45 : Unpredictable

https://youtu.be/2NNHIgIZh6U

Selamat HUT RI yang ke 75

Sekali merdeka, tetap merdeka !!!

.

.

.

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."
.

.

.

Braaaak !!!

Dirga menghindari serangan Bayu, bangku yang digunakan Dirga hancur terbelah dua.

Dasamuka? Gumam Dirga.

*Dasamuka (दशमुख, bermuka sepuluh)
Adalah nama lain dari Rahwana, sang raja rakshasa. Keluarga Martawangsa memiliki 12 topeng iblis, dan 10 di antaranya adalah milik para petinggi keluarga yang dijuluki sebagai Dasamuka.

"Penuhi panggilanku, Tumenggung!"

"Apa?!" Bayu kaget melihat Dirga yang secara tiba-tiba sudah mengenakan topeng iblis.

"Bay, ayo udah telat kita, ujan lagi nih," ucap pria berkemeja merah yang menjemput Bayu.

"Emil Wijayakusuma, salah lu sendiri yang telat jemput gua, sekarang gua ada urusan, sebaiknya lu jangan ganggu," ucap Bayu.

"10 menit," ucap Emil.

"Gua kasih lu 10 menit buat bunuh Martawangsa bertopeng itu, kalo 10 menit belum cukup, biar gua yang urus," tambah Emil.

"Cih! Berani lu sentuh Martawangsa lain, gua bunuh lu. Cuma gua yang boleh bunuh marga gua sendiri," ucap Bayu.

Buuuugh !!!

Tendangan secara tiba-tiba melesat kencang mengenai kepala Bayu, ia agak sedikit mundur dan kehilangan keseimbangan.

Sambil memegang kepalanya yang terkena tendangan Dirga, Bayu segera fokus kembali ke pertarungan mereka berdua. Pertarungan kedua Martawangsa yang saling membenci Martawangsa lainnya.

Emil menyeringai melihat pertarungan sesama Martawangsa itu, sebenarnya ia berharap bisa ikut dalam pertarungan itu. Namun sepertinya Bayu tak akan senang jika ia membantunya.

Ya sebentar aja gapapa lah ya, boss ga akan marah, gumam Emil.

***

Tirta sedang melihat hujan dari balik jendela.

"Apa Dirga juga bisa melakukan pengendalian Atma?" tanya Tama yang menghampirinya.

"Dia itu Martawangsa paling jenius sepanjang sejarah," jawab Tirta.

"Dia mampu melihat sedikit ke masa depan, yang berarti ketika dalam pertarungan dia bisa memprediksi gerakan lawannya," tambah Tirta.

Tirta berjalan ke arah dapur.

"Kita ini kembar tapi berbeda. Gua itu seperti air sedangkan Dirga itu seperti api,"

Tama bingung dengan penjelasan Tirta.

"Waktu tawuran dia dijuluki si pembantai khodam. Dia nargetin orang-orang yang bisa dibilang jagoan sekolah lain yang punya kekuatan kebal dan sebagainya."

"Kalo gua bisa mengontrol atma secara tenang dan terkendali, Dirga ga punya ketengan itu. Tapi sebagai gantinya dia punya daya hancur yang cukup dahsyat," ucap Tirta lagi.

***

"Bay udah lima menit nih," Emil melihat jam tangannya, ia berusaha mengingatkan Bayu.

Sedangkan Bayu masih sengit bertarung dengan Dirga.

Sial bocah ini selalu berpindah-pindah, gumam Bayu yang kesal kepada kemampuan Tumenggung yang bisa berteleportasi.

Setiap kemampuan topeng itu berbeda, seperti halnya Tumenggung yang bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bapang memiliki kemampuan untuk menjadikan penggunanya memiliki kuku setajam pisau.

Aku butuh satu momentum, momentum yang tepat untuk menusuk jantungnya, gumam Bayu lagi.

Dirga muncul di belakang Bayu dan memukul punggungnya, Bayu kembali terhentak dan jatuh.

"Hahahahahaha," Emil hanya menertawakan rekannya.

Dirga kembali menghilang, sementara Bayu sibuk mencari keberadaan Dirga, ia berusaha menangkap dengan matanya, kedua matanya mencari di setiap sudut demi sudut untuk menemukan kelemahan Dirga. Lagi-lagi Dirga muncul dari belakang dan menendang tulang rusuk sebelah kanan Bayu hingga membuat Bayu terpental. Namun Dirga tak tahu bahwa Bayu sedang menyeringai dibalik topengnya.

Dirga lagi-lagi menghilang. Bayu menutup matanya dan menajamkan indra lainnya, mata adalah salah satu indra yang sangat mudah untuk ditipu. Bayu mencoba merasakan setiap bunyi yang ada, ia berusaha menangkap Dirga dengan telinganya.

Disana! gumam Bayu sambil membalikan tubuhnya dengan ancang-ancang menusuk.

JLEEEEB !!!

Darah bercampur dengan air hujan, Bayu berhasil menusuk Dirga.

"Selalu muncul dari belakang, monoton," ucap Bayu.

Dirga berhasil sedikit menghindar, Bayu gagal menusuk jantungnya. Ia hanya menusuk bagian lengan kiri di atas ketiak. Namun Dirga tak bisa bergerak karena Bayu sudah mencengkramnya.

"Sekarang matilah !!!" Bayu menusuk Dirga yang tak bisa kabur dengan tangan yang satunya.

***

"Atma itu bisa memanipulasi," ucap Tirta pada Tama.

"Manipulasi?" tanya Tama.

"Dirga juga disebut Braja (ꦧꦿꦗ) oleh keluarga kami, Braja dalam bahasa sansekerta yang berarti halilintar."

"Pada dasarnya manusia itu memiliki energi listrik  dalam diri mereka," lanjut Tirta.

"Listrik dari dalam tubuh berperan untuk mengatur berbagai fungsi organ mulai dari otak hingga jantung. Listrik di dalam tubuh berasal dari tiga elemen utama, yaitu proton, elektron, dan neutron. Proton mengandung muatan positif, elektron mengandung muatan negatif, dan neutron muatannya netral."

"Dirga bisa memanipulasi jumlah kandungan listrik dalam tubuhnya dan menciptakan daya serang seperti halilintar," ucap Tirta sambil berjalan lagi ke jendela.

***

"Sekarang matilah !!!" Bayu menusuk Dirga yang tak bisa kabur dengan tangan yang satunya.

Namun diluar dugaan, Dirga menangkap lengan Bayu dengan lengan kirinya yang robek, lalu ia memukul Bayu tepat di dadanya dengan telapak tangan.

"Cuma segini?" ucap Bayu yang tak merasa sakit sedikitpun, mungkin karena Dirga sudah lemas karena mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"ꦧꦿꦗ ..." ucap Dirga pelan.

"Hah?!" Bayu mendengar Dirga mengucapkan sesuatu, namun ia tak bisa dengan apa yang Dirga ucapkan.

JGEEEER !!!

Dari telapak tangan Dirga yang masih menempel pada dada Bayu tiba-tiba keluar gelombang kejut seperti kilatan petir, membuat Bayu terpental dan tak sadarkan diri karena terkejut.

Bau hangus tercium dari tubuh Bayu yang terkapar di tanah.

"Oi, oi, oi," ucap Emil yang tak percaya melihat Bayu kalah, ia beranjak dari motornya.

Di balik serangan yang sangat kuat, terdapat efek samping yang tak dapat dipungkiri mampu merusak tubuh penggunanya juga. Dirga seperti tersetrum, ia tak bisa bergerak karena syarafnya berhenti merespon sesaat.

"Ini sih udah kelewatan," Emil berjalan menuju Dirga, aura membunuh sangat memancar dari senyumnya.

Dirga tak dapat bergerak, ia hanya mampu melihat Emil yang perlahan berjalan ke arahnya. Sebelum hari ini terjadi, Dirga melihat kematiannya sendiri, ia melihat bahwa ia terbunuh oleh seekor harimau.

Emil membuka kemeja merahnya yang sudah basah kuyup dan melemparnya ke tanah, ia diam sesaat dan berbicara pelan seolah sedang membaca mantra.

Emil berubah menjadi Cindaku.

Cindaku digambarkan sebagai makhluk perwujudan dari manusia harimau, dimana sosok mereka adalah seorang manusia yang dapat melakukan perubahan wujud menjadi bentuk setengah harimau dan cindaku bisa berdiri seperti manusia. Menurut legenda, cindaku sendiri adalah sebuah kekuatan, seseorang yang memiliki sebuah ilmu magis yang merupakan sebuah warisan dari nenek moyang mereka yang dulu pernah tinggal di tanah Jambi. Lewat legenda tersebut juga, dipercaya bahwa yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi cindaku adalah mereka yang memiliki bakat spritiual dan berdarah murni.

Dirga hanya bisa pasrah, kematiannya semakin dekat. Emil mulai berlari mendekati Dirga dengan wujud cindaku nya.

Air tuhan turun bersamaan dengan jeritan langit,

Hujan turun bersamaan dengan petir,

Bait pertama luntur bermandikan darah,

Bait pertama mantra (pemimpin mantra) / Dirga bermandikan darah,

Di atas bunga merah sang harimau gagah berdiri,

Emil Wijayakusuma membunuh Dirga dengan wujud Cindaku,

Bait-bait yang tersisa berkumpul untuk berduka.

Anggota mantra yang tersisa bersedih karena kematian pemimpinnya.

Lengkap sudah arti dari bait kematian yang Dirga lihat, ia hanya menutup matanya dengan pasrah.

BRAAAAAK !!!

Emil terpental, Dirga membuka matanya.

"Ayo naek cepetan," Ajay dengan basah kuyup menerobos hujan, ia menyadari arti dari bait sajak kematian Dirga dan langsung secepatnya menuju ke tempat Dirga. Dengan kecepatan penuh ia menabrak manusia harimau yang hendak menerkam Dirga.

Dirga dengan seluruh kekuatannya berusaha bergerak dan naik ke motor. Ajay langsung memutar arah motornya dan menjauh dari tempat itu secepat yang ia bisa. Ajay melihat spionnya dan mendapati seekor harimau mengejarnya dengan sangat cepat.

"Waaaa tolooong," ucap Ajay panik dengan menambah kecepatannya hingga mentok sudah tarikan gas motornya.

"Pelan-pelan Jay, licin ..." ucap Dirga pelan.

"Palalu bejat, mati gua dimakan macan," entah ia basah oleh air hujan atau keringatnya saat ini.

Jarak mereka dan Emil semakin dekat, harimau itu punya kecepatan yang melebihi motor.

"Dirga tolong Dirga !!!" teriak Ajay yang sudah tak bisa menambah kecepatan.

Mereka sudah dalam jarak terjang Emil.

Dirga melihat seekor burung hantu hinggap di dahan pohon besar, seperti sedang mengawasi mereka.

Emil tiba-tiba berhenti mengejar, padahal tinggal sedikit lagi ia mampu membunuh Ajay dan Dirga. Harimau itu kembali, ia menghilang dari pandangan kaca spion.

"Alhamdulillah," ucap Ajay lega melihat harimau itu pergi.

Namun Dirga hanya diam saja.

"Dir," panggil Ajay.

"Woy Dir," Dirga tak menjawab.

Ajay baru menyadari bahwa Dirga terluka dan berlumuran darah. Ia langsung dengan cepat membawa Dirga ke rumah sakit terdekat, berharap Dirga masih bisa diselamatkan.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top