132 : War of Necromancer
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Dari sekian banyak manusia, menemukan Sekar adalah hal yang paling mudah bagi Harits. Pemuda itu sudah mempersiapkan segala hal untuk keadaan terburuk, dan kali ini hal buruk yang ia takutkan terjadi. Sekar menjadi target orang-orang jahat.
Langkahnya membawa Harits pada sebuah bangunan bertingkat. Ia menatap tajam mata pria jabrik yang berdiri di sebrang jalan, tepat di depan bangunan tersebut. Pria itu juga menatap Harits, ia kenal wajah Harits dari profil targetnya.
Sebuah mobil bus lewat dan saling menutupi pandangan mereka. Ketika bus itu lewat, pria jabrik terbelalak menatap Harits yang berdiri memegang buku hitam. Matanya berwarna hitam dengan bola mata biru. Anjing-anjing hitam penuh borok dan darah berbaris di belakangnya bagaikan pasukan.
Sebuah truck besar lewat dari arah yang berlawanan dengan bus barusan. Ketika mobil besar itu lewat, giliran Harits yang memicing. Ia menatap sekumpulan anjing-anjing hitam kemerahan bermata kuning di belakang pria jabrik. Pria itu juga membawa sebuah buku hitam.
"Mungkin kau bertanya-tanya, dari mana aku mendapatkan penjara jiwa? Apakah aku Sagara sepertimu? Jawabannya bukan!" Suara itu bergumam dalam pikiran Harits.
Perlahan muncul kabut tipis yang menyelubungi sekitaran Harits . Mereka berdua mengunci lokasi ini dengan sebuah tabir ghaib. Tak ada orang lain yang dapat menembus tabir ghaib kecuali orang-orang yang memang mampu. Keberadaan Harits dan pria itu terpisah dari dunia nyata.
Pria jabrik tertawa terbahak-bahak. "Pilihan tepat karena datang sendiri padaku. i'm the lucky one." Ia sangat tertarik dengan kemampuan Harits.
"No, you are un fucking lucky," balas Harits.
Pria jabrik berjalan ke arah Harits diikuti pasukan anjing Nerakanya. "Apa yang membuatmu marah?"
"Kembalikan gadis yang kau culik beberapa menit lalu," balas Harits.
"Oh, ini alasanmu datang secara cuma-cuma? Demi cinta?"
"Seorang Raja butuh Ratu, jangan membuat Sang Raja ini marah, bajingan." Harits memanggil Jaranpeteng, ia naik ke atas kuda perangnya sambil menyentuh punggungnya sendiri.
"Raja? Bicara apa kau ini." Pria jabrik memanggil anjing besar berkepala tiga. Seperti Harits, ia naik di atas tunggangan gagahnya.
"Segoro Geni." Harits mencabut cemeti api milik Raja Banaspati dari punggungnya.
Harits tak main-main dengan semua ini. Ia mengibaskan cemeti api di udara dan memecut tanah hingga terbakar. "SERAAANG!"
Ratusan anjing hitam milik Harits berlari ke arah pria jabrik. Di sisi lain, anjing-anjing Neraka milik pria jabrik juga berlarian ke arah Harits. Bentrok antara dua pemanggil roh ini tak bisa dihindari. Jaranpeteng dan anjing berkepala tiga bertabrakan, Harits melompat sambil mengayunkan cambuk ke arah pria jabrik, tetapi pria jabrik menghindarinya. Begitu menginjak tanah, belasan hellhound langsung mengincar Harits.
"Bodoh, apa kalian pikir para perwira akan membiarkan seorang Raja kalah begitu saja?" gumam Harits.
Pria jabrik terbelalak ketika anjing-anjingnya terbelah menjadi beberapa bagian. Ia merinding ketika melihat seorang bocah kecil berjubah hitam sedang duduk tak jauh dari Harits. Bocah itu memancarkan aura membunuh yang sangat kental.
"Benar begitu, kan? Perdana Mentri?" lanjut Harits.
Hara menyeringai. "Tentu saja. Aku lebih suka papan catur seperti ini, ketimbang yang kayu. Perdana Mentrimu pada permainan kali ini sangat kuat loh."
"Ya, kau memang yang terbaik. Bantai mereka semua kecuali si rambut aneh itu, Hara."
"Oke." Hara memadatkan benang-benang atmanya sehingga membentuk sebuah cambuk. Ia membabi buta membantai para hellhound sambil tertawa gila.
Harits menatap pria jabrik. "Bisa kita mulai? Sayangnya pada kesempatan kali ini, para perwiraku tidak membiarkan pion-pionmu mengganggu. Hanya ada kau dan aku."
"Harits Sagara. Ya, ya, ya ... sesama necromancer. Wajar jika kau berpikir bahwa aku hanyalah makhluk lemah tanpa para rohku, tapi biar ku perjelas satu hal. Asumsi mu salah besar." Pria jabrik tertawa. Ia melepaskan jaket kulitnya dan menyisakan kemeja putih. Aura di sekitarnya berubah. Ia memasang kuda-kuda bertempur dengan sorot mata yang tegas. "Reynar Adiwilaga. Dogma, Komandan divisi region Yogyakarta." Ia melesat ke arah Harits.
Harits tak menyangka, pria sebesar itu memiliki kecepatan yang sangat baik. Dalam waktu singkat, sebuah tinju menghantam perut Harits. Membuat bocah Mantra itu terpental dan memuntahkan darah dari mulutnya.
"Mungkin kau berpikir kau adalah super hero. Ya, ya, ya ... kau tidak salah, tapi asumsi mu lagi-lagi salah." Reynar menerjang kembali. "Setiap manusia adalah super hero untuk dirinya sendiri."
Harits bangkit dan mengibaskan Segoro Geni ke arah Reynar. Pria itu menangkap cambuk api Harits dan menariknya hingga tubuh Harits terdorong ke depan.
'Orang gila! Dia menyentuh Segoro Geni dengan tangan kosong?!' Batin Harits.
Tinju keduanya mendarat di wajah Harits. Pria bertopi itu hampir hilang kesadaran pada serangan kedua. Benar, ia keliru jika menganggap lawan di hadapannya lemah saat jauh dari makhluk bawaannya. Reynar berbeda dengan para necromancer yang pernah ia lawan selama ini. Si rambut jabrik itu benar-benar kuat, meskipun tangannya hangus, tetapi ekspresinya terlihat terlalu biasa.
Necromancer adalah orang yang dapat memanggil roh dan berkomunikasi dengan mereka. Seorang necromancer mampu mengendalikan roh dan menjadikan 'mereka' sebagai alat untuk kepentingan meraih sesuatu. Necromancer cenderung mengandalikan roh peliharaan mereka dan lemah jika dihadapi secara langsung. Harits melatih dirinya menjadi kuat untuk mematahkan statement itu, ia ingin menjadi bahaya bagi setiap orang-orang yang lengah dan berpikir bahwa necromancer tak bisa bertarung secara langsung. Namun, ia juga lupa. Bahwa di luar sana, ada necromancer lain yang berpikiran sepertinya dan menempa diri.
"Ada apa, Harits Sagara?! Ayo bangun, bukan hanya ini kan kemampuanmu?!"
Harits berusaha agar tidak tumbang. Ia menatap Reynar dengan sorot mata yang tajam penuh kobaran api. Seorang gadis butuh pertolongannya.
"Akan ku anggap ini sebagai latihan sebelum Arai datang dan mengincar nyawaku ...," gumam Harits lirih.
"Sepertinya kau mengenal Arai Purok dari Satu Darah. Berisaplah, kau akan menerima banyak pertanyaan dan siksaan!" Reynar melesat kembali.
Harits tak menghindar, ia mematenkan kuda-kudanya dan melakukan serangan juga. Mereka berdua beradu tinju. Tak ada yang mau mengalah.
'Tubuhnya kecil, tapi ototnya kuat. Aku harus menangkapnya, ini adalah sebuah prestasi'. Batin Reynar.
Satu tangan Harits mencengkeram lengan Reynar. Tangan yang ia gunakan untuk memukul ia tarik lagi, dan ia lesatkan kembali menghantam wajah Reynar. Tak membiarkan Reynar lepas, Harits menarik lengan itu lagi, dan memukulnya kembali secara berulang-ulang. Hingga pada satu titik, Reaynar menangkap tinju Harits dengan sebelah tangannya.
"Jangan besar kepala, bocah!" Hantaman lutut membuat Harits tersentak hingga tubuhnya terangkat mundur. Dilanjutkan sebuah lesatan tinju pada bagian perutnya. Harits terjatuh di tanah. Menurut Harits, Reynar merupakan salah satu orang yang memiliki kekuatan fisik berlevel tinggi. Secara fisik, Reynar dan Arai tak begitu jauh. Empat serangannya membuat mata Harits berbayang.
'Jika aku terjatuh, bagaimana dengan Sekar? Rasanya aku ingin pingsan, tapi tidak sekarang.'
Harits menggertakkan gigi dan mencengkeram kedua lututnya. Betisnya semakin kencang menopang tubuhnya yang sudah payah.
"Tekadmu boleh juga." Reynar mendekat pada Harits.
"Aku punya seorang guru. Sekarang ia sudah payah karena tak bisa lagi menggunakan atma, tapi biarpun begitu. Seandainya dia yang ada di posisi ini, guru tidak akan pernah menunduk. Ia akan terus mendongak dengan penuh keberanian dan sorot mata yang membakar nyali lawannya. Semangatnya berkobar dan selalu menyala-nyala," tutur Harits.
"Katakan siapa nama gurumu itu? Mungkin setelah ini, aku akan berkunjung ke rumahnya."
"Bukan darah yang memompa jantungnya, tapi tekad yang berkobar. Dia adalah seekor naga api, Wira Sakageni!" Harits merendahkan kuda-kudanya sembari mencengkeram lengan kanan dengan tangan kirinya. Ia letakkan tangan kanannya di sebelah pinggang agak ke belakang.
Reynar menyipit ketika merasakan aura tak biasa memancar dari tubuh Harits. Hawa di sekitarnya memanas, seolah terik mentari membakarnya di siang bolong.
Teriakan Harits membuat tubuh Reynar sejenak gemetar. Teriakan itu terdengar bagai raungan naga. Perlahan kulit-kulit Harits melepuh.
'Bocah, dengan kemampuanku kau memang lebih tahan bakar dariapada Sakageni, tetapi tetap saja kau ini manusia. Jangan berlebihan!' ucap Segoro Geni dalam tubuh Harits.
"Diam!" bentak Harits. "Wanitaku sedang menunggu. Aku tidak sudi membuatnya lama menunggu." Seketika aura dan hawa panas itu menghilang, meninggalkan tanda tanya di wajah Reynar.
'Ke mana energi sebesar itu lenyap?'
"Lebursaketi." Harits menghentakkan kaki kiri ke depan dan melesatkan tinju tangan kanannya sekuat tenaga. Seluruh energi yang telah ia kumpulkan membentuk wujud fisik dari atma api yang ia lesatkan. Lebursaketi menghantam Reynar hingga timbul ledakan besar.
Tubuh Harits berasap. Napasnya memburu, berpacu dengan detak jantungnya yang berdetak kencang. Kepulan asap dari sisa-sisa ledakan yang menyelubungi Reynar perlahan sirna. Pria itu tampak berantakan, kemejanya terlihat rusak, dan sekujur tubuhnya mengalami luka bakar. Kepala pria itu menghilang dari tubuhnya.
"Dor! Meletus balon hijau," gumam Harits.
Seekor anjing hitam melesat dan menggigit lengan Harits. Taring-taringnya menancap bagaikan pisau hingga membuat darah bercucuran di tanah.
Harits tak melihat tubuh anjing yang satu ini. Kepalanya juga cenderung lebih besar ketimbang kepala Hellhound.
"Kau pikir kepalaku pecah? Ya, ya, ya, aku sengaja membuatmu lengah. Kau bukan orang pertama yang beranggapan begitu, tapi asumsi mu salah!" Kepala anjing hitam itu berbicara dengan suara Reynar. "Jika bukan karena kemampuan ini, mungkin aku sudah mati. Kau benar-benar berbahaya, bencana kecil."
"Asu baung ...," gumam Harits lirih. Ia menjambak kepala Reynar, tetapi gigi-gigi runcing itu paten tertancap hingga membuat Harits meringis kesakitan.
"Hoo ... kau tau tentang Asu baung ternyata?"
Di negeri ini hal-hal beraroma mitos terkait makhluk-makhluk mistis sangatlah kental. Beberapa makhluk mengerikan ini merupakan jelmaan manusia dengan ilmu hitam. Kanuragan (kekuatan), pelet (asmara), pesugihan (Harta). Ilmu hitam berasal dari perjanjian dengan setan, tentunya setan-setan ini meminta tumbal untuk harga persyaratan.
Asu baung atau serigala jawa merupakan salah satu bentuk ilmu hitam. Bertubuh manusia, tetapi berkepala serigala atau anjing, oleh sebab itu masyarakat Jawa menamakannya asu. Sementara disebut baung karena suara yang seringkali memecah keheningan malam. Konon hanya dengan bertatapan dengan makhluk ini, orang yang menatapnya bisa terjangkit penyakit mematikan. Sosok Asu baung memiliki bulu lebat dan cakar-cakar yang tajam. Cakarnya biasa digunakan untuk mencabik mangsanya.
'Harusnya kepala makhluk ini tidak lepas seperti Kuyang, apa-apaan ini?!' Batin Harits.
Tubuh Reynar berlari ke arah Harits. Harits tak mampu bergerak. Selain tubuhnya yang down karena Lebursaketi, kini gigi-gigi Reynar menancap di lengannya.
"Siaaal!" Harits semakin kuat menarik kepala itu, tetapi semakin kuat ditarik, maka semakin kuat Reynar menggigit.
Payung hitam melesat menghantam kepala Reynar, dan sesosok pria berpakaian hitam muncul menendang tubuh manusia asu itu hingga terjatuh. Radika dan qorinnya muncul tepat waktu.
"Mereka ini bagian dari pemerintah, Dogma namanya. Reynar Adiwilaga, Wayasa Kertajasa, Kierra Anjana Wijayakusuma. Mereka adalah unit yang bertanggung jawab atas Jogja," ucap Radika.
"Bertanggung jawab atas apa?" tanya Harits. Ia memegangi bagian lengannya yang terluka. Berkat serangan Radika, kepala anjing itu lepas dari lengannya, meninggalkan lubang-lubang berdarah.
"Pencarian anak-anak indigo. Dogma ingin membuat pasukan esper untuk memperkuat militer. Dari perang Rahwana, para petinggi negara melihat potensi dan melakukan berbagai eksperimen, salah satunya proyek suratma beberapa tahun lalu di Bandung. Bukan hanya itu, Dogma memindahkan tahanan Walpurgis dari perlindungan Dharma dan memanipulasinya. Mereka mengambil yang berguna, dan yang tidak beruntung akan dijadikan bahan penelitian."
"Orang itu ingin Sekar menjadi tikus percobaan?" gumam Harits. "Aku tidak bisa membiarkannya."
"Duduklah," ucap Radika.
"Duduk? Kau gila?! Mana bisa aku ...."
"Tenangkan pikiran, istirahatkan jiwa dan raga. Jika aku bisa menghabisinya itu akan menguntungkan, tapi jika Reynar lebih kuat, maka aku butuh bantuanmu untuk menghabisinya sebagai Simfoni Hitam. Jika kau tumbang sekarang dan aku tak mampu melawannya, kita akan habis."
Harits terkekeh sambil menahan perih. "Ya, kau ada benarnya juga." Harits menepuk pundak Radika. "Aku serahkan padamu, rekan."
Radika tersenyum tipis. Ia melemparkan botol minum pada harits. Harits menangkap botol itu dengan satu tangan dan langsung membukanya dengan gigi. Sebagian ia minum, sisanya ia siram pada bagian luka yang ia terima. Setelah itu Harits mengambil plastik kecil berisi bubuk kopi hitam dari kantong celananya. Ia menaburkan bubuk kopi pada sekujur luka yang ia terima, termasuk luka di telapak tangannya sendiri.
Bubuk kopi mempunyai kandungan antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi. Fase inflamasi akan berkurang dan penyembuhan akan lebih cepat.
Tak hanya itu saja, kopi juga mengandung senyawa fenolat seperti asam p-koumarat dan asam kafeat yang bukan sekadar menyumbangkan aroma harum pada kopi. Zat aktif ini juga berkhasiat sebagai antioksidan, yang membantu proses penyembuhan luka.
Karena sering melukai diri sendiri untuk memanggil arwah, Harits selalu sedia bubuk kopi untuk pertolongan pertamanya.
Kini kepala Reynar sudah menyatu kembali dengan tubuhnya. Makhluk itu menatap Radika dengan liur yang menetes, seolah kelaparan.
"Radika Kusumadewa, salah satu Komandan Kencana Selatan. Apa kau merindukan Ettan Rawasura?"
Radika terbelalak mendengar nama mantan rekannya.
"Ettan juga salah satu dari penghuni penjara itu. Karena kau sudah tahu identitas kami, sepertinya kita harus saling terbuka. Sekarang, semua tahanan Dharma ada di bawah Dogma. Rekan-rekanmu menjadi objek penelitian yang menarik, terutama Ettan. Pemulihan seorang Rawasura benar-benar mengerikan."
"Aku tidak punya urusan dengan Ettan, dan lagi aku tak terlalu dekat dengannya," balas Radika datar. "Namun, biarpun begitu, kami pernah ada di sisi yang sama dan berperang bersama. Kami makan di meja yang sama dan saling tertawa bersama. Apa kau pikir perkataanmu barusan bisa dimaafkan, hey biadab?! Aku akan membunuhmu dan membawa Ettan pulang."
Baru kali ini Harits melihat pria tenang itu menampakkan kemurkaannya. Radika benar-benar terlihat marah. Entah siapa yang mengambil alih, Radika atau qorinnya, yang jelas pria berpayung itu akan menghadapi manusia anjing di depannya.
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top