istirahat?" tanya Semi mulai khawatir dengan kondisi Rain.
"Aku sudah cukup istirahat saat berada di pesawat," jawab Rain mengerutkan alis tak suka, seperti anak kecil yang terciduk kurang tidur siang oleh orang tuanya.
"Bagaimana dengan barang-barangmu?"
"Sudah diantar langsung dari bandara ke apartemen."
"Siapa yang ada di apartemenmu?"
"Penjagaku, aku kemari dengan lima penjaga," jawab Rain sudah selesai dengan waffle-nya, "sudah puas?"
Semi menghela napas panjang lalu menggeleng, tangannya terangkat untuk mengelus rambut pirang Rain.
"Jangan paksakan dirimu, oke?"
"Tenang, semua tenagaku sudah terisi kembali oleh makanan yang kubeli~"
"Aku terkejut kau bisa makan itu semua, Rain."
"Hei, apa barusan kau memanggilku gemuk!?"
"Jelas-jelas aku tidak mengomentari berat badanmu, Rain."
***
"Jadi, tujuan selanjutnya?" tanya Rain saat mereka keluar dari mall.
"Melihat daun gugur."
Rain berkedip beberapa kali, kemudian menyeringai lebar.
"Bukannya lebih cantik melihat bunga sakura daripada daun?"
"Kalau kau tidak mau, kita bisa mengakhiri date kita hari ini—"
"Bercanda!" potong Rain panik, "kau terlalu serius, Eita," protes Rain mengembungkan kedua pipinya.
Kai ini Semi yang menyeringai.
"Aku hanya bercanda."
Tanpa menunggu balasan dari Rain, Semi meraih tangan sang perempuan lalu menggenggamnya. Semi menarik pelan tangan Rain, membawa sang perempuan ke tempat mereka yang selanjutnya.
Begitu sampai di tempat tujuan mereka, Rain melepas pegangan tangannya dari Semi, lalu berjalan menuju pagar pembatas.
"Uwah," Rain berdecak kagum melihat pemandangan yang ada di depan mereka.
Mereka berada di taman yang ada di dataran tinggi, hingga pemandangan Prefektur Miyagi secara keseluruhan terlihat.
"Aku tidak tahu ada tempat seperti ini," gumam Rain tersenyum.
Rain terlonjak kaget saat sensasi dingin menyapa pipinya. Rain menoleh ke sumber sensasi, melihat sebuah minuman kaleng yang sedang dipegang Semi.
"Karena tempatnya cukup jauh, tidak banyak orang yang kemari, jadi jarang ada yang tahu juga," jelas Semi.
"Ya, aku bisa lihat dari panjangnya tangga untuk kemari," sahut Rain terkekeh sambil membuka minumannya, "juga lamanya kita di mobil untuk kemari."
"Aku masih terkejut kau tidak kelelahan saat sampai di sini," komentar Semi menyesap minumannya sendiri, "penjagamu saja kelelahan, dan kau menyuruh mereka menunggu di depan pintu masuk taman yang ada di bawah sana."
"Hei, tenaga pemain voliku masih ada," sahut Rain, "aku melanjutkan klub voli di kuliah, asal kau tahu. Dan untuk penjagaku, mereka tidak perlu sampai di sini, 'kan ada Eita."
"Oh tunggu, kau melanjutkan klub volimu?"
"Ya, bagaimana denganmu?"
"Aku ikut klub band di kuliah," jawab Eita enteng, sudah menghabiskan minumannya.
Rain menatap ke arah Semi, ekspresi kaget terlukis di wajahnya. Rain lalu mendekatkan dirinya ke Semi, ekspresi penuh antisipasi kini memenuhi wajahnya.
"Benarkah? Aku jadi ingin melihat penampilanmu."
"Di lain waktu," sahut Eita menjitak kening Rain, membuat sang perempuan mengaduh kesakitan dan mundur selangkah dari sang laki-laki.
Rain terdiam cukup lama, sebelum akhirnya tersenyum senang.
"Aku akan menantikan waktu itu datang."
Semi hanya membalas senyum Rain, sebelum akhirnya bersandar pada pagar pembatas.
"Lalu, bagaimana date hari ini?"
"Oh, menyenangkan!" jawab Rain langsung, "terima kasih sudah mengajakku date hari ini, Eita—walaupun sebenarnya aku yang meminta kita date begitu aku datang ke Jepang."
Semi melihat Rain yang masih tersenyum, kemudian dirinya meraih tangan kanan Rain, lalu mengecup punggung tangan Rain.
"Anything for you, Milady."
Pipi Rain merona mendengar ucapan Semi, membuat sang laki-laki mengangkat sebelah alis dengan heran.
"Kau marah dipanggil Ojou-sama, tapi kau malu saat dipanggil Milady?"
"Hei, karisma mereka berbeda walaupun makna mereka sama," jawab Rain, "terlebih lagi kau mengatakannya setelah mencium tanganku!"
"Dan kau tidak menarik tanganmu," balas Semi sedikit memutar tangannya hingga kini jari-jari tangan mereka berpaut satu sama lain.
"Untuk apa?" tanya Rain, "sudah lama aku tidak berpegangan tangan dengan pacarku."
Semi hanya mendengus geli, tidak mengatakan apa-apa karena apa yang Rain ucapkan itu memang benar adanya.
"Tapi sekali lagi terima kasih," ucap Rain menyandarkan kepalanya ke pundak Semi—pandangannya tertuju pada pemandangan Prefektur Miyagi, "sudah melakukan semua hal yang ingin kulakukan saat kita SMA dulu, date, melihat daun gugur, dan merasakan makanan yang hanya ada di musim gugur."
Semi melirik ke arah Rain, lalu sedikit mengeratkan pegangannya pada tangan Rain.
"Ya, aku juga, Rain."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top