115 : Kopi Hitam
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Akhirnya kedua tangan itu saling menjabat. Nada tersenyum menatap Kevin dan Harits yang saling bersalaman.
"Masa percobaan udah selesai. Karena lu sanggup bertahan dari latihan neraka gua, gua ucapin selamat datang di Mantra Coffee, selamat bergabung."
"Terimakasih banyak atas bantuannya beberapa hari ini," balas Kevin.
"Mulai sekarang, lu jadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas lidah-lidah para perapal Mantra. Semangat kerjanya nanti malem nyahahaha." Harits menepuk pundak Kevin, setelah itu berlalu pergi menuju kampus.
Kevin tinggal sekamar dengan Deva, sementara Radhi tinggal di sebuah kos yang tak jauh dari kampusnya di Bantul. Seperti Jaya, ia lebih memilih melaju.
"Harits seneng karena kerjaan dia jadi enteng. Enggak perlu rombak jadwal lagi, tinggal Kevin gantiin posisi Mbak Fenri," ucap Melodi ketus.
"Ya, gitu deh Harits hahaha," timpal Cakra. "Biar punya waktu lebih lama bareng pacarnya di kampus."
Nada mengacungkan jempolnya pada Kevin. "Semoga betah ya, Kebiiiiin."
Kevin menatap Nada sambil mengangguk. "Semoga."
***
Malam pun tiba. Pada kesempatan kali ini tak ada Jaya dan Harits. Jaya izin untuk melakukan pekerjaannya di unit Dharma, sementara untuk Harits malam ini memang bukan jadwalnya. Namun, karena Jaya terlambat mengabarkan perihal izinnya, Harits masih berjibaku dengan kesibukannya di kampus, pria bertopi biru itu jadi harus pulang terlambat untuk mem back up pekerjaan Jaya.
Gerombolan gadis masuk ke Mantra Coffee. Gadis paling belakang berjalan tak mengikuti teman-temannya, ia duduk di depan bar, tepat di hadapan Nada.
"Kenapa saya harus beli kopi hitam?" tanyanya.
Nada mengerutkan keningnya. Gadis yang tampak pendiam itu tak mengerti maksud atas pertanyaan pelanggannya. Nada sedang memikirkan sebuah jawaban singkat yang tajam untuk memuaskan dahaga dari pertanyaan gadis di depannya.
"Karena ...."
Kevin, Melodi, Cakra, dan Deva menatap Nada yang menghentikan ucapannya sejenak.
"Karena?" tanya gadis itu.
"Karena punya uang?" jawab Nada.
"Kan bisa beli yang lain kalo punya uang. Terus kenapa harus beli kopi hitam?"
Nada menggaruk kepala, ia bingung dengan pertanyaan gadis itu.
"Kalo enggak suka kopi hitam, bisa beli menu lain, Kak," ucap Nada.
"Iya, bisa, tapi kenapa harus beli kopi hitam?"
Nada memasang wajah datar, seakan ia tenang dan bisa mengatasi ini semua sebagai barista senior di depan Bung Kevin. Namun, dalam hatinya ia berdoa semoga Harits cepat pulang dan membungkam gadis ini dengan kalimat-kalimatnya yang selalu memuaskan pelanggan walaupun terkadang terkesan memaksa, tak mau kalah.
"Karena kopi hitam adalah base dari hampir seluruh menu kopi di dunia," jawab Kevin memecah keheningan. Ia mengingat semua sabda yang diajarkan guru besar Harits Sagara. Kini semua mata menatapnya. Gadis itu beranjak dari duduknya, dan berpindah ke depan Kevin. Ia tersenyum menatap barista tampan bersorot mata dingin di hadapannya.
"Kenapa saya harus beli kopi hitam?"
"Karena hampir semua menu olahan kopi menggunakan espresso. Espresso sendiri merupakan bagian dari keluarga kopi hitam. Kopi hitam itu unik. Padahal terlihat kelam dan terasa pahit, tapi ada banyak metode untuk menarik keluar karakter aslinya," jawab Kevin. "Kenapa harus membeli kopi hitam? Karena setiap menu olahan kopi di sini menggunakan kopi hitam sebagai base nya, jadi kalau kakak tidak mau membeli kopi hitam, kakak bisa membeli menu non coffee. Kalau Kakak tidak suka kopi pahit, kakak bisa pilih yang manis seperti es kopi susu gula aren yang merupakan salah satu signature kita. Ada juga short macchiato, latte, cappucino, flat white, piccolo, mocha, atau kalau kakak mau yang lebih asik dan agak beda bisa coba affogato."
Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil mengangkat kaki kanan dan bertumpu pada kaki kirinya. "Merupakan bagian dari keluarga kopi hitam?"
"Espresso, americano, long black, tubruk, doppio, ristretto, cold brew, vietnam drip ... itu semua adalah menu kopi hitam di sini. Tentunya dengan metode pembuatan yang berbeda dan tingkat tekstur bubuk yang berbeda antara satu metode dan metode lainnya. Setiap metode akan menghasilkan rasa dan aroma yang berbeda. Ada banyak jenis biji kopi yang tersedia juga. Setiap biji kopi punya karakter yang berbeda. Kenapa harus membeli kopi hitam? Karena kopi hitam luas untuk diulik, kopi hitam juga penuh dengan filosofi, dan lebih spesial dari menu kopi campuran."
Gadis itu tersenyum. "Penuh filosofi dan lebih spesial?"
"Enggak semua orang bisa menikmati kopi hitam. Itu yang membuat kopi hitam spesial. Bukan rasa yang dicari dari secangkir kopi hitam pahit, tetapi cerita di balik tiap seruputnya," jawab Kevin. "Kopi hitam yang jujur tidak butuh cumbuan gula. Tidak perlu bermanis mulut tanpa ragu menunjukkan jati dirinya pada sang penikmat."
Gadis itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. "Rinjani Maharani, mahasiswi tingkat akhir yang lagi nulis skripsi seputar pengaruh komposisi jenis kopi terhadap karakteristik kopi."
Kevin membalas jabatan itu. "Kevin," jawab pria itu singkat.
"Boleh aku sering ke sini buat ngopi sambil gangguin kamu?" tanya Rinjani. "Aku butuh lebih banyak pengetahuan untuk nulis skripsi."
Kevin mengangguk. Tak masalah dengan itu, selama gadis ini menjadi donatur Mantra. Semua menghela napas lega, Kevin mampu menggantikan sosok Harits yang biasanya menjawab dengan penuh filosofi.
"Ya udah, aku pesen V60 pake biji kopi Kintamani, ya. Jangan pake gula, hidupku butuh rasa pahit karena udah terlalu banyak dicumbu janji manis yang enggak pernah tercapai. Aku mau kopi yang jujur."
"Oke, ditunggu, ya, Kak," balas Kevin.
Rinjani tersenyum, lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menyusul teman-temannya. Rupanya teman-temannya menyoraki Rinjani karena berani-beraninya menggoda barista tampan yang selama beberapa hari ini mampu menarik minat gadis-gadis kampus di sekitar Mantra Coffee.
"Namanya siapa, Rin?" tanya salah satu gadis.
Rinjani tersenyum. "Coba tanya aja sendiri kalo berani."
"Pelit banget najong."
Gadis manis berkacamata itu terkekeh. "Usaha dong kalo mau. Siapa tau dia tertarik sama kamu."
"Akhirnya Rinjani bisa lulus," celetuk salah satu temannya.
"Bener! Setelah sekian lama keliling coffeeshop dan enggak tertarik sama baristanya. Akhirnya barista ganteng itu bisa menaklukkan terjalnya gunung Rinjani."
"Heh! Ambigu tau enggak!" balas Rinjani. "Kalian harus tau, ya. Aku itu tertarik sama jawaban dia, bukan sama parasnya. Awalnya pun aku tanya sama yang cewek, bukan sama cogannya! Mudah-mudahan aja Kevin bisa bantu aku riset dan nulis skripsi."
"Oh, jadi namanya Kevin. Cari ah di Instagram." Gadis-gadis itu hilang minat mengobrol dan langsung berlomba-lomba menemukan akun instagram Kevin.
Tak lama berselang gemerincing lonceng di pintu berbunyi. Harits masuk ke dalam kafe. Salah seorang gadis menyenggol Rinjani. "Ini yang gua maksud, dia barista yang gua bilang waktu itu."
"Oh itu, tapi aku udah nemu barista yang cocok buat riset, jadi dia terlambat," balas Rinjani.
"Bilang aja maunya sama yang ganteng!"
"Wuuuuu Rinjani wuuuuuu!" Sorak-sorak gadis itu meramaikan suasana di Mantra.
Harits menatap gerombolan gadis itu. "Dasar orang-orang berisik."
"Kenapa saya harus beli kopi hitam?" tanya Kevin, membuat Harits menoleh.
"Hah?"
"Kenapa saya harus beli kopi hitam?" lanjut Kevin. Nada dan yang lain menatap dua barista itu.
"Karena lu miskin nyahahaha jadi cuma mampu beli espresso kayak Jaya," jawab Harits.
"Kenapa saya harus memesan kopi hitam? Ini pertanyaan serius."
Harits merubah sorot matanya. Kini tak ada tatapan bercanda lagi. "Karena kopi hitam punya banyak manfaat, terutama kopi hitam tanpa gula," jawab Harits. Pria bertopi itu duduk di hadapan Kevin.
"Kopi hitam tanpa gula mampu membakar lemak. Kafein mampu meningkatkan metabolisme tubuh sehingga pembakaran lemak meningkat. Kandungan kafein yang tinggi juga mampu meningkatkan fokus, kopi hitam juga mengandung antioksidan yang berguna untuk melawan radikal bebas di dalam tubuh, menghindari penyakit-penyakit yang mengintai tubuh. Kopi hitam juga memperbaiki mood, dan mencegah diabetes. Orang yang rutin minum kopi hitam tanpa gula sensitivitas insulinnya akan menurun, artinya pengontrolan gula di dalam tubuh akan lebih teratur. Terakhir bagus untuk liver. Kandungan kopi hitam bersifat diuretik yang mana efektif membersihkan zat beracun di dalam liver."
Harits mulai paham arti sorot mata Kevin. "Semua bukan cuma tentang filosofi. Filosofi cuma pemanis, kenapa harus membeli kopi hitam? Karena banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Kebanyakan yang pahit itu lebih sehat ketimbang yang berasa. Sama halnya dengan kehidupan. Semakin pahit kehidupan seseorang, maka akan semakin dewasa pola pikirnya dalam memecahkan setiap persoalan."
Kevin memberikan tepuk tangan dan diikuti rekan-rekan Mantra, bahkan para pelanggan. Rinjani tersenyum menatap Harits dan Kevin.
"Mantra Coffee tempat yang unik dan menarik," tuturnya.
Harits terkekeh dengan tawanya yang menyebalkan. Ia sedang besar kepala karena mendapatkan banyak tepuk tangan karena jawabannya. Sepertinya pria bertopi itu tak lagi menganggap Kevin sebagai pengganggu. Seperti Jaya, Kevin merasa bahwa di balik sifatnya yang nyeleneh, Harits memang pantas mendapatkan respect.
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top