55 : Menjelang Hilang

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

"Andis, Sekar pamit dulu ya."

"Mau kemana?"

Sekar tak menjawab, ia hanya berjalan perlahan membelakangi Andis.

"Hey mau kemana?" sambil Andis mengikutinya.

Kabut tipis mulai menghalangi pengelihatan Andis, perlahan namun pasti, ketika Andis mencoba mengejar Sekar, kabut mulai menjadi tebal hingga ia tak mampu lagi melihat Sekar.

"Sekar?!" panggil Andis.

"Mau ikut?" 

Suara dari belakang Andis membuatnya menoleh, seorang nenek tua menyeringai dengan gigi yang hampir taring semua.

"Astagfirullah!" pekik Andis terbangun dari tidurnya.

Udah beberapa hari mimpi buruk terus, batin Andis.

Kalo dipikir-pikir, udah lama ga ketemu Sekar, apa kabar ya dia?

Keesokan harinya Andis memutuskan untuk menemui Sekar. 

Mentari pagi mulai terbit, menebarkan senyumnya ke seluruh penjuru bumi. Andis yang sudah siap dengan seragam korsa jurusan broadcasting segera membuat sebotol moccacino kesukaan Sekar.

"Udah lama ga liat lu bikin mocca," ucap Dirga.

"Mau ketemu kunti kesayangan nih ye?" ledeknya.

"Bacot lu Dir," balas Andis ketus, tapi sambil tersenyum.

"Ketika lo suka sama seseorang dengan sepenuh hati lo--" tiba-tiba saja Andis memberi quotes-quotes tidak bergunanya pada Dirga.

"Lo ga akan pernah punya pikiran tentang apakah dia juga suka sama lo."

"Perkara jodoh emang di tangan tuhan, tapi perkara mencintainya adalah urusan kita."

"Yang bisa kita lakuin cuma berdoa dan berusaha," ucap Andis berjalan ke arah pintu sambil memasukan botol berisi mocca ke dalam tasnya.

Yaaa, walaupun Sekar itu bukan orang sih. Mantan orang mungkin? batin Andis.

"Rajin bener nyiramin taneman," ucap Andis yang melihat Tama sedang menyirami halaman depan.

"Mereka kan juga makhluk tuhan, tapi sayangnya banyak yang ga peduli dan menganggap mereka cuma hiasan semata," balas Tama.

"Lu jadi banyak ngomong Tam."

"Kan lu yang ngajarin," balas Tama sambil menyiram Andis.

"Si gembel," Andis berusaha menghindari siraman rohani sekaligus siraman air dari Tama.

Brak!!

"Aduh," Andis menabrak seseorang hingga mereka berdua terjatuh.

Wanita dengan rok hitam, berkaos putih dibalut cardigan hitam. Berparas cantik dan berambut sepanjang bahu.

"Anna," panggil Tama.

Andis tak bergeming melihat Anna. Tama berjalan ke arah mereka dan membantu Anna untuk berdiri.

"Kamu gapapa?" tanya Tama.

"Lu kenal Tam?" tanya Andis.

Tama hanya mengangguk.

"Anna," ucapnya sambil mengajak Andis bersalaman.

"Andis," balas Andis sambil ia berjabat tangan dengan Anna dan tak melepaskan tangannya.

"Tuhan itu suka pamer ya?" tanya Andis yang masih menjabat tangan Anna sambil mata mereka berpandangan.

"Maaf?" tanya Anna yang bingung.

"Makanya tuhan nyiptain kamu buat buktiin dia punya ciptaan yang sempurna."

Tama mengarahkan selang air dan menyiram Andis hingga basah kuyup.

"Tam elah lu." sambil Andis menjauh dan menaiki motornya.

"Enyahlah roh halus," balas Tama.

Andis langsung tancap gas menuju kampusnya. Sementara Anna malah tertawa melihat tingkah mereka.

"Kalian tuh lucu ya."

"Anna mau apa kesini?" tanya Tama blak-blakan.

"Mau ngelamar part time, katanya butuh satu waiters ya?"

Tama mengantarkan Anna pada Dirga.

"Dir, ada yang mau interview," sambil Tama mempersilahkan Anna masuk, dan kemudian ia kembali ke halaman depan.

"Kenapa Tama bisa liat lu?" ucap Dirga datar.

"Ih jahatnya, emangnya aku setan?"

Dirga tahu betul sosok itu, sosok yang pertama kali ia temui di perpustakaan kota bersama Mila. Dirga sedang berpikir merasionalkan semua kejadian tentang Anna.

Bahkan seorang Andisagara tak sadar? batin Dirga.

"Aku orang loh," ucap Anna sambil menjentikkan jarinya.

Tik!

Tiba-tiba sosoknya berpindah di belakang Dirga, membuat pria itu sontak menoleh.

"Padahal aku masih ada di depan kamu," ucapnya lagi.

Dirga menoleh lagi ke arah posisi Anna yang sebelumnya.

"Aku bisa loh buat kamu tergila-gila sama aku," ucapnya sambil menggoda.

Illusi? Hyipnotis? batin Dirga.

"Maaf--" belum sempat Dirga bicara.

Anna mengangkat roknya hingga paha kanannya terlihat.

"Aduh!" ucap Dirga sambil wajahnya memerah melihat paha mulus Anna.

Namun tiba-tiba matanya melotot dan wajahnya kaget setengah mati, dihamparan kulit mulus itu ada tatto peti mati berwarna hitam.

"Peti hitam?!"

"Mantan peti hitam," balas Anna sambil tersenyum.

"Aku bisa kasih info yang aku tahu tentang mereka."

"Tapi kalo emang ditolak, yaudah deh aku pergi dulu," Anna berjalan ke arah pintu.

"Tunggu," panggil Dirga.

"Mulai nanti malem, lu udah bisa masuk," ucapnya pada Anna dengan tatapan tajam.

"Sampai ketemu nanti malem," ucap Anna pergi meninggalkan mantra.

***

Andis baru saja sampai di kampus, sebelum masuk kelas ia hendak menemui Sekar.

"Yaaa masih ada lima belas menit lagi sebelum kelas sih," ucap Andis duduk dan melihat sekitar.

Mana ya Sekar? batin Andis,

Lima belas menit berlalu, Sekar tak kunjung muncul seperti biasanya.

Telat dikit gapapa deh, paling di hukum doang, pikir Andis.

Setengah jam berlalu sejak Andis menunggu Sekar.

Ga dateng ya? yaudah deh, Andis berjalan menuju kelas.

"Kok murung gitu?" sapa Kiki yang juga telat rupanya.

"Lu telat juga Ki?"

"Hahaha iya kendala gua emang gitu, susah bangun pagi."

"Mau gua bangunin tiap pagi?" 

"Boleh aja kalo ga keberatan."

Mereka bersama berjalan menuju ruang kelas. Mata kuliah hari ini adalah penulisan naskah drama radio bersama dengan dosen paling killer di kampus, yaitu Pak Usep.

Sesampainya di kelas, Pak Usep menghukum Kiki dan Andis, mereka berdua mendapat keringanan dengan hukuman yang hanya berupa bernyanyi di depan kelas.

"Yah saya ga bisa nyanyi pak," ucap Andis dan Kiki berbarengan.

"Cieee barengan," ucap Anak-anak kelas.

"Bacot lu pada," ucap Andis.

"Andis!" tegur Pak Usep karena berkata kasar.

"Andis biasanya kegirangan kalo deket cewek, kenapa sekarang dia jadi sensi?" ucap mahasiswa ga penting 1.

"Wah, jangan-jangan ada apa-apa nih," timpal mahasiswa ga penting 2.

Akhirnya dengan malu-malu, Andis dan Kiki bernyanyi di depan kelas sambil di tertawakan oleh temena-temannya. Seusai kelas Andis kembali menuju tempat biasa ia dan Sekar bertemu. Karena letaknya dekat dengan parkiran, mereka berjalan bergerombol.

"Langsung balik Dis?" tanya teman sekelas Andis yang kurang penting perannya di mantra coffee.

"Enggak sih, ngaso dulu," jawab Andis.

"Gua perhatiin lu suka baget duduk di kursi itu? di sana kan terkenal angker," ucap Kiki.

"Cieeee merhatiin Andis," celetuk orang gondrong yang mukanya ngeblur karena kurang berkontribusi di mantra coffee.

"E...eh maksudnya sering liat," balas Kiki.

"Cieeee sering liatin Andis."

"Udah apa jangan di godain mulu kasian," bela Andis.

"Cieeee belain Kiki,"

Anjirlah karakter numpang lewat doang pada belagu bener kek gilingan tape, batin Andis.

Akhirnya Andis tinggal sendiri, ia duduk masih menunggu Sekar.

"Apa Sekar udah pergi ya?" gumam Andis murung.

"Sekar ga pergi kemana-mana kok."

"Tapi dari tadi ga keliat---"

Siapa yang ngomong? batin Andis sambil menoleh ke sebelahnya.

"Halloooo," ucap Sekar.

"Kamu kemana aja?" tanya Andis.

"Sekar lupa bilang, Sekar pindah kontrakan," bisiknya pada Andis.

"Hah?! masa bisa gitu? bukannya tinggal di pohon ini bertahun-tahun?"

"Ayo sini ikut Sekar," ajak Sekar.

Andis mengikuti Sekar hingga ke pendopo belakang kantin.

"Sekarang Sekar tinggal di sini."

"Loh kok bisa pindah-pindah? kayak ada yang nagih uang kontrakan aja," balas Andis.

"Ada," ucap Sekar murung.

"Siapa?"

"Ada deh, pokoknya Andis harus cepet-cepet lulus yaaaa, Sekar mau lihat Andis pake baju wisuda," ucapnya sambil tersenyum.

Senyum kamu ga kayak biasanya, batin Andis.

"Pria berbaju hitam?" tanya Andis.

"Maksudnya?" tanya Sekar balik.

"Bertopi hitam dan menggunakan tongkat," lanjut Andis.

"Kok Andis bisa tahu?"

Seketika seperti tersambar petir, Andis hanya diam tanpa berkata apa-apa.

"Sekar masih mau ketemu sama cowok yang Sekar cari? si Bayu-Bayu itu?" tanya Andis.

"Enggak kok, Sekar udah ga butuh itu."

Kalo Sekar udah ga nyari Bayu, artinya dia udah ga penasaran lagi? statusnya udah bisa pulang ke alam suratma, bukan hal aneh jika Yama menemuinya untuk membawanya, ucap Andis dalam hati.

"Gua harus mikirin cara buat mengelabuhi takdir ..." ucapnya lirih sambil menatap Sekar.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top