6 : Kopi Mantra 2

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kedatangan pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Setelah mendengar cerita Varah, Andis bertanya

"Tapi sekarang udah ga mimpi gitu lagi kan?"

"Semalem gadis kecil itu datang lagi membawa dua teka-teki lagi." Varah menjawab dengan raut wajah cemas.

"Kalo boleh tau teka-tekinya apa Var?" Tanya Andis yang penasaran

"Nah itu dia, kita mau bahas tentang teka-teki itu, beredar rumor ada kafe yang mistis gitu di daerah maguwoharjo dan kita nemuin Mantra Coffee ini, dan kebetulan banget ada mas Andis dari Mantra radio yang katanya punya kemampuan Indigo kerja disini taunya" Celetuk salah seorang dari kelompok itu

"Mungkin kamu bisa bantu dis?" Tanya Indah

"Teka-tekinya....." Varah terhenti

Semua yang mendengarkan cerita, baik Andis dan semua orang dikelompok itu terhenti, melihat  satu arah yaitu Varah, menunggu Varah melanjutan omonganya.

Teka-teki pertama "Tak berkaki tapi bisa berlari."

Teka-teki kedua "Banyak manusia dibuat, terpenjara selama-lamanya."

"Apa yang tidak memiliki kaki tapi bisa berlari? Banyak manusia dibuat, terpenjara selama-lamanya?" Andis berfikir keras untuk membantu memecahkan teka-teki iblis itu.

Semua memikirkan jawaban dari teka-teki tersebut, bahkan sampai membuat Dirga yang sedang membuat segelas Espresso ikut memikirkan teka-teki itu, Ajay yang sedang duduk di tempat kasir juga terlihat sedang berfikir untuk memecahkan teka-teki Varah, dan Tama yang sedang gabut sambil membersihkan gelas kaca dengan kain lap juga sepertinya ikut memikirkan jawabanya.

"Var, kamu ada rencana mau pergi kemana gitu?"  Tanya Andis.

"Hmm...Enggak ada rencana mau kemana-mana, kenapa deh?" Jawab Varah.

"Ya siapa tau bisa jadi petunjuk aja, barangkali dia mencoba memperingati sesuatu."

"Ya palingan bolak-balik kampus aja sih." Timpal Varah.

"Lu ngapain dis?" Tanya Dirga yang tiba-tiba muncul.

"Lagi bantuin pelanggan dir." Jawab Andis.

Lalu Dirga mengambil bangku kosong dan ikut nimbrung bersama anak-anak itu. Andis menceritakan tentang yang ia rasakan dan juga tentang kejadian mimpi yang di alami oleh Varah.

"Tak berkaki tapi bisa berlariBanyak manusia dibuat, terpenjara selama-lamanya." Dirga ikut berfikir.

Ketika semua sedang berusaha memecahkan jawaban sambil diam mengheningkan cipta, tiba-tiba.....

"Kendaraan."

Semua mata tertuju pada seorang yang sedang mengelap gelas-gelas kaca di meja bar.

"Tak berkaki tapi bisa berlari, kendaraan kan?" Tama memecah kebuntuan dengan jawabanya.

"Ah iya bisa jadi kendaraan, Varah kan naik motor." Timpal Indah.

"Kampusnya dimana Var?" Tanya Dirga.

"Di daerah jalan magelang." Jawab Varah.

"Kalo tinggalnya Var?" Tanya Andis.

"Cieee mau main ya?" Goda Indah.

"Yeee bukan, siapa tau nemu petunjuk dari rute perjalanan keles." Jawab Andis.

"Ya siapa tau modus biar tau kos-kosanya terus di apelin hahaha." Timpal Indah sambil tertawa.

"Ya itu mah nanti gampang ahaha." Andis ikut tertawa. 

Semua ikut menertawakan Andis. Setelah itu, Varah memberi tau bahwa ia tinggal tidak jauh dari Mantra Coffee.

"Banyak manusia dibuat, terpenjara selama-lamanya?"

"Tam jawab lagi Tam, siapa tau lu nemu petunjuk lagi." Seru Andis.

Tama hanya diam sambil membersihkan mesin-mesin kopi.

"Sial di kacangin gue sama maniak kebersihan." Ucap Andis dalam hati.

"Dis percuma lu nanya Tama, orang dia ga lewat jalan magelang, kan yang lewat situ cuma elu, coba lu pikir-pikir deh apa yang sekiranya banyak manusia di buat dan di penjara?" Timpal Dirga.

"Manusia di buat tuh dimana? rumah sakit? tempat prostitusi? terus terpenjara tuh apa? ga sanggup bayar rumah sakit? atau masuk neraka?" Andis mencoba mengeluarkan semua spekulasi yang ada di otaknya.

"Ah jangan-jangan...." Indah terhentak sambil berdiri.

"Apa ndah? histeris banget?" Seru laki-laki yang berkemeja kotak-kotak.

"Janga-jangan lo prostitusi ya Var? terus lo bakalan masuk penjara?" Tanya Indah kepada Varah.

Semua hanya terdiam menggeleng-gelengkan kepala.

"Dih enak aja lo emang gua cewek apaan?" Balas Varah.

Ditengah perdebatan konyol itu, Andis tiba-tiba berdiri.

"Frame? terpenjara bisa juga frame kan?" Ucap Andis.

Semua hanya diam sambil berfikir "Frame?"

"Terus manusia di buat itu maksudnya foto, foto itu ibarat manusia yang terpenjara di dalam frame selama-lamanya kan?." Lanjut Andis.

"CALISTAAA !!" Sontak anak-anak itu menjawab.

"Calista?" Tanya Dirga.

"Itu nama studio foto yang ada di daerah ring road, Varah pasti setiap mau ke kampus lewat sana." Jawab Indah.

Sekarang mereka mendapatkan jawaban berupa Kendaraan dan Studio foto

"Coba deh kalo hantunya dateng lagi jawab begitu Var, terus juga kalo jawabanya bener kamu harus hati-hati Var kalo lewat situ." Ucap Andis.

"Cieee perhatian banget nih?" Goda Indah.

"Cemburu ya mbak?" Celetuk Digra yang sedari tadi memperhatikan Indah.

"Cemburu? enak aja wuuu" Jawab nya sambil wajahnya memerah.

Semua menertawakan Indah.

"Intinya sih dalam setiap kesempatan berkendara, mau dimanapun itu harus tetep yang namanya hati-hati. Mungkin hantu itu mau memperingatkan, cuma karena anak-anak ya bisa jadi dia mau main." Ucap Dirga.

Waktu menunjukan pukul 10.00 malam

"Yuk udah malem, bubar yuk."

Kemudian anak-anak itu membayar tagihan menu dan menuju kendaraan mereka.

Kamipun mulai merapihkan toko yang hendak tutup, ketika sedang merapihan meja seseorang seperti menarik pelan baju Andis, kemudian Andis menoleh kebelakang.

"Mau kopi lagi."

Bagitulah anak kecil membawa boneka yang sebenarnya sedaritadi ikut nimbrung bersama anak-anak barusan meminta menu Kopi Mantra.

"Tapi jangan nakal gangguin mbak nya lagi ya." Ucap Andis.

Anak itu mengangguk pelan pertanda setuju.

Mungkin niat nya baik memperingatkan kesialan apa yang akan terjadi, namun biarkan misteri kehidupan tetaplah menjadi sebuah misteri.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top