46 : Peti Hitam

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Sebelum memburu pasukan Kencana Selatan, Bayu membekali Petrus dan Isabel dengan sebuah kekuatan.

"Ini namanya kontrak topeng, di mana kalian harus mengikat kontrak dengan iblis di dalam topeng," ucap Bayu.

Petrus, pria tampan dengan slayer tengkorak hitam yang menutupi mulutnya agar terkesan misterius itu memberikan bahasa isyarat, dan Isabel menerjemahkannya. "Musuh kita sudah mencuri topeng-topeng itu."

"Topeng yang direbut hanyalah replika buatan Jaya. Kakak kalian itu mahir membuat topeng. Jika kalian mencari yang asli, tentu saja semua ada pada ayah. Ayah adalah sang penjaga, ke mana pun ayah pergi maka ayah membawa topeng-topeng itu di dalam tubuh ayah," balas Bayu. "Akan aku berikan kalian masing-masing satu topeng sebagai bekal untuk melindungi diri, persiapkan diri kalian."

Bayu meletakkan dua buah topeng, Sekartaji dan juga Sewandana. Bayu menatap sendu ke arah topeng Sekartaji, di mana topeng itu adalah milik almarhum Kakaknya, Sari Martawangsa. Bayu duduk dan bermeditasi sambil menutup matanya, setelah belasan tahun ia mencoba bersahabat dengan iblis di dalam topeng-topeng itu, akhirnya Bayu mampu mengikat kontrak dengan mereka semua. Bayu adalah Martawangsa pertama yang mengikat kontrak lebih dari dua topeng, melampaui Dirga yang pernah memiliki Tumenggung dan Sabrang.

Kini Bayu membuka matanya kembali, terpampang enam sosok yang mengelilinginya. "Aku akan memberikan Sewandana dan Sekartaji pada anak-anakku," ucap Bayu.

Asmorobangun, Rumyang, Gunung Sari, Samba, Sekartaji, dan Sewandana menatap tajam ke arah Bayu yang berdiri di tengah. "Aku tidak keberatan," balas Sekartaji. "Jika kau yang meminta, akan aku turuti," lanjut Sewandana.

Bayu membuka matanya kembali, ia mengambil pisau dan menggoreskannya ke telapak tangan Petrus dan Isabel. Darah mereka tumpah pada masing-masing topeng. "Isabel, kau adalah pemilik Sewandana, dan Petrus, kau adalah pemilik dari Sekartaji."

"Terimakasih ayah," ucap Isabel dan Petrus menggunakan bahasa isyarat.

"Kalian punya dua puluh empat jam untuk berkenalan dengan iblis di dalam topeng kalian dan mempelajari kekuatannya, setelah itu kita akan berangkat ke Jogja."

"Ayah mau ke mana?" tanya Isabel yang takut jika Bayu pergi.

"Dalam dua puluh empat jam, ayah akan kembali menjemput kalian, tapi sekarang ayah punya urusan." Bayu pergi meninggalkan Petrus dan Isabel.

***

Pusat kota memang selalu saja ramai. Hingar bingar kendaraan dan juga orang-orang yang berkumpul membuat Bayu bernostalgia. Kini pria dengan kaos hitam lengan buntung dibalut kemeja kimono berwarna biru marun itu masuk ke dalam sebuah pub.

"Vodka," ucap Bayu sambil duduk di depan bar.

Sang bartender segera mengambil sebotol vodka dan menuangkannya ke gelas kecil, lalu memberikannya pada Bayu.

Bayu menghela napas, sambil menatap bartender itu. "Di mana Vodka?" ucap Bayu. Sontak membuat bartender itu dan sejumlah orang menatap ke arahnya.

Beberapa pria mengeburungi Bayu yang masihi duduk. Bayu mengambil segelas Vodkanya dan meneguknya. "Sebenarnya bukan vodka begini, tapi boleh juga." Bayu mengubah posisinya yang semula membelakangi pria-pria ini, kini ia menatap semua orang. "Berikan aku informasi tentang Kencana Selatan."

Semua orang tertawa mendengar ucapan Bayu, memang pub ini bukanlah pub biasa, melainkan perkumpulan organisasi gelap dan juga pengguna ilmu hitam. Berbeda dengan diskotik yang mencolok dengan musik-musiknya, tempat ini lebih terkesan tenang dan santai.

"Anak baru ini langsung bertingkah," ledek salah satu pria dengan blangkon di kepalanya, ada keris yang masih bersarang di tempatnya, sepertinya pria itu adalah dukun.

"Anak baru?" gumam Bayu sambil beranjak dari duduknya. "Fakta bahwa tidak ada yang mengenalku adalah kalian semua yang anak baru."

Pria itu meludahi wajah Bayu diiringi tawa semua orang. Namun, dalam waktu singkat, kepala orang itu terjatuh ke lantai. Bayu mengenakan topeng Asmorobangun dan menebas leher orang itu menggunakan tangan iblis berwarna putih.

"Kencana Selatan, berikan aku informasi atau aku akan membunuh semua yang ada di sini." Bayu memberikan tekanan pada setiap tutur katanya.

Nampaknya semua orang di pub tak senang dengan hal itu, mereka semua beranjak dan hendak menerima tantangan Bayu, tetapi sebuah tembakan membuat keadaan seketika hening. Seorang pria tua menembak langit-langit pub. "Cukup!" ucapnya sambil menatap Bayu.

"Orang ini tamuku, jangan ada yang berani menyentuhnya!" lanjut pria tua itu. "Ayo ikuti aku."

"Aku tidak akan membiarkan orang ini, Vodka!" ucap salah satu pelanggan.

"Orang itu adalah warisan masa lalu, Bayu Martawangsa dari Peti Hitam."

Semua orang merinding mendengar nama kelompok itu. Bayu mengangkat lengan kimononya dan menunjukkan tato miliknya. "Ada yang mau maju? Aku masih punya sedikit waktu untuk bermain-main."

Tak ada satu pun yang berani bernapas di hadapan Bayu. "Jika tidak ada yang mau maju, silakan duduk, nikmati minuman kalian dan selamat malam." Bayu mengikuti Vodka masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Ke mana saja kau? Aku pikir kau sudah mati seperti rekan-rekanmu," ucap Vodka.

"Hanya usia yang bisa membunuhku, paman," ucap Bayu sambil tersenyum.

Vodka merupakan nama samaran orang yang ada di hadapan Bayu. Di era Peti Hitam, Bayu dan Emil sering bermain-main di pub ini dan mencari informasi tentang banyak hal, terutama musuh mereka.

"Aku sudah kehilangan banyak koneksi dengan dunia di luar Hutan Larangan, aku butuh informasi mengenai Kencana Selatan."

"Kencana Selatan adalah salah satu fraksi Satu Darah," ucap Vodka. Bayu cukup terkejut mendengar hal itu.

"Saat Mikail masih hidup, dia melarang anggota Peti Hitam untuk mencari masalah dengan Satu Darah, tak ku sangka, sekarang mereka benar-benar ingin cari mati."

"Satu darah tidak seperti kalian, mereka bergerak secara individu, entah apa motifnya. Kencana Selatan hanyalah sebuah kelompok yang dipimpin oleh Rizwana, putra dari Septaraja."

"Septaraja dari Dharma?" tanya Bayu.

"Ya, sebuah fakta terkuak, bahwa Septa hanyalah nama samaran, nama asli orang itu adalah Yoga Maheswara. Kau tahu apa artinya itu?"

"Rizwana ini adalah keluarga Maheswara," jawab Bayu.

"Selain itu, Rizwana juga memiliki darah keluarga Angkhara, keluarga terkutuk yang sudah dikira musnah. Ternyata mereka bersembunyi dan mengatur semua rangkaian kejadian ini."

"Ada berapa orang?" tanya Bayu.

"Kencana Selatan memiliki tujuh Komandan, dan juga anggota yang berpangkat Kapten dan prajurit. Sejujurnya mereka ada banyak."

"Seperti apa mereka?" tanya Bayu.

"Komandan terdiri dari tujuh keluarga terkutuk, tetapi ada hal unik. Siapa pun yang menginginkan posisi Komandan, harus membunuh dan menggantikan posisi orang tersebut."

"Bagaimana dengan Kapten?"

"Mereka adalah orang-orang indigo yang memiliki kelebihan. Sisanya hanyalah prajurit biasa."

Bayu mengeluarkan amplop dari balik kimononya.

"Bawalah, aku sudah tua, tidak butuh uang lagi. Hidupku sudah tidak lama lagi," ucap Vodka menolak bayaran dari Bayu. "Anggap ini hadiah pertemuan kita setelah lama tak bersua."

Bayu tersenyum dan memasukkan amplop tersebut kembali ke kimononya. "Terimakasih, paman." Ia beranjak dari duduknya dan pergi dari tempat itu.

***

Petrus dan Isabel sedang duduk di teras rumah, sudah hampir dua puluh dua jam berlalu semenjak mereka memulai latihan dan berkenalan dengan iblis di dalam topeng. Dari jarak yang cukup jauh, sosok Bayu datang membawa beberapa barang.

"Petrus, bagaimana perkembangan mu?" tanya Bayu begitu tiba di teras rumahnya.

Petrus memanggil Sewandana dan mengenakannya, sosoknya menghilang dari pandangan Bayu dan Isabel.

"Bagus." Bayu melempar sebuah barang yang berbentuk agak panjang. "Itu milikmu, Petrus."

Petrus melepas topengnya dan memberikan bahasa isyarat.

"Benda apa itu?" ucap Isabel yang mewakili Petrus.

"Senapan laras panjang, Dragunov. Senapan itu semi automatic, kau bisa menembak sekaligus tujuh butir peluru tanpa harus mengokangnya. Kita akan naik kereta api, pastikan kau membawa benda itu sambil mengenakan Sewandana. Jika tidak, tentu saja barang seperti itu akan disita oleh petugas dan kita akan ditangkap," jawab Bayu.

Jika pengguna topeng Sewandana mengaktifkan kemampuannya sambil memegang barang tersebut, maka benda itu akan ikut menjadi tak terlihat, tetapi dari beberapa kasus pengguna Sewandana, tak semua benda bisa dibuat menghilang, contohnya seperti benda yang memiliki kesaktian lebih dari Sewandana itu sendiri.

"Kapan kita berangkat, Ayah?" tanya Isabel.

"Malam ini," jawab Bayu sambil berkemas.

.

.

.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top