36 : Chamomile

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Setelah shalat subuh Dirga memasak sarapan, ia hanya sendirian di mantra, semuanya pulang untuk menjemput rindu pada keluarga. Berbeda dengannya yang menjauhi keluarga Martawangsa.

Martawangsa sendiri adalah keluarga berdarah biru, konon katanya pada zaman raja-raja, ada sebuah kerajaan bernama Kartanesia yang dipimpin oleh raja Yudistira. Pada zaman itu terdapat 10 keluarga elit yang memiliki kekuatan besar dan berdiri di samping sang Raja untuk melindunginya, salah satu keluarga itu adalah Martawangsa yang terkenal dengan topeng saktinya.

Sekarang keluarga Martawangsa berada di masa kejayaannya, bersama dengan perusahaan Martawangsa Corp yang sedang naik daun membuat keluarga ini semakin membahana, namun tidak ada orang yang tahu tentang cara keluarga ini memperoleh kejayaannya.

Dirga adalah anak yang menolak keluarganya sendiri akibat permainan di belakang layar yang dilakukan oleh keluarga Martawangsa, ia dan kembarannya mengasingkan diri tinggal bersama dengan pamannya yang sudah dari lama memutus hubungan dengan keluarga Martawangsa.

Tirta berkuliah di Universitas Indonesia, sedangkan Dirga di Universitas Gajah Mada. Tidak ada alasan Dirga untuk pulang ke rumah, ia juga tak mau membuat pamannya mengalami banyak masalah, maka dari itu ia memutuskan untuk tetap di tanah Jogja hingga ia lulus.

Ditengah sarapannya ada pesan masuk di HP nya.

"Awas aja kalo si Erik-Erik bangke itu lagi," gumamnya dalam hati sambil mencoba melihat siapa yang memberikannya sebuah pesan.

Ternyata pesan itu datang dari Karmila.

"Sibuk ga?" ucap Mila dalam chatnya.

"Temenin ke perpus  kota yuk, nanti pulangnya beli gelato. Kebetulan ada kupon buy 1 get 1 nih," sambungnya lagi.

Ya mungkin karena tidak ada kegiatan, Dirga meng iya kan ajakan Mila untuk ke perpustakaan kota yang berada di jalan Suroto. Mereka janjian di kafe mantra sekitar pukul 10 pagi.

Dirga sudah bersiap, setelah ia mengunci pintu, sembari menunggu Mila ia duduk di kursi depan sambil menikmati sebatang rokok sambil mendengarkan lagu Oasis yang berjudul Don't look back in anger dari earphone miliknya dengan mata terpejam, menghayati setiap lirik-liriknya.

Ketika sedang asik-asiknya menikmati sisa pagi, tiba-tiba seseorang menarik rokok dari tangannya dan kemudian memasukan permen lolipop milkita coklat ke dalam mulut Dirga. Dirga membuka matanya, sesosok wanita berbaju putih lengan pendek dengan hiasan cardigan kuning berada tepat di depannya, cantik seperti bunga chamomile.

"Ngapain bengong? yuk jalan," ucap Karmila.

Dirga beranjak dari  duduknya.

"Eh tunggu sebentar," Mila mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya. Ia menyemprotkan baju Dirga dengan parfum.

"Biar ga bau rokok," ucapnya sambil tertawa.

Entah kenapa, belakangan ini Dirga melihat Karmila agak sedikit berbeda. Dirga naik ke atas motornya dan Mila ikut naik di belakangnya, kemudian mereka berangkat menuju ke perpus kota.

"Ngapain ke perpus?" tanya Dirga memutus kebisuan di perjalanan.

"Mau riset bahan buat skripsi," ucapnya.

Mila sebentar lagi akan lulus, bisa jadi ini adalah semester terakhir ia berada di kota ini.

"Semangat," ucap Dirga singkat.

"Kayak ga ikhlas gitu?" guyon Mila.

Sepertinya memang Dirga tak ikhlas untuk melepas pegawainya yang paling cantik itu, performanya di mantra tergolong begitu bagus dan juga sangat kreatif dalam melakukan inovasi-inovasi kekinian, seperti memberikan selipan kertas berwarna-warni yang diisi dengan tulisan tangan berisikan quotes tentang cinta dan kehidupan kampus untuk setiap pemesan.

Tak terasa, mereka sudah sampai di perpustakaan kota. Dirga memarkirkan motornya dan kemudian masuk ke perpus.

Mila dan Dirga berpencar untuk mencari buku, Dirga memilih sebuah buku sastra, ketika ia hendak mengambil buku itu, sebuah tangan juga ikut mengambil buku yang sama, Dirga menoleh ke arah wajah sang pemilik tangan itu. Seorang wanita berambut panjang dengan baju hitam lengan panjang berdiri tepat di sampingnya. Wanita itu mengalah dan melepaskan tangannya dari buku itu. Namun Dirga yang mendapatkan buku itu justru memberikan nya pada wanita itu.

"Pake aja, gua ga terlalu butuh," ucap Dirga pada wanita itu.

Wanita itu mengambil buku itu, "terimakasih," ucapnya sambil tersenyum pada Dirga.

Dirga lanjut mencari buku lain untuk di baca, ia mengambil buku sejarah dan berjalan ke arah Mila yang duduk sambil membaca buku.

Sudah beberapa jam mereka di sana, Mila sudah banyak membaca buku untuk referensi dan mencatat bagian-bagian pentingnya. Ia melihat ke arah Dirga yang sedang melihat ke arah kursi pojok dekat jendela.

"Bengong mulu hey," ucap Mila.

Dirga menoleh ke arah Mila, "ga bengong kok," ucapnya.

"Joinan sama mbak yang di situ yuk, kasian dia sendirian," ajak Dirga.

"Dirga," panggil Mila.

"Gimana mau ga?" Tanya Dirga.

"Masalahnya....." Mila menghentikan bicaranya.

Dirga menunggu. Mila mendekatkan wajahnya ke telinga Dirga.

"Kita cuma berdua dari tadi," ucapnya berbisik.

Dirga menoleh ke arah gadis berbaju hitam yang ia lihat tadi. Namun sekarang tak ada siapapun di meja itu.

"Tapi tadi ada orang kok, sempet barengan cari buku," ucap Dirga.

"Jangan dilanjutin, Mila jadi takut," ucap Mila.

Karena penasaran, Dirga beranjak dan mencoba mencari sosok wanita tadi. Ia mengelilingi perpus, namun tak ada orang yang seperti itu. Keadaan di perpus sangat sepi, mungkin karena sekarang sedang musim liburan semester. Ia melihat beberapa orang, namun wanita tadi benar-benar lenyap dari bumi keberadaannya.

Karena hari mulai siang, Mila mengajak Dirga untuk makan siang dan setelah itu berburu gelato.

"Dirga serius liat cewek baju item?" tanya Mila serius.

"Iya, tadi dia ambil buku sastra," jawab Dirga sambil mengendarai motor.

Mila memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket Dirga dari belakang.

"Ngapain Mila?" Tanya Dirga yang jadi grogi.

"Tumben Dirga wangi," ucapnya sambil tangannya masuk lebih dalam ke dalam saku jaket Dirga.

"Lah, emang biasanya?"

"Bau rokok, ga enak," jawab Mila.

Mereka memilih makan ayam geprek  di daerah Selokan Mataram. Setelah makan Dirga biasanya merokok.

"Gua keluar sebentar ya Mil," ucap Dirga yang makanannya sudah habis.

Ia berjalan ke luar sambil mengambil rokok dan korek di saku jaketnya. Ia merogoh-rogoh namun tak ada satupun barang-barangnya. Lalu ia kembali ke dalam.

"Nyari apa?" tanya Mila melihat Dirga yang seperti mencari sesuatu.

"Enggak kok," ucap Dirga.

"Nih," Mila memberikan bungkus rokok milik Dirga yang ia ambil dari saku jaketnya.

"Nih ambil, nyari ini kan?" Ucap Mila melihat Dirga yang hanya diam.

Dirga kemudian mengambil bungkus rokok itu dan berjalan keluar. Ia berjalan sedikit ke arah warung.

"Punten bang ada korek ga ya? Boleh minjem sebentar?" tanya Dirga pada abang-abang yang sedang nongkrong.

Orang itu meminjamkan Dirga korek gas. Ketika ia membuka bungkus rokoknya, isinya berubah menjadi sekumpulan permen lolipop.

"Bang, permen mah jangan dibakar," ledek salah satu abang-abang.

Dirga menjadi malu, ia mengembalikan korek itu pada abang-abang tongkrongan dan berjalan kembali menghampiri Karmila.

"Udah ngerokok nya?" tanya Mila tersenyum menahan tawa.

"Bisa ga si ga ngurusin hidup orang?!" Balas Dirga agak sedikit emosi.

Mila agak sedikit terkejut melihat Dirga menjadi marah.

Setelah membayar makanan, mereka berdua pergi ke tempat gelato. Tak ada sepatah kata pun yang terlontar sejak kejadian tadi, hingga mereka sampau di tempo gelato yang berada di jalan Magelang.

"Ga turun?" Tanya Dirga yang sudah memarkirkan motor, namun Mila tak turun dari motornya.

"Kayaknya kapan-kapan aja deh ke gelatonya," ucap Mila.

"Lah, kenapa?"

"Mila mau pulang aja,"

"Kan udah sampe sini, tanggung," ucap Dirga.

"Mila pulang sendiri aja deh," ia turun dari motor dan memberikan kupon promo dari tempo gelato pada Dirga.

Namun tiba-tiba Dirga sadar dengan keadaannya. Ia mematahkan rokok-rokok nya dan membuangnya di depan Mila, kemudian ia mengambil permen lolipop dan membuka bungkusnya, kemudian memakannya. Ia membuka 1 bungkus lagi dan memasukkannya ke dalam mulut Mila secara tiba-tiba.

"Ternyata emang lebih enak permen lolipop," ucap Dirga sambil menuntun tangan Mila yang sedang menyodorkan kupon, mereka masuk ke dalam toko.

"Maaf ya Mil, tadi ke bawa emosi,"

Mila hanya diam tanpa kata.

Setelah memesan mereka berdua duduk di kursi pojok di lantai 2.

"Mila, maaf," ucap Dirga yang menyesal karena membentak Mila.

Dirga menempelkan kepalanya di meja, sambil menatap Mila.

"Kalo di maafin, Dirga mau berhenti ngerokok?" Ucap Mila sambil menatap Dirga.

Dirga mengangguk.

"Janji?"

Dirga hanya mengangguk.

"Sini," Mila menyodorkan kelingkingnya.

Dirga menyambut jari kelingking Karmila dengan kelingkingnya.

"Janji harus ditepati," ucap Mila sambil tersenyum.

Sambil melihat ke arah luar, Dirga melihat wanita berbaju hitam yang ada di perpustakaan tadi, ia berda di tengah jalan raya sambil melihat ke arah Dirga.

Tiba-tiba mobil dengan kecepatan tinggi menghantam wanita itu.

"Awas!" Ucap Dirga refleks.

Semua orang yang berada di lantai 2 melihat ke arah Dirga.

"Dirga kenapa?" Tanya Mila.

"Itu ada orang ketabrak mobil," jawab Dirga.

Namun lagi-lagi tak ada apapun. Tak ada keramaian, tak ada kendaraan yang berhenti, tak ada jasad tergeletak.

"Dirga," panggil Mila.

"Dirga,"

"Dirga!"

"Eh iya," jawab Dirga yang sadar dari lamunannya.

"Kalo ada masalah cerita sama Mila ya," ucap Mila yang khawatir pada Dirga.

Dirga hanya mengangguk.

Setelah itu, mereka pulang tanpa ada kejadian apapun.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top