82 : Rizwana Radja Maheswara
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Rizwana Radja Maheswara, bocah kecil itu dididik menjadi mesin pembunuh. Tak ada hari tanpa membunuh, tak ada hari tanpa terluka. Septa mendidiknya untuk membalaskan dendam keluarga Angkhara yang dibantai bertahun-tahun silam oleh Jiwasakti karena dianggap berkhianat.
Septa menanamkan sebuah kutukan darah pada Rizwana. "Kamu sudah tau semua rencana ayah. Untuk sementara waktu, kamu akan melupakan siapa diri kamu. Ini demi kebaikan kamu supaya enggak terdeteksi oleh siapa pun."
Rizwana hanya seorang anak kecil saat itu, ia menangis ketika Septa membuat kontrak darah untuk yang pertama kalinya. "Ketika kamu berusia tujuh belas tahun, kamu akan mengingat kembali siapa diri kamu. Saat itu, ketika kamu mulai tumbuh dan mampu memilih jalan hidup kamu sendiri, ada kemungkinan kamu berusaha menolak rencana ayah, dan berusaha membeberkan rencana tersebut pada orang lain. Kontrak darah akan berakhir, darah Angkhara itu akan langsung menghancurkan jantung kamu. Jangan coba-coba berkhianat!"
Rizwana kecil tiba-tiba mengantuk, lalu tertidur. Hingga ketika ia terbangun, ingatannya telah dimanipulasi agar mencegah kebocoran informasi.
Septaraja—Yoga Maheswara—tidak. Naga Angkhara, pria itu diam-diam menyimpan rencana untuk membalaskan dendamnya terhadap keluarga Angkhara yang dibantai oleh Jiwasakti. Ia bertujuan untuk menunggu Kei, Sang Yudistira pada era itu melemah dan mewariskan kesaktian tersebut pada anaknya. Tentu saja Yudistira yang baru tak akan langsung matang. Septa mengincar momen itu untuk merebut kekuatan Yudistira. Tentu saja, untuk mengalahkan Jiwasakti, dibutuhkan kekuatan Yudistira.
***
Hari yang tak pernah dinantikan oleh Rizwana akhirnya tiba, ketika ia semakin mendekati hari ulang tahunnya yang ketujuh belas. Tubuhnya mengalami seuatu perubahan. Seiring dengan kembali ingatannya, Rizwana sering gemetar dan kehilangan kendali atas dirinya. Memori-memori silam dan rencana-rencana ayahnya terus menghantui dalam bentuk mimpi, hingga perlahan ingatan itu membaur kembali di dalam benaknya.
Aku harus memberitahu Harits dan Kenzie tentang hal ini ....
Rizwana telah memilih jalan hidupnya. Ia tak ingin mengikuti rencana ayahnya dan berusaha membeberkan hal itu, tetapi semua sudah dalam genggaman Naga Angkhara. Setiap kali Rizwana berusaha membuka rahasia, jantungnya seakan diremuk, hingga tak jarang ia memuntahkan darah. Semakin besar hasrat untuk membeberkan rencana itu muncul, maka akan semakin sakit yang Rizwana rasakan.
Namun, Rizwana ragu. Jika ia mati tanpa membeberkan rahasia ayahnya, tentu saja Septa akan mecari jalan lain, yang nantinya tetap akan membahayakan semua orang. Rizwana memutar otak agar ia mampu memberikan informasi ini dalam satu waktu, agar kematiannya tak akan sia-sia. Ia bersabar dan menunggu waktu yang tepat.
Rizwana memutuskan untuk berpura-pura mengikuti ayahnya, sambil mencari seseorang yang ia percaya memiliki kemampuan berguna dalam menangkap informasi tersebut. Sebenarnya dalam catatan ayahnya, pria itu paling menghindari Tama. Oleh karena itu, Rizwana membidik Tama yang memiliki psikometri, tetapi Septa rupanya mengawasi setiap gerak-gerik putranya itu agar tidak bisa sembarangan melancarkan aksinya. Semua serasa sudah ada di tangan Septa, Rizwana tak berkutik.
***
Tepat di hari itu, Harits dan Kenzie memberikannya sebuah hadiah ulang tahun. Sejujurnya Rizwana hampir menangis. Hanya dirinya yang tahu, bahwa kelak ia akan mengkhianati mereka semua tanpa kemauannya sendiri. Perlahan kendali atas dirinya memudar. Septa berusaha menggerakkan tubuh Rizwana dengan darah terkutuknya, tetapi Rizwana berusaha menahannya agar bisa lebih lama menghabiskan waktu bersama kedua sahabat ... tidak, kedua saudaranya.
"Apa kita bisa kayak gini selamanya?" ucap Rizwana dengan tatapan getir.
"Jelas! Enggak ada yang enggak bisa nyahahaha."
"Apa—ketika salah satu dari kita kehilangan arah dan berubah, kita masih bersaudara?"
"Jika salah satu dari kita kehilangan arah, jangan pernah memutuskan hubungan ini. Cukup sadarkan dia kembali ke jalan yang benar. Itu tugas dari keluarga, kan?" balas Kenzie.
Senyum itu terlihat getir. "Ya, lu bener. Enggak perlu ada yang dikhawatirkan kalo gitu." Ia hanya bisa percaya bahwa suatu saat Harits dan Kenzie akan mengerti maksud dari tujuannya.
***
"Dalam waktu dekat, aku akan membunuh diriku sendiri," ucap Septa.
"Kenapa ayah melakukan ini semua?"
"Aku ingin semua orang yang terlibat dalam kejadian itu menderita," jawab Septa. "Aku sudah menanam darah terkutuk padamu, aku akan selalu hidup dalam dirimu."
"Setelah itu apa yang akan terjadi?"
"Setelah menghancurkan apa yang dilindungi oleh Jiwasakti, aku akan mencari orang itu dan membunuhnya."
"Apa menurut ayah itu akan berhasil?"
"Aku adalah keturunan campuran. Kau akan berbohong dihadapan mereka tentang asal usulmu untuk menutupi jejak yang aku buat. Aku akan muncul diakhir menjadi kejutan besar. Dengan darah terkutuk, aku bisa mengendalikan orang yang sudah tercemar, dengan membangunkan Iblis yang ada di dalam diri mereka."
"Hanya karena itu, ayah membunuh ibu?"
"Ibumu hanya alat untuk melahirkanmu. Kelak, kau akan berbohong bahwasanya ibumu adalah seorang Angkhara. Tidak ada yang tahu tentang kematian wanita itu, hal itu akan membuat polisi mencari keberadaan yang fana. Kau akan melanjutkan rencana ini, aku akan beristirahat untuk sementara waktu dan terus mengawasimu, lalu ibumu akan dicari karena mereka berpikir bahwa dialah Angkhara yang menjadi penyebab kematianku."
***
Rizwana berada dalam kendali Septa, tetapi ketika Septa merasa lelah, Rizwana mampu mencuri kesadarannya walau hanya sesaat.
Tujuh keluarga terkutuk sudah menunggu untuk dipimpin. Septa sudah menyiapkan semuanya. Kini Rizwana yang berdiri sebagai pimpinan Kencana Selatan. Ia bergerak mengatasnamakan pembalasan terhadap Maheswara.
Tragedi Maheswara juga terjadi akibat rencana Angkhara. Sedari awal, Maheswara tak pernah berkhianat. Hanya saja, pria yang mengaku sebagai Yoga Maheswara itulah yang memprovokasi Yudistira dengan tuduhan-tuduhan palsu, bahwa Maheswara bersekongkol dengan Angkhara. Siriz ikut andil dalam kasus yang satu ini.
Tentunya tragedi hancurnya Maheswara itu akan menimbulkan dendam. Indra Maheswara, pemilik tombak Cakra Langit pada saat itu terlalu kuat. Nagara menemui Gentar Martawangsa dan memberitahu cara untuk memanggil topeng Rahwana. Ia berjanji akan membantu Gentar untuk memulai Sanghara dengan topeng terkutuk itu. Rencana ini yang pada akhirnya membuat Indra bergerak untuk melakukan kudeta pada Yudisitra saat itu, Kei Yudistira. Septa mengincar tombak-tombak para Maheswara.
Nagara sadar, bahwa kemampuan Angkhara berpotensi mampu melebihi kesaktian Jiwasakti. Nagara merupakan warisan masa lalu seperti halnya Mikail Sagara dan Gentar Martawangsa. Ratusan tahun ia merencanakan ini semua. Bahkan, Siriz merupakan salah satu anaknya yang gagal.
Masa lalu Nagara perlahan masuk ke dalam benak Rizwana. Itu semua terjadi karena kontrak darah. Semua penderitaan Nagara seakan berpindah pada Rizwana, tetapi hal itu bukanlah pembenaran untuk sebuah rencana gila untuk membunuh dunia. Rizwana paham akan hal itu dan berusaha menjaga kewarasannya.
***
Rizwana berdiri menatap Ken yang sedang berbaring di kasurnya. Saat membuka matanya, Ken tersenyum menatap keberadaan Rizwana.
"Gua bisa bikin lu sembuh," ucap Rizwana. "Lu cuma harus setuju sama apa yang nantinya gua perbuat."
Ken menatap air mata Rizwana. Hidup dan tinggal bersama Rizwana, membuat Ken paham arti tatapnya. Rizwana seolah berkata jangan.
"Enggak perlu. Harits masih berusaha, jadi jangan khianatin usaha dia," balas Ken.
Rizwana mengambil pisau dan menggores lengannya hingga berdarah. "Darah ini bisa nyembuhin penyakit lu."
"Hukum kimia apa yang bisa bikin darah jadi obat penyakit garang ini?"
"Ini bukan soal ilmu pengetahuan. Ada ilmu yang enggak akan bisa dipahami sama manusia," balas Rizwana.
"Ilmu hitam?" Ken memicingkan matanya. "Mending gua mati, daripada berurusan sama ilmu hitam."
Tatapan Rizwana berubah menjadi kosong. Ia mengambil suntikan, dan menyuntikan darahnya ke dalam infus Ken. "Kalo gitu, selamat tidur panjang."
Darah yang mengalir menjadi racun. Ken merasakan sesak. Rizwana tersenyum menatap Ken yang sekarat, tetapi matanya menitihkan air mata.
"Gua enggak tau apa yang udah lu alami, tapi kalo lu butuh bantuan, jangan simpen semuanya sendiri. Seenggaknya masih ada Harits, dia yang akan nolongin lu ... kita bertiga ... bersaudara, kan?" Suara Ken semakin lirih. "Inget lagu yang Harits nyanyiin kalo kita lagi kumpul? Don't carry the world upon your shoulders ...." Ken menyanyikan potongan lirik dari lagu The Beatles, Hey Jude sambil tersenyum.
Air matanya semakin deras mengalir, tetapi tawanya juga semakin nyaring. Pintu terbuka, Harits masuk ke dalam ruangan. Harits menatap pada layar yang menampilkan detak jantung Ken yang berhenti. Kini matanya menatap tajam ke arah Rizwana. "Apa yang lucu?"
Rizwana tak membalas. Ia justru semakin terbahak-bahak. Hal itu membuat Harits marah. "Apanya yang lucu?!"
***
Waktu terus bergulir. Pada satu kesempatan, Rizwana bertemu dengan Kirana. Gadis itu terlihat kesepian. Rizwana paham arti dari tatapnya yang kosong menatap danau kala itu.
Septa mengetahui bahwa gadis ini memiliki kemampuan, pada akhirnya Septa yang bergerak dengan tubuh Rizwana melakukan pendekatan, hingga perlahan ia mampu masuk ke dalam alam bawah sadar Kirana melalui kemampuannya.
Bertahun-tahun Septa mengawasi Kirana, akhirnya ia mengetahui bahwa gadis itu adalah bagian dari Tantra. Sambil menyelam, minum air. Septa mengawasi pergerakan Chandra melalui Kirana dan mencari celah untuk mengambil kekuatannya
Bukan hanya itu, ketika Nada masuk menggunakan psikometrinya ke dalam ingatan Kirana, Septa dan Rizwana mengetahui itu. Sosok Nada muncul dalam alam bawah sadar Kirana, membuka sebuah kotak hitam yang tak siapa pun dapat membukanya. Kotak itu berisi memori.
"Anak itu memiliki kemampuan psikometri ... aku harus membunuhnya," ucap Septa.
Gadis itu enggak boleh mati. Aku harus ngelindungin dia sampai aku bisa ngungkapin semua rencana ayah.
Rizwana dan Nagara berperang untuk membunuh dan melindungi Nada.
***
Secene berpindah. Kala itu, Rizwana berusaha merebut kekuatan Yudistira. Ia menarik paksa jiwanya untuk keluar. Tentu saja, kemampuan ini ia dapatkan dari latihan selama ratusan tahun. Nagara ingin mencabut jiwa milik Jiwasakti dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk dirinya sendiri. Kini hal itu ia terapkan untuk menarik paksa jiwa milik Yudistira.
Beruntung, Yudistira memiliki dua kesadaran yang berbeda, Chandra yang memiliki mata penguasa, dan Surya yang memiliki mata ketiga. Nagara hanya mampu merebut Surya. Rizwana tak membiarkan Nagara mengambil Chandra, ia memberontak hingga Nagara hilang fokus saat melancarkan jurusnya. Chandra bisa selamat, karena ada campur tangan Rizwana di dalamnya.
Rizwana juga berusaha untuk menggagalkan aksi bunuh diri Kirana, tetapi Nagara lebih kuat. Ia berjanji akan menghidupkan kembali Kirana, dan membuatnya lebih baik seakan terlahir kembali. Rizwana menitihkan air mata ketika Kirana melompat dari atap sekolahnya. Sementara sosok lain yang menghuni tubuhnya tertawa. Hal yang sama terjadi, ketika ia meratapi kematian Ken.
Setelah insiden Surya dan Kirana, Tantra di bawah komando Chandra melakukan serangan balasan. Harusnya Rizwana mampu membunuh mereka semua, tetapi ketika Harits datang, pria dengan tombak Karara Reksa itu memilih mundur. Ia berusaha mengambil alih tubuhnya untuk mundur, dengan harapan mereka semua tumbuh dan menjadi lebih kuat untuk bisa mengalahkannya suatu hari nanti.
Rizwana juga menanamkan darahnya pada Nada, tetapi Nada sama sekali tak seperti orang-orang yang terkena darah terkutuk, ia seakan tak apa-apa. Hanya sedikit kerasukan, dan kemudian sembuh.
Rizwana memecah kesadarannya, sebagaimana ayahnya melakukan hal itu. Itu kali pertama ia mengendalikan kemampuan Angkhara dalam dirinya. Rizwana memiliki tangan kiri keputusasaan dan tangan kanan harapan. Jika ia memiliki racun, tentunya Rizwana juga memiliki penawarnya. Ia menyembuhkan Nada dari darah terkutuk yang Nagara berikan. Nada merupakan prioritas utamanya untuk membeberkan rencana ayahnya dalam satu waktu.
***
Maju ke waktu di mana Rizwana memimpin Kencana Selatan. Septa sudah bangkit dan menyembunyikan identitasnya menggunakan perban yang menyelimuti tubuhnya. Ia menggunakan namanya Naga Angkhara, dan disingkat menjadi Nagara, lalu memakai nama belakang Sailendra. Nagara Sailendra muncul untuk menggantikan posisi Wira Sakageni yang waktu itu berkhianat.
Kemunculan Wengi yang mengejutkan para petinggi Kencana Selatan pun menjadi salah satu keuntungan dari Rizwana. Ia paham, bahwa Wengi adalah seorang agen ganda. Pada suatu malam, Rizwana yang mampu merebut kesadarannya, datang menemui Wengi.
"Apa aku bisa percaya padamu?" tanya Rizwana.
"Tantu saja, aku ini loyal," balas Wengi.
"Aku tahu siapa dirimu, Wengi. Kau ada di sini untuk menghancurkan kami dari dalam, kan? Agen ganda."
Kala itu Wengi hendak membunuh Rizwana karena mengetahui identitasnya, tetapi lagi-lagi Rizwana bertanya. "Apa aku bisa percaya padamu?"
Wengi memicingkan matanya. "Apa maksudnya?"
Rizwana tersenyum. "Aku tidak bisa mengatakan apa pun. Hanya saja, ketika aku memerintahkan kalian, para Komandan. Lakukanlah hal yang sebaliknya."
"Kenapa aku harus mematuhimu?"
Darah keluar dari mulut Rizwana. "Karena aku percaya padamu."
Dari percakapannya semalam, ketika Rizwana memerintahkan untuk menangkap Nada, artinya Wengi mendapatkan perintah sebaliknya. Secepat mungkin, Wengi memberikan peringatan pada Jaya dan juga anak-anak Mantra untuk melindungi Nada, karena ia menjadi target dari Kencana Selatan. Wengi tak tahu motif sebenarnya dari Rizwana, tetapi ia sadar, bahwa sesuatu yang janggal terjadi. Rizwana tak ingin Nada ditangkap.
Nagara tak tinggal diam, ia memerintahkan Ganapatih untuk membunuh Wengi. Pada hari itu, Ganapatih datang menemui Wengi dan berbicara perihal Ettan yang akan membunuh Jaya. Nagara juga memerintahkan Ettan untuk menunggu di jalur utama. Jika Wengi datang, maka ia harus dibunuh karena jelas terbukti bahwa ia adalah mata-mata dan khawatir pada Jaya. Sebaliknya, jika Wengi tak datang, maka ia memang tak peduli pada Jayasentika. Pada akhirnya Wengi datang, dan Ettan berhasil membunuhnya.
Mengetahui itu, Rizwana berduka. Ia menangisi kematian Wengi. Nagara selalu menutup jalan yang berusaha dibuka oleh Rizwana. Sosok ayahnya itu selalu selangkah di depan Rizwana dan membunuh siapa pun yang menjadi kaki tangan Rizwana.
***
Malam itu Rizwana berhasil menangkap Harits yang sedang gundah karena patah hati. Nagara memanfaatkan momen itu untuk memaksa Harits menjadi bagian dari pasukan dark indigo.
"Jangan sentuh Harits!" ucap Rizwana dalam dirinya, ia menatap sosok ayahnya yang sedang tersenyum.
"Patuhi ayahmu, jika tak ingin satu persatu orang di sekitarmu menderita, Rizwana."
Rizwana menolak. Darah terkutuk masuk ke dalam tubuh Harits. Iblis mulai menguasai kendali atas pemuda itu. Namun, Cakra, Deva, dan Wira datang untuk membawa Harits pulang. Rizwana berusaha untuk membantu mereka.
Pada kesempatan itu, Cakra dan Deva berhasil menghancurkan belenggu yang mengekang Harits, tetapi faktanya adalah Rizwana yang menghancurkannya dengan tangan kanan harapan. Nagara murka dan hendak menghabisi Harits, tetapi lagi-lagi Rizwana memberontak, hingga Harits dan Wira berhasil kabur dari Kencana Selatan.
"Aku akan bertarung dengan caraku sendiri. Mulai dari sini, semua perjalananmu akan semakin sulit," tutur Rizwana sambil tersenyum menatap Nagara yang mulai geram.
Nagara membelenggu Rizwana dan mengambil alih kesadarannya lebih kuat. Sebagai gantinya, ia harus banyak mengistirahatkan raga aslinya. Ketika kesadarannya terbagi, maka kekuatannya melemah. Rizwana memanfaatkan momen itu untuk merebut sadaarnya.
Ketika Nagara bertarung dengan Dirga, Rizwana terbebas dari belenggunya dan dengan kesadaran utuh, ia menghubungi seseorang. Ia berkata, dalam waktu dekat, perang akan terjadi, maka Rizwana ingin orang itu hadir memeriahkan pesta. Namun, setelah pertempuran Nagara dan Dirga selesai, kesadarannya kembali direbut.
***
Malam walpurgis dimulai, Nagara mengunci gerakan Rizwana. Pria itu hanya mampu duduk sambil menonton pertarungan. Sementara itu, raga asli Nagara dikerahkan untuk mengincar Nada. Ia tak ingin Rizwana berhasil mengungkap rencana aslinya, sosok Nada harus dibunuh.
Psikometri adalah kemampuan yang mampu mengorek masa lalu. Tak seperti kemampuan Nagara yang mampu membuat orang berkata jujur, atau Tirta yang mampu membaca isi pikiran. Psikometri sulit untuk dikelabuhi. Jika seorang dengan kemampuan psikometri menyentuh Rizwana atau Nagara, maka semua rencana iblis itu pasti akan terbongkar tanpa perlawanan. Hal ini juga yang menjadi penyebab utama kematian Tama pada masa lalu yang sebelumnya.
Aslinya Nagara berhasil membunuh Nada beberapa kali, tetapi Melodi kembali dan terus kembali untuk membawa Nada pulang. Mereka melalui banyak hal, di mana hanya Melodi yang menyadari adegan berulang tersebut. Karena tak ada pilihan lain, Melodi dan Nada ikut pergi bersama Wira dan pasukannya.
Malam semakin larut. Nagara mendapati kesulitan saat menghadapi Kevin Wijayakusuma. Hal itu dimanfaatkan Rizwana untuk mengungkap salah satu tujuan malam Walpurgis. Yaitu untuk memancing Chandra keluar dan merebut Panatagama. Kehadiran Panatagama akan membuat tombak Nyi Roro Kidul menjadi lengkap. Dan tentunya juga, salah satu tujuannya adalah merebut mata penguasa.
Namun, saat terdampak ledakan yang timbul dari trik milik Kevin. Lagi-lagi Nagara harus menghadapi kematian. Sudah tiga kali ia mati malam ini, hal itu membuat Nagara memperkuat fokusnya pada raga aslinya, dan megakibatkan Rizwana mampu merebut utuh kesadarannya karena Nagara yang dibuat tak bisa fokus memainkan dua kesadaran.
Hal itu ia manfaatkan sebaik mungkin. Sekuat tenaga, Rizwana berusaha untuk terjaga. Ia memutuskan belenggu Nagara sekuat tenaga. Pada satu titik ia hampir menyerah, tetapi Ken datang dengan wujud roh dan tersenyum padanya. "Rizwana, jangan tertidur, masih ada yang harus kau lakukan, bukan?"
Rizwana membunuh dirinya perlahan dengan cara menggigit lidahnya sendiri. Di dalam lidah terdapat pembuluh darah vena, yang di mana jika lidah mengalami pendarahan, maka pendarahan hebat akan terjadi dan memungkinkan kematian.
Rasa sakit membuat Rizwana terbebas dari pengaruh Chandra. Ia langsung mengeluarkan kemampuan tersembunyinya. Ketika tangan kanan harapan dan tangan kiri keputusasaan bersatu, maka sebuah keajaiban terjadi. Rizwana menyembuhkan seluruh orang yang terkontaminasi hujan darah. Dalam proses itu, syaraf akan berhenti merespos untuk beberapa saat, dan mengakibatkan pembekuan untuk membunuh kutukan darah. Rizwana memanfaatkan momen itu untuk menemui Nada.
Nada ketakutan, tetapi saat Rizwana menyentuhnya. Nada merasakan bahwa Rizwana bukan orang yang berbahaya. Pria itu sangat lembut memperlakukan seorang gadis. Dengan lemah lembut, ia membuka sarung tangan Nada dan menempelkan tangan itu ke pipinya. Rizwana tersenyum memandang Nada.
"Maaf udah bikin kamu takut selama ini. Ada banyak hal yang enggak bisa aku ungkapin, tapi dengan ini ... aku harap kamu mengerti. Tolong beritahu semua orang tentang rencana iblis ini! Boleh aku percaya pada kalian? Tolong lanjutkan perjuangan untuk menggagalkan rencana tersebut ...."
Sebelum memotong lidahnya, Rizwana bergumam pelan. Hal ini ia lakukan untuk menyampaikan pesan pada Nada lewat psikometrinya. Nada menangis ketika mengetahu motif sebenarnya dari Rizwana, serta perjuangannya melindungi orang-orang di sekitarnya. Meskipun dunia memandangnya jahat.
Kutukan Nagara yang mengalir dalam darahnya langsung meremuk jantung Rizwana hingga hancur saat masa lalunya tersampaikan pada Nada. Darah menyembur keluar dari mulutnya. Tak ada lagi yang ingin ia sampaikan. Rizwana menyematkan senyum terakhirnya dan tumbang dalam pangkuan Nada.
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top