枫 - Bab Enam
Yisa sedang menyeruput jus jeruknya sambil mengamati pria yang duduk di sebrang mejanya.
"Kapan pameran fotonya?" tanyanya sambil mengemil kentang goreng sisa penutup. Kafetaria di Mall Taichung sore itu agak ramai. Samar-samar suara musik entah dari mana, langkah sepatu orang-orang yang lewat, dan beberapa kesibukan ramai di balik dinding kasir kafetaria itu bercengkrama dengan suara bincang-bincang para pelanggan.
Ken berpaling menatapnya, tersenyum. "Aku tidak tahu tepatnya kapan, tapi yang pasti setelah aku ujian dan laporanku selesai. Kami menikmati karya kami sendiri." Ia mengangkat tangannya, menunjukkan sebuah gambar yang di ambil dari pesisir pantai dari kamera DSL-Rnya.
"Cantik sekali." Yisa mendesah, menatap gambar itu dengan takjub. Ken tersenyum.
"Kita menikah di sana, ya?"
Kali ini Yisa hampir tersedak, ia menatap pacarnya kaget. "Kau. . .serius?"
"Kenapa? Tidak suka?"
"Bu---bukan. Menikah---sepertinya terlalu cepat." Yisa merasakan pipinya memanas seketika.
"Oh---tidak. Aku tidak mengajakmu menikah sekarang. Maksudku, aku berandai kita bakal menikah di sana suatu hari nanti," sahut Ken santai sambil tersenyum lebar kemudian mencubit hidungnya dengan gerak main-main.
Degup jantung Yisa beralih normal, ia lega.
"Oh ya, hari ini aku antar sampai rumah, ya. Aku ingin mengambil tahu pesananku dari ayah," sahut Ken memutar kemudi beralih topik, seperti tahu keinginannya.
"Kau memesan tahu? Jarang sekali. . ." susur Yisa sedikit memicingkan mata memandang Ken yang hendak tertawa.
Ayah Yisa adalah seorang pembuat tahu paling terkenal di Taichung. Ia menjual hasil panennya ke pasar, bahkan hampir tiap hari ia memproduksi tahu buatannya sendiri di rumah. Ayah Yisa bukan seseorang yang besar hingga memiliki pabrik tahu sendiri. Tapi karena di Taichung berbeda dengan di Taipei, maka menjualnya ke pasar dan dikenal beberapa orang di kota kecil ini saja sudah sangat lumayan untuk penghasilannya setiap hari.
"Aku sedang ingin saja. Siapa tahu bisa di ajari oleh ayah cara membuat tahu yang enak, gurih dan nikmat sepertimu."
Yisa terkesiap kecil. "Aku enak, gurih dan nikmat?" tanyanya heran.
"Kau itu kenikmatan yang tiada duanya, sayangku."
Yisa mengerang. "Oh astaga. Sepertinya aku tahu kalimat-kalimat gombalmu itu," ujarnya sembari menahan tawa. Ken sudah terbahak lebih dulu.
"Sebetulnya aku ingin mengatakan ini---"
"Ah, ya aku tahu. Kau pasti ingin izin dari jadwal mengantar-jemputku, kan?"
Mata Ken melebar terkejut. "Dari mana kau tahu?"
"Aku bisa merasakannya hanya sekali dengar gombalanmu itu."
"Ah, pacarku. Kau sangat perhatian." Tangan Ken menjulur, kembali mencubit hidungnya, kali ini lebih gemas sambil tertawa.
"Memangnya sebanyak apa tugas portofoliomu sih, kalau boleh kutahu?" tanya Yisa sambil mencondongkan tubuh mengambil kamera Ken lalu mengoperasikannya sendiri.
"Ah! Aku tidak sanggup mengatakannya. Aku harus pergi ke Gunung Ali untuk sesi foto pemandangan alam. Bukan hanya gunung. Karena maksimal dua, aku harus ke pantai Fulong---"
"Tunggu. Kenapa di Taipei semua?" potong Yisa cepat. Ken memberenggut.
"Dosenku yang menyuruh kami sekalian wisata dan mencari objek foto di sana. Menyebalkan, bukan? Padahal aku sudah bilang untuk pergi ke taman Tamsui yang dekat saja, tapi dia bilang terlalu biasa. Ah, pria itu, sombong sekali," tutur Ken sedikit penuh tekanan karena gemas. Yisa tersenyum kecil.
"Aku tidak masalah. Asal kau tidak meninggalkanku."
Ken menarik senyum sambil menatapnya. "Terima kasih, sudah mengerti. Oh ya, aku juga sudah bilang pada Martin untuk menggantikanku besok. Karena besok aku harus bekerja tim untuk menyelesaikan portofolio itu," jelas pria itu lagi.
Mendadak, senyum Yisa surut, ia memandang pacarnya pelan.
"Aku bisa pergi sendiri, Ken."
Ken beralih dari kamera, berubah memandangnya lurus. "Yisa, tidak. Kau tahu kesepakatan kita, kan? Kau tidak boleh sendiri, kesehatan dan fisikmu itu. Lagi pula, kau harus ditemani check up supaya aku tidak diomeli ayahmu. Kau tahu ayahmu begitu mencemaskanmu."
Yisa terdiam sejenak, berpikir lebih dalam dan berusaha mengingat kenapa setelah kejadian beberapa bulan yang lalu itu semua orang sangat mencemaskannya. Terlebih ibu yang tinggal di Wina. Setiap malam menelepon hanya menanyakan kabar dan mengobrol sebentar. Padahal, setelah bercerai dengan ayah, ibu adalah seorang wanita karir yang sangat sibuk dengan pekerjaan. Bahkan sewaktu Yisa sekolah saja, ibu sangat jarang mengobrol dengannya, malah berbalik ayahnya dari Taichung yang sering menelepon.
Cara khawatir keduanya berbeda. Begitu pula Ken. Tetapi, sebagai sahabat yang sudah tahu luar dalam hubungannya dengan Ken, apakah Martin juga mengkhawatirkannya?
"Aku tahu kau agak resah karena aku sering kali mengikutsertakan Martin di dalam hubungan kita. Tapi," Ken menatapnya, berharap ia mengerti, "hanya dia orang yang kupercayakan kau aman di sisinya."
Hati Yisa mendesir hangat. Seperti ada angin lembut berembus dalam pikirannya, mengkalutkan suasana ramai pada bayang-bayang yang pudar di kepalanya. Kenapa setiap kali memikirkan Martin Lun rasanya selalu sama seperti memikirkan Ken Chu? Bertolak belakang tetapi tak bisa ia lepas.
Perasaan ini salah, Yisa tahu jelas itu. Tetapi bagaimana cara mengelaknya?
Sejak kali pertama bertemu Martin Lun, Yisa selalu merasakan hangat yang sama seperti yang ia nantikan. Siang itu di taman depan sekolah, walau hanya beberapa detik, tapi Yisa bisa ingat dengan jelas saat Martin tersenyum ke arahnya untuk pertama kali lalu beranjak buru-buru. Ia pikir Martin adalah seseorang yang angkuh karena kebesaran namanya yang diceritakan oleh Ken. Tetapi ternyata ia salah. Martin bukan seseorang yang dibayangkannya selama ini. Bahkan di luar perkiraannya, ia melebihi dari apa yang diharapkan.
"Kenapa kau begitu mempercayainya?" tanya Yisa lurus.
Ken terdiam sejenak, menatap kameranya sambil berpikir. Kemudian, pelan-pelan ia tersenyum lalu berpaling melihatnya.
"Karena dia adalah sahabatku."
***
Teman-teman yang baik boleh pencet bintangnya ya^^ terima kasih buat yang sudah baca dan semoga jangan bosen dulu ya di part selanjutnya saya taro bom lagi dan berharap bisa meledak tepat waktu.
Hao le, ming tian jian!^^
(Revisi 15 Febuari 2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top