59 : Peti Hitam Vs Mantra x Dharma
Teaser Arc Peti Hitam
https://youtu.be/vbAg-l3anwo
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Sebenarnya ketika penyergapan peti hitam untuk menangkap Anna, malam belum terlalu larut, bahkan masih bisa dibilang sore. Tetapi anehnya tidak ada orang sama sekali, entah apa yang mereka lakukan hingga membuat tempat di sekitar mantra menjadi sangat sepi.
Ketika sedang berlari, tiba-tiba saja Lembu Suro berada di depan Abet dan Anna.
"Bagaimana bisa?!" pekik Abet.
Kini mereka berdua berada dalam kepungan Lembu Suro dan Wengi.
"Yo Isabela," sapa Wengi dengan wajah yang sangat khas, tanpa gairah hidup, matanya seperti mata ikan yang sudah mati.
"Mulai sekarang, namaku adalah Anna," ucapnya sambil merubah diri menjadi sosok manusia.
"Kau belum lupa kan, betapa mengerikannya aku? Wengi."
"Hahahahaha ya ya ya, tapi kali ini kau membawa beban," ucap Wengi sambil berlari ke arah Abet.
"Lebih kuat mana?" bisik Abet pada Anna.
"Maaf?" tanya Anna heran.
"Siapa yang lebih kuat di antara mereka berdua?" tanya Abet.
"Jujur saja, pria besar dengan topeng sapi itu lebih mengerikan," jawab Anna.
"Kalo gitu, lu urus yang kecil, gua urus yang gede," ucap Abet sambil berjalan ke arah Lembu Suro dan menghiraukan Wengi yang berlari ke arahnya.
Tentu saja tindakan itu membuat Wengi marah. Mengabaikan Wengi seolah-olah dia adalah orang yang lemah dan tidak penting. Tidak semua orang tahu kenapa orang itu dipanggil Wengi, kekuatannya jauh berbeda seperti saat di siang hari, dia adalah sang pemilik malam.
"Kematianmu terjadi karena meremehkanku sialan!" ucap Wengi yang tiba-tiba berada di sebelah Abet.
"Abet awas!" Anna berteriak memperingati Abet.
Sial orang itu benar-benar mengabaikan Wengi, aku berkata seperti itu bukan berarti Wengi adalah orang yang lemah, batin Anna.
Wengi menghunuskan mata guntingnya tepat ke leher Abet, gerakan antara dia dan Abet jauh berbeda, meskipun terkesan pemalas, Wengi adalah anggota tercepat di peti hitam. Abet tidak bisa menghindari serangan Wengi.
"Hahahahaha sampaikan salamku pada tuhan," ucap Wengi dengan gila, gunting nya tertancap di leher Abet.
"Orang macem lu masih percaya tuhan?" ucap Abet yang menatap tajam ke arah Wengi.
Tentu saja membuat Anna, Lembu Suro dan juga Wengi sontak kaget. Abet menangkap tangan Wengi yang memegang gunting dengan tangan kirinya.
"Gua cuma ga tertarik sama orang lemah," ucap Abet memukul ulu hati Wengi.
"Aaaargh!" Wengi berlutut di hadapan Abet, ia tak bisa berdiri, pukulan preman mantan anak tawuran itu menghancurkan keseimbangannya, ia tak bisa bernafas untuk beberapa detik.
Abet menoleh ke arah Lembu Suro dan berjalan ke arahnya, "Kenapa? kaget?" ucapnya.
"Yang punya khodam bukan cuma kalian," ucapnya menyeringai.
Khodam adalah sebutan untuk jin yang bersemayam pada suatu benda, yang di mana karena itu, benda tersebut akan memberikan kekuatan bagi penggunanya. Contoh, jika ada Khodam yang bersemayam di dalam cincin sehingga membuat penggunanya tak dapat dilukai, namun ketika cincin itu tidak menempel pada si pengguna khodam, maka orang itu akan mudah dilukai seperti manusia pada umumnya.
Khodam terbagi menjadi dua, ada khodam pendamping, seperti Tumenggung yang menjaga Dirga. Dan juga Khodam yang diperoleh dengan berbagai cara, seperti anggota peti hitam. Dan Abet adalah orang yang di dampingi Khodam sejak ia lahir.
"Pada era nya, gua itu komandan tempur yang ga bisa dilukai, sampai pada suatu hari, Dirga berhasil melukai tubuh baja gua," ucap Abet sambil berjalan ke arah Lembu Suro.
"Gua bikin peraturan, kalo Dirga bisa melukai gua walaupun cuma segores, dia yang menang. Dan dia berhasil hahaha."
"Tapi kalian para bedebah tau apa artinya?" tanya Abet.
"Kalo seandainya gua betul-betul habis-habisan lawan Dirga, menurut kalian siapa yang menang?"
Anna pernah bilang bahwa dalam anggota peti hitam, ada dua orang yang paling disegani serangannya. Kedua orang ini adalah pilar serangan peti hitam, yaitu Bapang dan Wijayakusuma. Mendengar Bapang imbang melawan Dirga, Abet merasa bahwa jika salah satu pilar serangan terkuat peti hitam hanya imbang melawan Dirga, jadi selain Wijayakusuma, semua anggota peti hitam adalah sampah.
Abet berlari dan melakukan ancang-ancang memukul, Lembu Suro tidak bergeming dari tempat ia berdiri. Abet memukulnya tepat pada bagian ia memukul Wengi, namun kali ini dengan power yang lebih keras.
"Cuma segini?" ucap Lembu Suro.
"Apa?!"
"Jangan sesumbar!" ucap Lembu Suro gantian menghajar Abet.
Abet yang terkena pukulan Lembu Suro masih sambil menapak pada tanah, namun ia bergerak mundur karena terdorong dengan kekuatan pukulan pria sapi itu. Seperti ditendang seekor sapi yang sedang mengamuk rasanya. Sambil menyeringai, Abet sepertinya menikmati pertempuran.
***
Di sisi lain.
Emil dengan wujud harimau mengejar Septa, Tara, dan Anna. Karena larinya yang super cepat, ia berhasil mengejar dan menerkam Anna dari belakang.
"Halah!" pekiknya karena ternyata itu hanyalah sosok illusi. Anna yang asli berada di tempat Abet.
"Yo tuan harimau," ucap Septa sambil tersenyum.
"Mau tanding ulang?" ledeknya.
Emil berdiri dengan wujud harimaunya.
"Kali ini kau akan benar-benar mati tuan rubah licik," balas Emil.
"Posisinya dua lawan satu," ucap Septa.
"Hahahahaha," Emil hanya tertawa terbahak-bahak.
"Ya ya ya, dua lawan satu," ucap Emil.
Tara menjambak rambut Septa dari belakang dan ia membenturkan wajah Septa langsung ke tanah.
"Kerja bagus Petrus," ucap Emil yang berjalan menghampiri Septa yang posisinya terkunci mencium tanah.
"Kami yang berdua, kau yang satu," balas Emil sambil menyeringai.
***
Sementara itu pertempuran sengit sudah berlangsung sejak Bapang mengejar kembar Martawangsa. Bayu kini dikepung oleh Dirga dan tirta.
"Lu ga khawatir sama si macan?" tanya Dirga pada Bayu.
"Yang harus lu khawatirin itu justru nyawa lu sendiri," balas Bayu.
Dari belakang, Tirta memukul Bayu, namun Bayu menghindarinya dan membalas serangan Tirta. Ia melesatkan tangan kanannya menargetkan dada kiri Tirta, namun Tirta juga dapat menghindarinya dengan memutar badannya, kini Tirta berdiri sejajar dengan Dirga.
"Kalian Martawangsa akan mati di tempat ini!" ucap Bayu berlari dan menyerang dengan brutal, entah siapa targetnya, ia hanya asal menghujani si kembar dengan tusukan-tusukan mematikan miliknya.
"Lu kan juga Martawangsa pe'a!" Dirga menangkap tangan kanan Bayu sambil Tirta menendang kepala bagian kanan Bayu dengan tendangan kaki kanannya.
Bayu mundur beberapa langkah dan kembali menyerang.
***
Bagaimana nasib Nyai Ronggeng? kini ia dikepung oleh tiga orang mantra.
"Lu semua ga lupa kan sama teknik rahasia kita?" ucap Ajay dengan tatapan serius.
Tama hanya mengangguk.
"Jelas, satu-satunya cara kita buat menang cuma ada rencana buatan lu," balas Andis menyeringai.
Sial rencana apa yang mereka buat? batin Ronggeng.
"Kalian tidak bisa keluar dari tempat ini! ribuan makhluk haus darah sudah menunggu di luar!" gertak Ronggeng.
"Kami keluar? hahaha jangan membuat ku tertawa nenek peyot," ucap Andis memprovokasi.
"Justru kami yang akan membuatmu keluar dari sini," timpal Ajay.
Mereka bertiga melakukan ancang - ancang untuk menyerang. Membuat Ronggeng waspada dan kembali melakukan tarian aneh sambil ia menyinden.
"Bergerak!" teriak Andis tegas, membuat kedua orang lainnya ikut bergerak.
Mereka bertiga kabur lari terbirit-birit ke atas.
"Minggir bego," ucap Andis sambil menarik Ajay yang berada di depannya.
"Sabar bangke, lu pikir gua kagak takut," balas Ajay.
"Buruan elah!" celetuk Tama yang berada paling belakang terhalang Andis dan Ajay yang sedang tarik-tarikan.
Sesampainya di atas mereka bertiga masuk ke kamar masing-masing.
Sial! apa yang mereka rencanakan di atas? batin Ronggeng.
"Hahahaha aku tidak akan terpancing dasar bodoh!" ucap Ronggeng berteriak.
"Jay, duit kasir udeh lu amanin?" teriak Andis dari kamarnya.
"Udeh udeh, ada nih," balas Ajay.
"Yaudeh, jangan lupa konci dah kamar, biar dia kagak bisa masuk," balas Andis lagi.
"Udeh, Lu udah konci pintu Tam?" teriak Ajay.
"Udah," balas Tama singkat.
Mereka bertiga menjalankan rencana mengulur waktu hingga ada orang-orang kuat yang datang menolong mereka.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top