42 : Ippo vs Sangkala
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
Sangkala menyeringai lebar, tatapannya penuh tekanan. "Bicara mu cukup besar, manusia. Aku ingin melihat apakah kau bisa mendukung kata-katamu dengan tindakan."
Mereka berdua bersiap untuk bertarung. Dari tubuhnya, Sangkala mengeluarkan aura gelap yang sangat pekat. Ippo memandangnya dengan serius.
'Auranya lebih buruk dari Arai Purok.' Batin Ippo.
Sangkala meluncur maju, ia melancarkan pukulan bertubi-tubi dengan kecepatan yang sulit diimbangi mata manusia. Namun, meski hanya memiliki satu mata yang tersisa, Ippo dengan refleks yang cepat mampu menghindari serangan-serangan tersebut dengan lincah. Setiap kali tinju Sangkala mendekat, Ippo dengan sigap menghindar dan menghalau dengan tangan besinya yang kuat.
Sangkala bersiul akibat serangannya yang mampu ditahan dan dihindari dengan sangat mudah oleh seorang manusia. Bentrokan antara tinju Sangkala dan tangan besi Ippo melahirkan kepulan asap tipis dan getaran kuat. Tanah di sekitarnya terusik, dan serpihannya melayang di udara.
"Kau mungkin bisa menahan seranganku, tapi sampai kapan mau bertahan?" ujar Sangkala sembari melancarkan serangan bertubi-tubi yang semakin ganas.
Dalam tayangan lambat, Ippo melihat celah dan segera melesatkan telapak tangan besinya sebagai serangan balasan tepat ke perut Sangkala.
"Wiraga," gumam Ippo.
Sebuah gelombang kejut membuat Sangkala memuntahkan darah hitam dari mulutnya dan terpental hingga membentur dahan pohon dekat sumur tua.
"Kekuatan kalian hanya membawa kematian dan kehancuran. Aku tidak akan membiarkan kalian berkeliaran di muka bumi," kata Ippo dengan suara tegas. "Jika serangan sejenis wiraga dan waringin sungsang bisa memberikan kerusakan yang besar pada para pengguna ilmu hitam, sudah pasti dampaknya lebih parah jika langsung ke iblis, kan?"
Wiraga adalah jurus pukulan gelombang kejut yang dihasilkan oleh tangan kiri besi Ippo. Saat jurus ini dilancarkan, gelombang kejut energi positif terpancar melalui udara, menghantam musuh dengan kekuatan yang luar biasa. Dampaknya melibatkan kombinasi getaran dan atma yang dapat meruntuhkan pertahanan ilmu hitam dan meninggalkan efek kejut sementara pada tubuh lawannya.
Sangkala bangkit dengan ekspresi senang, senyum lebarnya belum pudar. "Untuk ukuran manusia, kau memang agak sedikit menggigit, tapi masih kurang." Ia melebarkan kuda-kuda, dalam sekejap ekspresinya berubah agak serius. Aura kelam semakin kental menyelimutinya.
"Angkara sangkara, rong sengkala kala. Tlatahing yuta, tanahing kerta. Kene kang-kanthi, kala kang gelap, amuk bener wus kelabu."
(Dengan kesaktian yang gelap, dua waktu terlipat. Terkoyaknya alam semesta, keruntuhan bumi. Di sini, dalam kegelapan waktu, kemarahan yang hakiki telah mengaburkan segalanya)
Iblis itu merapalkan sebuah mantra gelap. Getaran kegelapan menciptakan lingkaran hitam di sekitar areanya berpijak, membuat Sangkala terlihat semakin mengerikan. Bayangan iblis itu bergerak keluar dari tanah, melesat dan melebar menjadi kegelapan berbentuk kubah yang menutupi area belakang.
Ippo merasa tertekan di tengah suasana yang mendadak gulita ini, tetapi ia berusaha tetap tenang. Pria rambut belah tengah itu memasang kuda-kuda yang kokoh sambil menutup matanya, ketajaman telinga dan tangan besinya menjadi inti pertahanan. Ia berniat untuk memblokir apa pun yang akan Sangkala berikan.
"Aku maju." Suara Sangkala terdengar dari segala penjuru, membuat Ippo merasa gelisah karena belum mengetahui dari arah mana Sangkala akan maju.
Dari depan, Sang Iblis melesat ke arah Ippo dengan cepat, ia hampir tak terdeteksi. Dengan satu pukulan tangan, Sangkala mampu menembus pertahanan Ippo dan mendaratkan tinju tepat ke dadanya.
Ippo terdorong mundur sambil memuntahkan darah dari mulutnya, namun ia masih belum terjatuh. Dengan tekad yang kuat, Ippo memasang kuda-kuda kembali, mempertahankan posisinya berdiri.
"Apa omong kosongmu sudah habis?" Dari balik kegelapan, Sangkala menatap Ippo dengan penuh keangkuhan.
"Aaaaa ... kayaknya emang enggak bisa, ya," gumam Ippo.
Mendengar itu Sangkala tertawa, lalu merubah ekspresinya menjadi datar. "Ku tarik kata-kataku sebelumnya. Kau terlalu lemah, jauh di bawah para Satu Darah itu."
Ippo melebarkan kedua kaki dengan tangan kiri di depan, terkepal menghadap tanah. Ekspresi pria itu berubah total. Aura di sekitar tubuhnya pun ikut berubah seiring dengan keseriusannya. Rambut pria itu menari-nari ditiup angin yang mendadak berembus kencang di area sekitarnya.
"Kayaknya emang engak bisa setengah-setengah," lanjut Ippo dengan nada datar dan terdengar serius.
Atma yang berkumpul secara tak wajar di tangan besi Ippo membuat Sangkala merinding. Sebelum iblis itu menyadari apa yang terjadi, Ippo sudah berada di sebelahnya.
'Orang ini bisa menemukanku di tengah mantra genta bayangan?' Batin Sangkala.
Tekanan yang diberikan Ippo membuat Sangkala terlambat melakukan pergerakan. Di sisi lain, Ippo sudah siap untuk memberikan serangan dengan dampak kerusakan yang tajam. Dengan cepat dan akurat, Ippo melesatkan sebuah tinju ke arah kepala Sangkala.
Hanya saja, tubuh Ippo tiba-tiba tersentak ketika sebuah telapak tangan mencengkeram tenggorokannya. Bola matanya bergerak ke sisi kanan, menangkap kehadiran Rawantu yang lebih tipis daripada Sangkala.
Rawantu menatap lengan besi milik Ippo. "Benda ini berbahaya." Ia menarik tangan itu hingga membuat Ippo merintih kesakitan.
"A-apa yang kau ... lakukan, sialan?!"
Rawantu menendang lengan kiri Ippo dengan dengkulnya, lalu kembali menariknya dengan satu hentakkan keras hingga membuat darah bercucuran karena tangan palsu milik Ippo, kini tercabut dengan paksa dan melukai pria itu.
"AAAAAAAA!" jerit Ippo kesakitan.
"Rawantu, jangan menghalangiku," ucap Sangkala dengan raut gusar.
Rawantu menatap datar pada rekannya. "Jika tak ku hentikan, kau akan membunuh manusia ini, kan?"
"Itu bukan urusan mu," balas Sangkala.
"Manusia ini terlalu lemah. Tanpa tangan palsunya, ia hanyalah manusia biasa yang sama sekali tidak bisa melukai kita. Membunuhnya hanya membuang waktu, lagi pula, kita masih ada urusan yang harus diselesaikan."
Sangkala menghela napas. "Kau benar, ayo kita pergi dari tempat ini dan mencari keberadaan Satu Darah."
Mantra milik Sangkala luntur sehingga mereka bertiga kembali ke dimensi yang seharusnya. Namun, saat kedua iblis itu hendak pergi, Ippo bangkit kembali.
"Mau ke--mana?" Pria itu memandang kedua iblis tersebut dengan sorot mata yang tajam. Tangan kanannya memegangi lengan kirinya yang mengalami pendarahan.
Sangkala dan Rawantu berjalan mengabaikan Ippo. Melihat kedua lawannya yang angkuh, Ippo berlari dan menarik Rawantu.
"Seharusnya kau diam saja dan jangan memaksakan diri." Rawantu berputar arah dan mendang kepala Ippo hingga lawannya tersungkur di tanah. Iblis itu menginjak-ingjak kepala Ippo dan menempelkannya di tanah.
Ippo berusaha mengangkat kaki Rawantu dari kepalanya sambil sesekali meliriknya gusar. Melihat sorot mata Ippo, Rawantu yang berekspresi datar itu menatap balik.
"Begitulah seharusnya kalian memandang kami," ucap Rawantu pada Ippo. "Mendongak."
Ippo masih berusaha, tetapi semua upayanya terasa sia-sia. Bahkan dengan sisa tenaganya, ia tak bisa melepaskan kaki Rawantu dari kepalanya.
Pada satu momen, Rawantu melepaskan kakinya dari kepala Ippo yang hanya diam berbaring di tanah tanpa perlawanan. Pria itu kini memliki tatapan kosong. Mengetahui letak perbandingan kekuatan mereka, Ippo merasa frustasi dan tak berdaya. Rasanya, berjuang pun percuma.
"Nikmatilah keputusasaan itu, manusia" lanjut Rawantu lagi.
Sangkala dan Rawantu berjalan meninggalkan Ippo seorang diri di halaman belakang. Begitu mereka berjalan melewati pintu utama dan pergi ke arah gapura, Maya yang tak menemukan kehadiran Ippo pun memutuskan mencarinya ke halaman belakang.
"Aaaa!"
Namun, betapa terkejutnya Maya ketika melihat halaman belakang dalam kondisi berantakan. Ditambah lagi, Ippo masih berbaring dengan tatapan kosong dan tangan kiri penuh darah.
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top