53 : Air Terjun

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Sudah memasuki semester empat, malam ini tak seperti malam biasanya, mungkin karena mendung dan berangin kencang, membuat suasana agak sepi sehingga agak terkesan horror. Mila terlihat gelisah, tergambar jelas di wajahnya.

"Kenapa nih? kok murung gitu?" tanya Andis yang duduk di depannya.

"Mila teh mau ngomong sesuatu, belakangan ini selalu kepikiran."

"Ngomong sama Dirga?" tanya Andis.

Mila hanya mengangguk.

"Naik gih ke atas, Dirga ada di atas," ucap Andis.

"Eh? serius boleh naik?"

"Iya, bilang aja Andis yang nyuruh," ucap Andis sambil tersenyum.

Untuk pertama kalinya, Mila naik ke lantai atas untuk menemui Dirga di kamarnya.

Tok..Tok..tok

"Masuk aja," ucap Dirga dari dalam kamar.

Mila membuka pintu kamar.

"Eh Mila!" ucap Dirga yang kaget karena ia mengira itu adalah anak mantra, Dirga sedang rebahan sambil menonton youtube dengan setelan kaos lengan buntung dan celana boxer.

"Mila teh mau ngomong sebentar," ucap Mila masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar.

Berada di situasi seperti itu membuat Dirga menjadi random, "Ng..ngomong apa?" ucapnya grogi.

"Mila mau fokus skripsi," ucap Mila.

"Oh, okee," balas Dirga.

"Mila mau resign dari mantra coffee."

Seketika Dirga menjadi normal kembali, "Serius?" tanya Dirga.

Mila hanya menganggukkan kepala.

"Jadi kapan mau terakhir kerja?" tanya Dirga.

"Malam ini bisa?" tanya Mila.

"Hmmm..." Dirga tampak sedang befikir.

"Oke," jawabnya singkat.

"Kalo gitu, Mila mau balik kerja dulu ya," Mila memutar badan dan hendak membuka pintu.

"Tunggu--"

Mila menoleh kembali ke arah Dirga.

"Aku juga ada yang mau aku omongin," ucap Dirga.

"Apa itu?"

"Dari sejak kita ke Gunung Merapi, kayaknyaaaa---"

"Kayaknya apa?" tanya Mila.

Wajah Dirga agak merah, Mila masih menunggu apa yang akan diucapkan oleh Dirga.

"Ga deh, ga jadi," ucap Dirga mengatur nafas.

"Bikin penasaran aja Dirga, yaudah kalo gitu Mila balik kerja ya."

Ketika Mila hendak membuka pintu.

"Aku suka kamu."

Gerakan Mila terhenti saat menyentuh gagang pintu. Tanpa respon apa-apa, Mila membuka pintu dan keluar begitu saja. Dirga hanya melongo melihat Mila yang pergi begitu saja.

"Toliiiil!" teriak Dirga.

"Adoooh, kenapa gua harus bilang-bilang sih anjir?"

"Omaigat, ga mau turun gua hari ini." sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Sementara itu Mila di belakang pintu sedang berdiri bersandar pada pintu dengan senyum yang tak bisa berbohong, sambil tangannya menahan dadanya yang terus berdebar kencang akibat detak jantungnya yang memompa darahnya menjadi sangat cepat saking senangnya.

"Bisa-bisa Mila kena serangan jantung nih," gumamnya pelan.

Mila mau kerja dulu ah, abis kerja Mila mau ketemu Dirga lagi, batinnya dengan wajah paling bahagia sepanjang hidupnya.

"Udah ngomongnya?" tanya Andis yang melihat Mila turun.

"Udah," jawabnya sambil tersenyum girang.

"Emang ngomongin apa sih? sampe seneng gitu," tanya Andis penasaran.

"Mila mau resign, ini malam terakhir Mila kerja di mantra."

Jawaban Mila membuat semua orang terkejut, karena memang sebelumnya tak pernah ada omongan.

"Mila mau resign?" tanya Aqilla yang sedang berada di mantra.

"Iya Qila."

"Kamu mau fokus skripsi ya?" tanya Aqilla.

Mila hanya mengangguk.

"Semangat ya Mila!"

"Terimakasih Aqilla."

Tapi Andis masih penasaran, apa arti di balik senyum Mila tadi? ia berinisiatif naik ke atas untuk bertanya pada Dirga.

tok..tok..tok

Tak ada jawaban dari Dirga.

"Oi Dir," panggil Andis.

tok..tok..tok

"Dirga."

"Dirganya mati," jawab Dirga dari dalam kamar.

"Lu kenapa ege?" tanya Andis.

"Gua masuk ya?" tanya Andis meminta izin.

"Jangan."

"Oke," Andis justru malah membuka pintu kamar Dirga.

Dirga sedang duduk mengenakan topeng Tumenggung.

"Lu ngapain?" tanya Andis heran yang melihat Dirga menggunakan topengnya, padahal tidak ada masalah apapun, secara, Dirga hanya menggunakan topeng itu saat terdesak.

Sambil menarik ingus, Dirga bicara, "Kan gua bilang jangan masuk."

"Lu pilek?" tanya Andis.

"Iya, makanya jangan masuk, ketularan lu nanti, ini gua pake topeng biar cepet sembuh," alibi Dirga.

"Oh yaudah deh," Andis turun kembali ke bawah.

Andis menghampiri Mila.

"Dirga sakit ya?" tanya Andis pada Mila.

"Mila ga tau, kan Andis yang tinggal bareng Dirga.

"Tapi tadi sih biasa aja perasaan," sambung Mila lagi.

"Mila tadi kenapa sih senyum-senyum? keliatan banget lagi seneng gitu," tanya Andis yang masih berusaha.

"Sebenernya--" 

"Dirga bilang suka sama Mila."

Ajay langsung menoleh ke arah Mila dan Andis, Tirta seketika menutup buku yang ia baca, Septa berhenti tersenyum karena kaget, Tara biasa saja karena tak peduli, Tama yang sedang minum menyemburkan minumannya karena merasa kaget, Aqilla marah karena Tama menyemburkan air ke wajahnya, Anna yang dalam mode kucingnya tiba-tiba berdiri dengan dua kakinya seperti manusia.

"Dirga nembak cewek?!" sontak anak mantra bertanya secara berbarengan.

"Terus Mila jawab apa?" tanya Andis yang di mana semua orang seakan menunggu jawaban Mila juga, waktu terasa berhenti, Yama dan anak buahnya juga ikutan menunggu jawaban Mila, ternyata seisi alam suratma gempar mendengar pernyataan Mila. Semua makhluk menunggu jawaban Mila untuk mengetahui lanjutan drama di antara mereka.

"Saking senengnya Mila--" ucap Mila.

"Mila ga jawab deh hehehe."

Gubrak!!!

"Koplak ih!" serentak seluruh makhluk menyoraki Mila.

"Abisnya Mila teh malu," ucap Mila.

"Tapi mau kan?" tanya Andis.

Mila hanya mengangguk. Andis segera lari ke atas untuk menemui Dirga.

Hahahaha si bangke lagi nangis pasti, batin Andis.

Braaaak!! Andis mendobrak pintu kamar Dirga.

"Woy Dirga--" belum sempat Andis selesai bicara.

"Selamat tinggal my friend," Dirga berdiri di atas kursi sambil memegang tali tambang.

"Aaaaaa dasar tolil," Andis menendang kursi Dirga hingga ia terjatuh.

"Minggir Dis, gua mau mati," dengan muka jeleknya yang sembab sehabis nangis.

"Di bawah lagi rame ngomongin lu, Mila cerita katanya lu suka sama dia," ucap Andis.

"harga diriku hilang mas, lepaskan aku mas, lepaskan," ucap Dirga.

"Mila juga suka sama lu!" ucap Andis.

Dirga menendang Andis sangat kencang sehingga Andis terpental ke arah tembok.

"Baiklah, aku akan segera ke bawah," Dirga segera mencuci muka dan mengenakan jaket jeansnya.

Melihat Dirga turun dari tangga, membuat semua yang berada di mantra menjadi sangat antusias dengan drama antara ia dan Mila. Dirga menghampiri Mila. Melihat Dirga, Mila menjadi malu dan seketika langsung memalingkan wajah.

"Mila," panggil Dirga.

"Waktu aku turun dari tangga--"

"Aku jadi kebayang rumah tangga," ucap Dirga berusaha menggombal.

"Ahahahahaha tolil anjir," Tirta tertawa terbahak-bahak hingga Dirga menoleh ke arahnya dan mengintimidasinya dengan tatapan tajam.

"Aku ga bisa gombal, aku juga bukan orang yang romantis."

"Tau kamu bakalan pergi dari sini, bikin aku jadi kacau," ucap Dirga.

"Aku liat sedikit ke masa depan, kalo aku ga bilang ini sekarang, aku bener-bener akan kehilangan kamu selamanya, aku suka sama kamu."

"Cieeeeee," sontak semuanya menyoraki Dirga.

Cring~ lonceng berbunyi pertanda kehadiran pengunjung.

"Mila," panggil seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan.

"Tante."

Wanita itu adalah Tante dari Karmila. Mila berjalan ke arah tantenya sambil ia melewati Dirga.

"Maaf Dirga."

Hanya itu kata yang terlontar dari mulutnya.

"Katanya minggu depan baru mau ke Jogja Tan?"

"Iya nih, tiba-tiba aja di majuin kerjaan tante."

"Kafe tempat kamu kerja bagus juga ya," puji Tantenya.

"Oh iya Mila, kamu ga pacaran kan?"

"Enggak kok Tante," ucap Mila sambil tersenyum.

Semua yang ada di kafe sontak melirik ke arah Dirga. Mila sedang melayani Tantenya yang sedang memesan menu sambil berbincang ringan perihal kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai.

Dirga menatap lantai sambil tersenyum, "Bodoh, udah jelas kan," ucapnya lirih.

Ia segera keluar mantra, Tirta mengikutinya, mereka berdua masuk ke dalam mobil dan pergi entah kemana. Dari balik kaca, Mila hanya bisa memandangi mobil Dirga yang perlahan menjauh dan hilang. Seketika suasana menjadi hening.

"Ngapain lu ngikutin gua?"

"Jaga-jaga lu bertindak bego," ucap Tirta.

"Sejak kapan lu peduli sama hidup gua?" sambil Dirga mengambil sebatang rokok filter dan hendak menyalakannya.

"Bro," ucap Tirta.

Dirga menghisap sekali rokok itu, namun Tirta mengambilnya dan membuangnya ke luar mobil, lewat jendela yang ada di sebelahnya.

"Lu cari masalah sama gua?" ucap Dirga.

"Udah bener lu berhenti ngerokok, jalanin kebiasaan itu bro," ucap Tirta.

"Gua ga ngerokok karena ada orang yang ga suka bau rokok aja," ucap Dirga yang menyinggung Mila.

"Lu pikir gua suka permen-permen goblok itu?!"

"Gua tau lo bro, bahkan ketika lo jauh dari Mila, selama ini lo jaga kebiasaan itu. Lu ganti rokok lu sama permen lolipop, meskipun ga ada Mila di sekitar lo."

"Tau apa lu?"

"Rokok itu sumber penyakit bro, lu mau ngerusak tubuh lu pelan-pelan?" ucap Tirta.

"Mulai sekarang--" Dirga menghentikan kalimatnya sejenak.

"Rokok ga semenyakitkan permen." lanjutnya lagi.

"Entah kenapa--"

"Gua merasa mulai dari sekarang--"

"Makan permen itu bikin hati gua jadi sakit," ucapnya sambil meneteskan air mata.

"Orang bilang, permen itu bikin gigi jadi berlubang--" sambung Dirga terputus-putus.

"Tapi kenapa, malah hati gua yang berlubang Tir?"

"Bangsat! gua ga pernah nangis sebelumnya," ucap Dirga.

"Mila juga suka sama lu, dia cuma butuh waktu," balas Tirta.

"Dari kehadiran Tantenya yang tiba-tiba dateng, lu juga pasti tau kan? mungkin dia ga ngasih jawaban karena emang dia merasa respect sama satu-satunya orang yang ngurus dia setelah kehilangan kedua orang tuanya Dir."

"Lu ga bisa egois gitu."

"Yang sebenernya paling merasa sakit itu Mila," ucap Tirta.

"Lu itu orang yang paling tenang dan paling dewasa di mantra, tapi ketika lu kehilangan ketenangan lu, lu yang paling rapuh," ucap Tirta.

"Kita itu kembar bro, gua emang ga pernah ngalamin apa yang lu alamin--"

"Tapi ketika lu sakit, gua juga sakit Bro." ucap Tirta.

"Lu berhenti aja ke pinggir."

Dirga meminggirkan mobilnya dan berhenti di ruas jalan ring road utara.

"Terkadang ada sesuatu yang hanya bisa keluar lewat air mata, keluarin kalo emang itu diperlukan, jangan malu, gua selalu ada di samping lu bro," ucap Tirta sambil tersenyum sambil melihat Dirga yang membenamkan wajahnya pada stir mobil.







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top