74 : Suratma.net


Selama mantra coffee tutup, banyak hal yang terjadi. Berita utamanya adalah kasus menghilangnya orang-orang secara misterius. Menurut beberapa kesaksian, hal tersebut terjadi karena sebuah website aneh yang bernama Suratma.net. Situs tersebut menjanjikan uang yang berlimpah untuk orang-orang yang menjalankan misi tertentu, dan setelah orang tersebut mendaftar pada website tersebut .... orang itu menghilang.

"Ini surat izinnya," ucap Inspektur.

"Apa ... gapapa, ngebebasin orang itu?" tanya Inspektur lagi.

"Saya yang akan bertanggung jawab penuh kekeke."

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Jogja sudah mulai ramai oleh muda-mudi pelajar, banyak kampus yang telah selesai dengan liburnya. Malam ini empat orang anak muda dengan almamater biru masuk ke dalam mantra coffee. Tama menghampiri mereka dan memberikan daftar menu sambil bersiap mencatat pesanan mereka. Kelompok anak muda ini terdiri dari dua orang wanita dan dua orang pria. Seorang wanita dengan kaos berwarna pink di dalam almamaternya menatap Tama yang sedang berdiri di sampingnya, tentu saja refleks, Tama juga jadi menatapnya. Wajah gadis itu memerah, ia memalingkan wajahnya dari Tama.

"Itu dia, pesona, Sang Pangeran," gumam Ajay pada Andis.

"Hilih, pangeran yang sesungghnya hanyalah, Lord Tirta," balas Andis.

"Kita taruhan yuk, Dis," Ajak Ajay.

"Taruhan opo?"

"Kalo, Tama bisa dapetin nomor itu cewek ... lu traktir gua mie ayam afui porsi monster di Jalan Kaliurang ya?"

"Kalo, Tama ga dapet?" tanya Andis balik.

"Terserah lu, Dis."

"Kalo, Tama ga dapet. Lu tembak Senja sekarang juga ya lewat telpon," ucap Andis sambil meledek Ajay.

Glek.

Ajay menelan ludah, apakah ini hal yang benar? Menantang seorang monster bertaruh, batin Ajay yang melihat sosok Andis seperti monster yang tersenyum sambil kedua matanya menyala.

"O ... oke, siapa takut!" balas Ajay dengan penuh keraguan.

Setelah mencatat pesanan pelanggang-pelanggan tersebut, Tama berjalan ke arah Andis yang sedang bertugas menjadi barista.

"Oi, Tam. Gua punya tantangan buat lu," ucap Andis.

"Kalo lu berani dan bisa dapetin nomor cewek yang tadi malu-malu liatin lu--"

Tama hanya menggelengkan kepala, yang berarti ia tak mau.

"Tam, ayolah. Harga diri gua dipertaruhkan," ucap Ajay sambil menarik kerah kemeja Tama.

Tama menghela napas sambil menunjukan jari telunjuknya seolah-olah menunjukan angka satu.

"Iya, sekali ini aja, oke?"

Tama memutar tubuhnya, ia kembali ke meja pelanggan tadi. Anak-anak itu melihat ke arah Tama sambil berbisik sesuatu.

"Eh itu, Mas nya balik lagi ...," bisik seorang pria keriting kepada wanita yang sepertiyna menyukai Tama.

Tama celingak-celinguk seperti mencari sesuatu di meja. Ketiga anak itu menatap wanita yang berada tepat di sebelah Tama, wajahnya sangat merah. Namun, wanita itu memberanikan diri untuk bertanya.

"Cari apa, Mas?"

"Pulpen," jawab Tama singkat.

Wanita itu ikut mencari pulpen di atas meja. Karena tidak menemukannya, secara kebetulan Tama dan wanita itu menundukan kepalanya untuk mencari di kolong meja, hingga kepala mereka berbenturan.

"Eh ... maaf, Mas--"

"Sakit ga?" tanya Tama yang mengusap kepala wanita itu tepat di tempat yang terbentur kepalanya.

 "Saya yang minta maaf," ucap Tama membungkukan badan.

"Eh ... saya yang salah kok," balas gadis itu canggung.

Tentu saja teman-temannya tersenyum melihat bahwa gadis itu memiliki kesempatan dekat dengan Tama. Gadis itu mengambil pulpen di dalam tasnya.

"Ini, kalo ga keberatan, ambil aja," ucap gadis itu.

Tama mengambil pulpen itu, "kertas ... ada?" pinta Tama.

Gadis itu memberikan Tama selembar kertas. Tama masih kelihatan bingung.

"Cari apa lagi, Mas?" tanya gadis itu lagi.

"Kalo--" Tama menghentikan ucapannya, ia melirik ke arah Andis dan Ajay yang sedang memperhatikannya.

"Nomor hp ... ada?"

Duar.

Kepala gadis itu seperti meledak, ia tak bisa berkata apa-apa. Pria yang membuatnya tertarik tiba-tiba saja meminta nomor hpnya.

"0877********," ucap ketiga teman-temannya dengan serempak menyebutkan nomor gadis yang sedang digoda Tama.

"Bener ... nomornya?" tanya Tama yang selesai menulis nomor tersebut.

Gadis itu hanya mengangguk malu.

"Terimakasih," ucap Tama sambil tersenyum dan pergi meninggalkan gadis itu.

Tama berjalan ke arah Andis dan Ajay. Ajay tersenyum girang karena menang taruhan, sedangkan Andis hanya menlongo.

Se ... segampang itukah? batin Andis.

Tama memberikan nomor itu pada Andis, Andis menatap tajam ke arah Tama, "dasar cheaters," Andis mengambil kertas itu dan kembali bekerja.

"Thanks brooo," Ajay berterimakasih pada Tama.

"Karena gua berhasil, jatah mie ayam monsternya ... buat gua sama Aqilla," Tama mengambil beberapa  menu yang sudah jadi lalu memberikan kepada pelanggan.

Cheaters berengsek, batin Ajay.

Pesanan keempat pelanggan tadi sudah selesai dibuat ole Andis, ia mengantarnya sendiri.

"Eh, udah denger belum sih? Website ghaib," ucap pria keriting.

Website ghaib? batin Andis.

"Oh itu ya ... suratma.net?" balas gadis yang menggunakan bando berwarna merah.

Suratma? Andis diam-diam menguping pembicaraan mereka.

"Itu pesugihan online bukan sih? Katanya kita akan dikasih tantangan dan nantinya kita akan dapet duit?" balas pria yang badannya agak berisi.

"Tapi ... katanya, orang yang daftar ke situs itu, biasanya menghilang secara misterius," Pria keriting itu mengucapkan sesuatu yang horror sambil matanya melotot kepada dua orang gadis temannya itu.

"Ih apaan si, jangan begitu, muka lu serem tau!" ucap gadis berbando merah.

"Paling juga orang iseng," timpal gadis yang menyukai Tama.

"Iseng-iseng dimintain nomor hp ya?" ledek gadis berbando merah.

"Ih, apaan si, nih gue coba ya," Gadis berkaos pink itu mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu, ia melakukan pendaftaran pada website itu.

"Ga ada apa-apaan kan? Gue juga masih ada di sini kan?" ucapnya yang tak percaya tahayul.

Gadis itu tiba-tiba saja berdiri, "gua ke toilet dulu," ucapnya yang jalan begitu saja ke toilet.

"Permisi," ucapnya pada Andis yang sedang menaruh minuman di atas meja mereka. Setelah itu, Andis berjalan kembali ke dapur. Namun, tiba-tiba saja aura di mantra berubah. Anna bangun dari tidurnya, bulu-bulunya berdiri tanda merinding, ia menatap tajam ke arah toilet wanita. Begitu juga dengan Andis, Ajay dan Tama yang merinding dan merasakan aura yang tak sedap dari dalam kamar mandi.

"Aura yang--" ucap Ajay sambil menatap Tama.

"Familiar," Sambung Tama.

"Uchul," timpal Andis.

"Mata Suratma!" mereka bertiga berlari ke arah toilet wanita dan mendobrak pintunya.

Tentu saja teman-teman gadis tadi menjadi panik, melihat tiga orang pria yang mendobrak pintu kamar mandi wanita dan masuk ke dalamnya. Mereka mengejar ketiga pegawai mantra coffee itu.

"Woy! Mau ngapain temen gua--" ucapan pria keriting itu berhenti. Tidak ada siapapun di dalam toilet, hanya ada ketiga pegawai mantra yang saling bertatapan.

"Mira mana?" tanya pria keriting itu.

Suratma.net, batin Andis dengan tatapan kosong.

"Jangan pernah coba-coba buat daftar di situs itu--"

"Situs itu ... terkutuk," lanjut Andis.

Kemampuan Uchul cuma bisa ngirim ruh ke Alam Suratma, tapi kasus ini ... raga orang tersebut juga ikut terseret ... gila!

Mereka kembali ke meja mereka, tentu saja membuat keadaan menjadi panik. Mengingat seseorang menghilang di dalam toilet ... dan tentunya sehabis meregister dirinya ke situs mencurigakan.

"Jay, cek keadaan sekitar pake tubuh astral lu! Tam, cek benda-benda di toilet dan lihat apa yang terjadi dari masa lalu benda-benda itu," Andis memberi komando.

"Tam--" panggil Andis dan menatap tajam ke arah Tama.

"Jangan lupa, kabarin gua--" Andis menatap Tama dengan tatapan super seriusnya.

"Warna celana dalamnya."

Tama menelan ludah, ia mengangguk sambil menunjukan jempol kanannya.

"Woy gila! Jangan aneh-aneh ya," ucap Ajay pada mereka berdua.

"Na ... jaga mantra dulu ya," ucap Andis pada Anna.

"Sebentar lagi, Dirga pulang kuliah ... kabarin Abet kalo emang berat jaga mantra sendirian ya."

"Mau ke mana?" tanya Anna yang sudah berbentuk manusia, lengkap dengan kaos putih berbalut apron hitam.

"Sumber masalahnya," Andis mengambil hp dan mendaftarkan dirinya ke situs itu.

Ketika ia membuka situs itu, aura di sekitarnya berubah, tekanan yang berat sangat ia rasakan, sambil bisikan-bisikan yang entah datang dari mana menghantui telinganya.

Daftar ..., suara bisikan itu lirih di dalam otaknya.

Bahkan di dunia setan ... digital marketing sudah mulai dikenal ya, batin Andis.

Selesai Andis mendaftarkan diri, ia tiba-tiba saja diam dengan tatapan kosong. Andis berjalan keluar dan mencari tempat sepi, seperti ditarik oleh kegelapan. Ia sadar apa yang ia lakukan, tetapi ia tak punya kuasa atas tubuhnya.

Oi, oi, oi, kenapa nih.

Dirga datang dengan mengendarai vario biru milik Tama, ia menatap Andis dari kejauhan.

Ngapain tuh orang? Bukannya kerja, batin Dirga.

"Oi, Dis--"

Andis tiba-tiba saja menghilang, ia lenyap bak ditelan bumi.

"Ju ... jurus baru, tuh?" ucap Dirga dengan muka datar sambil mengemut permen lolipop milkita.

.

.

.






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top