39 : Sang Hakim Dunia
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Mengampunimu adalah urusan tuhan, tapi mengirimmu kepada tuhan adalah urusanku.
Malam ini Tama duduk di bangku depan kafe sembari melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Ia ditemani penghuni baru mantra, yaitu kucing hitam bernama Anna. Tama nampak memikirkan sesuatu.
Setelah melihat masa lalu pacarnya, Tama tak bisa tinggal diam. Tanpa sepengetahuan Aqilla ia berniat untuk membalas perlakuan Jordan dan teman-temannya. Ia menyusun sebuah taktik perang untuk mengalahkan Jordan sehingga tak mengganggu Aqilla lagi.
Dari kecil ia terbiasa terbully karena sifatnya yang kaku dan karena kemampuannya yang aneh, di antara mantra, Tama adalah orang yang sering melakukan balas dendam dengan cara yang sangat kejam dan tak ada yang tahu jika ia lah pelaku perbuatan tersebut.
Tiba-tiba gadis bervespa kuning tiba dan memarkirkan motornya.
"Hayo! lamunin apa?" ucap Qilla mengagetkan Tama yang sedang fokus.
Tama tersenyum melihat kedatangan Aqilla. Aqilla melihat minuman yang ada di meja Tama.
"Ih milkshake vanillaaaaa,"
Aqilla melihat ada dua sedotan di gelas milik Tama.
"Kok sedotannya dua?" tanya Qilla.
"Kan yang satu buat kamu," balas Tama sambil tersenyum.
"Aku minum ya?" Aqilla duduk dan meminum milkshake vanilla Tama menggunakan sedotan.
Tama juga ikut meminumnya sambil menatap Aqilla.
https://youtu.be/D-UCRSBUfm0
Dirga baru saja datang, ia habis keluar membeli makan.
"Bisa kali" ucap Dirga melihat Tama dan Aqilla yang minum dari gelas yang sama.
"Eh Dirga!" ucap Aqilla kaget.
"Kalian udah akur lagi?" tanya Dirga.
Mereka berdua hanya mengangguk sambil tersenyum. Dirga mengambil bangku dan ikut berbincang dengan mereka berdua. Dirga hanya sebentar, karena ia takut menganggu sepasang kekasih baru itu.
"Sorry nih ganggu, gua masuk dulu ya," Dirga pergi meninggalkan Tama dan Aqilla yang berada di luar.
"Eh Tama, hp nya Dirga ketinggalan," ucap Aqilla.
"Aku ke Dirga dulu ya ngasih HP nya," ucap Tama sambil berdiri dan masuk ke kafe.
Tak butuh waktu lama, ia kembali lagi.
"Kalo orang pacaran itu, ngapain aja si?" ucap Tama yang tidak mengerti cara pacaran.
"Hmm...ngapain ya?" Aqilla bingung harus berkata apa.
"Ya gatau juga aku," jawabnya bingung.
"Kan kamu udah pengalaman," ucap Tama.
"Eh enak ajaaa, baru juga sekali kemarin sama Jordan, itu pun kamu tau alasan aku kenapa pacaran sama dia dan kamu juga pasti tau aku udah ngapain aja sama dia,"
"Kamu cuma nonton bareng, makan bareng, udah gitu doang?"
Aqilla hanya mengangguk.
"Berarti kemarin ciuman pertama kamu?" tanya Tama.
Aqilla hanya mengangguk sambil meminum sisa milkshake vanillanya.
"Maaf," ucap Tama.
"Kenapa minta maaf?" tanya Aqilla.
"Gara-gara aku kamu jadi ga perawan lagi," ucap Tama sambil menunduk.
Aqilla menyemprotkan milkshake yang ia minum ke wajah Tama, karena ia kaget.
"Ya ga gitu cara kerjanya bambang," protes Aqilla.
"Aku cuma udah kehilangan first kiss aja gara-gara kamu ambil," ucapnya.
"Maaf," ucap Tama lagi.
"Gak usah minta maaf kali," balas Qilla.
"Tinggal tanggung jawab aja kok repot," sambungnya lagi.
"Jaga apa yang udah kamu ambil dari aku ya," ucap Aqilla lagi sambil menatap Tama.
"Iya," ucap Tama sambil tersenyum.
Mereka asik berbincang dan menghabiskan waktu hingga larut malam.
Keesokan harinya Tama berangkat ke kampus sendiri, Aqilla hari ini tak ada kelas. Ia berangkat jam setengah 8 pagi ke mantra.
Setelah jam pagi selesai, Tama sendirian pergi ke kantin. Bukan kebiasaannya pergi ke kantin karena ia biasanya membawa bekal makan siang, ia tak suka membeli makanan di luar karena banyak yang tidak diolah dengan cara yang higienis.
Sesampainya di kantin, ia bertemu dengan komplotannya Jordan.
"Bro, lu mau gabung sama saraswati basket ga?" ucap Jordan pada Tama yang lewat di depannya, mungkin ia merekrut Tama karena kemampuannya yang apik di kompetisi 3 on 3.
"Klo mau nanti dateng aja ke basecamp anak basket, di ruangan yang deket lapangan basket,"
Tama yang menghentikan langkahnya hanya mengangguk tanda setuju.
"Yaudah nanti pulang kampus ya," ucap Erik.
Tama kemudian melanjutkan langkahnya, sedangkan Jordan menyeringai seakan merencanakan sesuatu.
***
Sepulang kampus Tama berjalan menuju lapangan, di sana sudah berkumpul 4 orang anak basket. Ia menghampiri Jordan.
"Widih dateng juga anggota baru kita, coba perkenalan dong, taro dulu tas nya," ucap Jordan.
Tama meletakkan tasnya di pinggir lapangan, ketika ia menoleh ke depan, kepalan tangan menghantam ulu hatinya.
"Uaaagh," Tama kaget dan langsung hilang keseimbangan, ia berlutut di depan Jordan sambil memegangi bagian yang baru saja terpukul.
Jordan menjambak rambut Tama.
"Bangun!" bentaknya, sambil menendang wajah Tama dengan lututnya hingga Tama terpental.
Tanpa ampun Jordan langsung menghampirinya Tama yang sudah terjatuh kemudian memukuli Tama yang sudah terkapar.
Tama melepas sarung tangannya dan mencekik leher Jordan, keadaan berbalik, sekarang Tama yang menekan Jordan.
Erik kemudian berlari ke arah mereka berdua, ia hendak membela temannya yang sedang terdesak. Tama melepaskan Jordan dan kemudian melepas sarung tangannya yang satu lagi, Erik memukul Tama, namun Tama menepisnya dan mencengkram lengan Erik. Jordan yang sudah bebas kembali menghajar Tama, hingga Rendra datang membawa beberapa orang untuk menolong Tama. Jordan dan komplotannya kabur meninggalkan Tama yang sudah babak belur.
Tama yang melihat Rendra kemudian mengatakan sesuatu menggunakan bahasa isyarat dan Rendra membalasnya dengan anggukan kepala. Di luar dugaan, bukannya merasa kesakitan. Tama menyeringai seperti baru saja mendapatkan kemenangan. Rendra dan beberapa teman lainnya membopong Tama menuju UKS.
Tama pulang di antar oleh teman-temannya, ada yang memboncengnya dan ada yang membawa motornya menuju mantra. Semua kaget melihat Tama yang pulang dengan keadaan penuh luka.
"Lu kenapa dah?" tanya Andis yang langsung membantu Tama langsung naik ke atas.
Tama tak menjawab. Ia tak mau bicara sama sekali tentang kejadian yang menimpanya. Hingga Dirga datang ke atas untuk berbicara dengannya.
"Jordan?" ucap Dirga.
Tama tak menjawab.
"Waktu libur Jordan kesini nyariin lu,"
"Udah lu ngaku aja sama gua," sambung Dirga sambil memainkan hp nya.
Dirga tiba-tiba terdiam, ia melihat sesuatu di ponselnya. Ia menyimpan nomor Erik ketika Erik salah sambung dan secara kebetulan ia melihat status WA Erik yang sedang mengeroyok Tama, dan juga beberapa chatnya dengan teman-temannya tentang tubuh Karmila yang menurutnya sexy dengan beberapa foto Karmila saat sedang bekerja. Wajah Dirga berubah, ia berdiri dan berjalan meninggalkan Tama.
"Mau kemana?" tanya Tama.
"Ada urusan," sambil membuka pintu dan turun ke lantai bawah.
Dirga mengenakan jaket jeansnya dan mengambil helm.
"Mau kemana lau? tanya Andis.
"Ada yang minta pelajaran tambahan," ucap Dirga.
"Lu jadi guru?" tanya Andis.
Namun Dirga tak membalas pertanyaan Andis.
"Mil, Dirga jadi guru privat ya?" tanya Andis.
"Entah, Mila ga tau,"
Dirga menyalakan motornya.
"Tumenggung, cari orang yang namanya Erik,"
Tiba-tiba sosok pria berpakaian adat jawa keluar entah dari mana.
"Baik tuan," ia menjadi cahaya dan terbang menuju Erik.
Dirga dengan kecepatan penuh mengikuti Tumenggung.
Tama melihat Dirga sang algojo yang pergi dari balik jendela kamar.
"Sekarang giliran lu," Tama mengambil HP nya dan melakukan sesuatu.
***
"Oi Jo," sapa Erik.
"WA gua aneh dah, masa ngepos status sendiri," sambungnya.
"Ngepos apaan?" tanya Jordan yang sedang menikmati sebatang rokoknya.
"Itu foto pas si pelakor lagi kita pukulin,"
"Apus! lu gila kali, kalo orang-orang tau gimana?" ucap Jordan yang tiba-tiba menjadi emosi.
"Udah gua apus Jo, tapi muncul terus jadi spam,"
"Jo, snapgram lu kok ngeshare-ngesahre chat jorok grup kita dah?" ucap Nabil.
"Lu pada kenapa si?" Jordan mengambil hp nya dan memeriksa apa yang sedang terjadi.
"Wah anjir! masa gua ngeshare aib-aib kita, ga logis, bukan gua ini," sambil menghapus SG nya.
Terdapat foto-foto ia sedang memukuli Tama, ada juga chat-chat mesumnya dengan beberapa wanita, juga ghibahnya saat membicarakan Aqilla di grup tongkrongannya.
Yang orang tahu adalah Aqilla sebagai penjahat yang tega mengkhianati Jordan, namun kenyataannya Jordan adalah pria yang busuk. Ia hanya memakai topeng yang rupawan, namun di balik topengnya ia adalah seekor monster.
Bahkan hingga saat ini, SG nya tetap memposting aib-aibnya. Ia kesal dan membanting HP nya.
"JANCUK !!!" teriak Jordan.
"Hacker gila!" timpal Erik.
Setelah itu mereka bubar dari tongkrongan karena ada urusan masing-masing, anehnya hanya Jordan dan Erik yang mengalami kejadian itu.
Erik bertempat tinggal di daerah Sewon Bantul, ia ngekos di daerah yang cukup sepi. Sesampainya ia di kosan, ia mendengar suara kamar mandi yang berisik karena shower dan keran air menyala, seakan-akan memang ada orang yang sedang mandi, namun mustahil karena ia tinggal sendiri dan keluar dari pagi untuk kuliah, ia juga sudah mengunci pintu dan mematikan keran air seingatnya.
Ia menyalakan lampu kamarnya dan berjalan menuju toilet, ia membuka pintu toilet dan memang benar keran air sedang menyala.
"Perasaan udah gua matiin dah," ia berjalan masuk untuk mematikan keran air.
Ketika ia hendak menutup keran air, tiba-tiba keran itu mati sendiri dan pintu kamar mandi tertutup sendiri dengan sangat keras hingga membuat Erik terkaget. Lampu kamar mandi tiba-tiba mati, ia berlari dan menggedor-gedor pintu kamar mandi karena merasa takut.
"Tolooong! tolooong!" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu.
Lampu tiba-tiba menyala kembali, Erik berusaha menghela nafas secara normal.
Tepat di sebelah pintu terdapat cermin bundar kecil. Ia menahan nafasnya dan melihat ke arah cermin dengan ujung matanya. Ia melihat ke arah cermin itu, sesosok manusia mengenakan jaket jeans dan juga memakai topeng berwarna merah sedang berdiri tepat di belakangnya. Erik menoleh kebelakang untuk memastikan apa yang ia lihat di cermin.
Trang !!
Lampu kamar mandi Erik pecah, kegelapan menyelimuti pandangannya, tiba-tiba ia terseret ke bak mandi.
"Aaaaaargh tolooong!"
Tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi.
***
Sementara itu Jordan baru saja sampai di kosan, ia langsung membuka instagram miliknya. Banyak pesan-pesan dari para followers nya yang menghina kelakuan aslinya.
"Gua ga nyangka Jordan kayak gini,"
"Gua kira orang baik-baik, ckckck ternyata..."
"Ayo mabok bareng bro !"
Jordan kemudian membuka sosial media lainnya, dan begitu juga seperti instagramnya, semua akun sosial medianya menyepam postingan tentang aib-aibnya sendiri. Era sang pahlawan telah runtuh, seluruh kedamaian yang ia berikan hanya lah sebuah kepalsuan.
Berakhir sudah. Image nya yang baik telah berbalik 360 derajat, dari yang dipuja menjadi terhina, ia sudah kehilangan wajahnya di kampus, bahkan di mana pun. Semua orang tahu jika ia adalah pemabuk, pemakai obat, suka bermain wanita dan bersifat kasar.
Bahkan teman tongkrongannya pun mulai menjaga jarak karena takut tertular image nya yang busuk. Rasanya terluka tidak sesakit saat kehilangan martabat.
Semenjak hari itu Jordan tidak pernah terlihat lagi di kampus dan Erik di ketahui masuk rumah sakit karena terluka cukup parah.
.
.
.
Ketika sang hakim memutuskan, sang algojo pergi untuk melaksanakan.
Tidak ada yang tahu siapa dalang di balik ini semua, tanpa bukti, tanpa jejak.
Seolah-olah takdirlah sebenar-benarnya pedang keadilan yang diutus oleh langit untuk menghukum orang-orang jahat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top