34 : Pencuri
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Tak hanya komunitas ISI yang mengadakan makrab, jurusan sastra Inggris juga mengadakan makrab di daerah Wonosari. Mereka berangkat hari sabtu pagi, Dirga mengendarai mobilnya berangkat ke Wonosari bersama sastra Inggris angkatannya. Ada beberapa mobil dan motor yang berangkat bersama, Dirga di dalam mobil bersama dengan 4 orang temannya Akil, Gema, Riki dan Fatur.
Sesampainya di villa bernuansa pedesaan yang besar dengan 2 lantai, semua mencari kamar sesuai dengan kelompok mereka. Dirga dan komplotannya tidak langsung mencari kamar, mereka asik jajan telur gulung di depan villa. Tentu saja dalam segala kegiatan pasti ada panitia yang bertugas untuk membimbing jalannya kegiatan agar terarah dan tidak melenceng kemana-mana.
Sehabis shalat zuhur, Yanto selaku ketua acara menyampaikan jika mereka semua akan makan siang di luar, karena memang dengan keterbatasan budget jadi tidak ada patungan makan dan mencari alternatif makan di luar sebagai solusinya. Yang membawa bekal makanan diperkenankan untuk tetap ikut karena setelah makan akan ada games-games menarik.
Sesampainya di warung makan, "Wah sue, dompetku ketinggalan cuk," ucap Akil.
"Yaudah pake duit Dirga aja dulu," ucap Riki.
"Lah sue, ngapa jadi gua?" balas Dirga.
"Lu kan pemegang saham mantra coffee yang viral itu Dir," sambung Gema.
Mereka berlima berbasa-basi sambil tertawa-tawa khas ceng-cengan anak tongrongan.
"Wah HP ku juga ketinggalan cuk," ucap Gema.
Gema dan Akil ingin kembali untuk mengambil dompet dan hp mereka, namun Yanto menahan mereka agar tidak meninggalkan tempat makan dengan alasan uang makan bisa diatur dan jika tidak membawa hp justru bagus karena bisa fokus bercengkrama dengan teman-teman lainnya. Gema dan Akil akhirnya sepakat untuk tidak kembali ke villa mengambil barang-barangnya.
Selesai acara makan dan games, mereka semua kembali ke villa, karena acara bebas Dirga memilih duduk di balkon lantai 2 sambil merokok. Ia mangambil rokok yang ada di saku celanannya dan juga korek gas, baru saja Dirga menghisap rokoknya, Gema dan Akil menghampirinya.
"Cuk dompetku sama HP nya Gema ilang," ucap Akil.
"Nyelip kali," ucap Dirga santai sambil rambutnya bergoyang-goyang akibat diterpa angin sepoi-sepoi.
"Enggak ada, ini juga lagi dibantu cariin sama Riki dan Fatur," samung Gema.
Dirga mematikan rokoknya dan langsung menuju TKP, namun tak di duga-duga ternyata bukan hanya komplotannya saja yang kehilangan, banyak anak-anak yang kehilangan barang-barang mereka. Mereka semua akhirnya sepakat untuk menggeledah semua barang bawaan setiap orang, untuk memastikan apakah ada pencuri di antara mereka.
Setelah selesai menggeledah ternyata tidak ada pencerahan, semua kemudian menggeledah seisi villa, siapa tau jika memang ada pencuri pastilah semua barang-barang itu masih berada di sekitar sini.
Kemudian acara tetap dilanjutkan, sore hari semua pesserta makrab diwajibkan untuk melakukan aktifitas diluar. Dirga merasa ada hal yang janggal, "Kenapa harus acara diluar? sedangkan di dalam rawan pencurian," gumamnya dalam hati.
Ia terpaksa memprediksi masa depan dan melihat selangkah lebih dulu daripada teman-temannya. Dirga mengikuti arahan panitia untuk beraktifitas di luar, ia bermain sepak bola bersama teman-temannya.
Selesai beraktifitas di luar, tidak ada kejadian seperti sebelumnya saat mereka keluar. Dan semua sepakat bahkan memang pelakunya adalah salah satu diantara peserta makrab. Bisa dibuktikan dari kegiatan diluar ketika sore hari, mereka semua berada di luar dan tidak ada kasus kehilangan, sedangkan saat makan siang tadi ada beberapa orang yang datang agak terlambat.
Akil dan Gema mencurigai Yanto adalah dalang dari kasus pencurian ini, karena ia sempat menahan mereka berdua saat hendak kembali mengambil barang yang tertinggal, dugaanya Yanto tidaklah sendiri, melainkan ada komplotannya yang bekerjasama dengannya, dan mereka berdua sepakat bahwa Yanto adalah pengalih perhatian.
Setelah mandi dan beres-beres, mereka semua akan makan malam di sebuah kafe yang telah di booking oleh panitia. Kafe itu tidak jauh dari villa.
Dirga izin menyusul, ia ingin membeli rokok dan beberapa minuman kaleng, ia mengendarai mobilnya meninggalkan rombongannya. Tentu saja, pintu vila telah di kunci, Dirga tak bisa masuk ke dalam sebagai bentuk antisipasi kemalingan lagi.
Yanto dan rombongan telah berjalan menuju kafe, tiba-tiba Udin ketua divisi acara izin pamit sebentar karena ada urusan mendadak, kebetulan Udin tinggal di daerah sekitar situ, untuk tinggal di Jogja dia ngekos di sekitar UGM.
Udin pergi meninggalkan rombongan grup, namun ternyata sebelum pulang ia kembali ke vila untuk mengecek keadaan vila. Udin memiliki kunci cadangan rupanya, ia membuka kunci itu dan masuk ke dalam vila.
"Yo," ucap seseorang yang berada di dalam vila, mengagetkan Udin yang baru saja masuk.
"Dirga?" sontak Udin kaget melihat Dirga yang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil merokok.
"Gimana caranya lu masuk? tadi kan lu naik mobil--" Udin menghentikan perkataannya.
"Jangan-jangan lu...." Udin curiga pada Dirga.
"Ah lu kebanyakan nonton drama korea din ah," Dirga berdiri dan membuang rokoknya.
"Ngomong-ngomong lu ngapain di sini? kan yang pegang kuncinya si Yanto," tanya Dirga.
"Gua mikir, kenapa divisi acara mati-matian banyakin acara di luar vila? padahal nyewa vila aja udah mahal, kenapa ga manfaatin vila yang luas ini aja sih? kenapa juga embel-embel keterbatasan budget jadi bikin harus makan di luar? secara makan di luar harusnya lebih boros. Dan juga yang kebetulan orang sini dan punya koneksi orang luar buat ngumpetin barang-barang curian kan cuma lu doang Din," sambung Dirga lagi.
Udin menyeringai, "Sejak kapan lu tau?" tanya Udin.
"Balikin barang temen-temen gue din," pinta Dirga.
"Lu cuma sendiri Dir," ucap Udin.
Seketika ada beberapa orang asing yang masuk ke dalam vila, mereka adalah komplotannya Udin, alias anak tongkrongan Udin di wilayah ini.
"Lu tutup mulut aja deh, gua bagi komisi nih 10%," Udin berusaha membujuk Dirga.
Dirga mengambil sesuatu yang tertinggal di sofa.
"Topeng?" gumam Udin melihat Dirga mengambil sebuah topeng.
Dirga memakai topeng itu, seketika lampu di vila padam.
"Bangsat mati lampu!" teriak Udin.
"Aaaaaaaaaargh...." teriak salah seorang rekan Udin yang berada di belakangnya, namun karena gelap, Udin tak bisa meliha dengan jelas.
"Aaaaaaaaaargh..." teriak seorang lagi.
Udin merasa was-was dan berlari keluar vila, di luar keadaan terang benderang hanya lampu di dalam vila yang padam. Siluet orang terlihat keluar dari villa.
"Siapa itu?!" teriak Udin.
Dari balik bayang-bayang Dirga keluar mengenakan topeng, ia menari-nari sambil langkahnya mendekat ke arah Udin yang berada di halaman vila.
"Dir lu kesurupan ya?!" Tanya Udin panik melihat Dirga seperti kerasukan setan pesinden.
Lampu taman mati beriringan dengan langkah Dirga, Udin merasa takut dan lari menuju jalanan. Ia melihat siluet seseorang sedang berdiri di bawah lampu tidak jauh dari posisinya.
"Tolooong!" teriak Udin meminta tolong pada orang di bawah lampu.
Ketika langkahnya semakin dekat, Udin malah berhenti. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.
Udin melihat Dirga sedang berdiri di bawah lampu, Dirga melanjutkan tariannya dan seketika lampu itu mati. Udin mendengar deruan nafas dari belakang kupingnya, hembusannya terasa hingga menggetarkan kakinya, perlahan ia menoleh. Namun tak ada siapapun di belakangnya, ia menoleh kembali ke arah lampu yang berada di depannya, dan Dirga sudah tak berada di sana. Ketika ia menghela nafas, tiba-tiba bajunya seperti tertarik dan menyeretnya hingga ke dalam vila lagi
***
Tidak lama setelah itu rombongan datang kembali, mereka panik melihat keadaan pintu vila yang terbuka, sedangkan kuncinya saja di pegang oleh Yanto yang sedari tadi berada di kafe bersama mereka. Sesampainya di dalam, mereka melihat beberapa orang tak sadarkan diri dalam keadaan terikat, salah satu orang itu adalah Udin. Di atas meja ruang tengah tergeletak barang-barang mereka yang hilang.
"Ini apa yang terjadi?" tanya Yanto.
"Si Udin tuh dalang di balik pencurian, dia divisi acara kan? dia yang paling tahu tentang celah kapan anak-anak lagi pada di luar," ucap Dirga yang turun dari tangga.
"Nih," Dirga melemparkan kunci replika yang ia dapatkan dari Udin.
"Udin masuk pake kunci cadangan," sambung Dirga lagi.
Udin dan komplotannya kemudian di bawa ke rumah pak RT setempat untuk dilaporkan.
Setelah itu makrab berjalan dengan bebas tanpa ada acara-acara yang berada di luar area vila, karena takut kejadian seperti itu terulang kembali.
"Dir, lu kok bisa ada pas si Udin dkk beraksi sih?" tanya Gema.
Dirga hanya diam sambil menyeruput kopi hitamnya dan menghisap rokok.
"Jangan-jangan sebenernya lu udah tau dari awal ya? makanya lu izin ke supermarket, padahal sebenernya lu mau mantau si Udin?" tanya Fatur penasaran.
"Kadang kita-kita ngerasa lu itu kayak bisa ngeliat masa depan Dir," ucap Akil.
"Ya siapa yang tahu," jawab Dirga singkat sambil tersenyum.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top