27 : Pemburu Hantu

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Seperti biasa, aroma kopi Kintamani selalu menemani malam hari yang sendu ini, seperti Arabica Toraja yang hanya merindukan seorang kamu saja. Pahitnya secangkir Robusta Temanggung, seperti perasaannya yang kian lama digantung. Tapi percayalah, persahabatan mereka bagaikan Aceh Gayo, yang mau kemana saja selalu ayo.

Malam itu hujan membasahi bumi.

Seorang pria kurus berjaket biru terlihat murung, ia termenung meratapi jendela yang dibasahi air hujan.

Tak seperti para penikmat Gayo yang selalu ayo. Ia duduk sendirian sambil menyeruput secangkir kopinya.

Ajay dari tadi mencoba membaca raut wajahnya, ada apa gerangan? hanya kemalangan yang terpapar jelas di wajahnya.

Setengah jam berlalu dari waktu seharusnya mantra tutup.

"Maaf mas, kami sudah mau tutup," seru Andis.

Pria itu melihat kesekelilingnya dan hanya dia pelanggan satu-satunya di mantra coffee. Pria itu beranjak dan hendak membayar pesanannya. Ia memberikan uang kepada Ajay yang berada di bangku kasir.

Ajay mengisyaratkan sesuatu pada Dirga dan Tama yang sedang berada di posisi mereka.

Pria itu berjalan menuju pintu, namun langkahnya terhenti. Ia seperti bimbang.

Tama dan Dirga menghampirinya, Tama melepas sarung tangan hitamnya dan menepuk pundak pria itu.

"Kenapa mas?" tanya Dirga kepada orang itu.

 Sekelibat cinematic terlihat, Tama mengamati beberapa kejadian yang pria itu alami. 

Pria itu tak menjawab, hanya diam. Terlihat ingin bicara namun tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Kakinya gemetar.

Dirga melihat Tama, Tama berbisik pada Dirga.

"Paranormal activity," bisik Tama.

"Kalo mas nya takut pulang ke kos-kosan, malam ini gpp kok kalo mau menginap di sini," ucap Dirga.

Pria itu menatap Dirga, "Jadi bener ya, rumor kalo di kafe ini bisa konsultasi seputar kejadian mistis," ucap Pria itu.

"Ya ga sepenuhnya bener, tapi kalo emang bisa, kita bakal bantu kok," ucap Dirga.

Pria itu menjelaskan bahwa ia baru pindah dari kos-kosan lamanya, ia pindah ke tempat yang lebih luas dan bagus, memang agak sedikit mencurigakan karena biaya perbulannya tergolong super duper murah untuk sebuah kosan dengan bangunan yang besar dan lengkap fiturnya, seperti kitchen set, kamar mandi dalam, tempat tidur empuk, meja, kursi,TV, AC, lemari dan kulkas. Bahkan bentuknya tak seperti kos-kosan, melainkan seperti rumah minimalis.

Seminggu awal, tidak ada kejadian yang janggal. Namun setelah masuk minggu kedua, sering posisi benda-benda di dalam kamarnya berubah-ubah saat ia pergi keluar.

 Seperti contoh, ia pergi dengan meninggalkan piring kotor, namun ketika ia pulang, piring itu sudah bersih dan terpampang rapih di rak piringnya. Pernah juga ia nyalakan TV saat pergi dan ketika ia pulang TV itu dalam keadaan mati.

Memasuki minggu ketiga, kejanggalan lebih ekstrim terjadi. Pernah suatu ketika, ia terbangun malam dan hendak minum karena haus. Pria itu membuka kulkas dan mengambil sebuah botol, ketika ingin menuangkan air dari botol ke dalam gelas, ketika ia hendak mengambil gelas, gelas itu bergeser dengan sendirinya, bergerak ke arah pria itu. Membuat pria itu sontak kaget.

Ia juga memelihara kucing, dan pada suatu hari ketika ia pulang, kucingnya mati tanpa sebab. Sebelum ia pergi, kucingnya dalam keadaan sehat dan makanannya masih utuh. Bahkan ketika ia pulang, makanan kucing itu tak berkurang sedikitpun, yang berarti kucing itu mati bukan karena sakit ataupun kelaparan, entah apa sebabnya.

Namun lambat laun ia mengerti, mungkin kucingnya mati karena stress dari gangguan penunggu di kosannya itu, seperti halnya ia yang stress setiap pulang dari luar, atau bahkan saat berada di kos.

Andis turun dari lantai atas membawa kasur, selimut dan bantal untuk pria itu. Dirga dan Andis tidur di bawah menemani pelanggan itu, sedangkan Tama dan Ajay tidur di lantai atas.

Malam ini berlalu begitu cepat, perlahan mentari mulai menunjukkan sinarnya.

Ketika pria itu bangun, ia melihat Dirga sedang berkemas.

"Mau ngampus mas?" tanya pria itu yang baru bangun tidur.

"Hari minggu mas bro, kampus apa romusha?" sahut Andis yang baru turun dari lantai atas membawa beberapa box di tangannya.

"Ayo jangan bengong, kita berangkat sekarang, mumpung masih pagi," ucap Dirga.

"Hah?! mau kemana?" tanya pria itu bingung.

"Ke kosan situ lah, katanya ada kejadian mistis, kan perlu di steril," ucap Dirga lagi.

Kemudian mereka Ajay dan Tama turun dengan persiapan mereka. Pria itu juga bangun dan merapihkan kasur yang ia gunakan. Mereka berlima melaju ke kos-kosan pria itu yang terletak di kaliurang atas, dengan mengendarai mobil milik Dirga. Dan diketahui bahwa nama pria itu adalah Andri.

Sesampainya di sana, memang sangat sepi, tetangganya agak sedikit berjauhan menyisakan pepohononan rimbun dan rerumputan hijau. Kos-kosan itu berbentuk seperti rumah, sebenarnya memang ada beberapa kamar, namun sekarang hanya Andri yang menghuni rumah itu, dan ia diberikan hak untuk menggunakan kamar lain, sampai ada penghuni lainnya yang menghuni.

Dirga sudah menjelaskan, bahwa mantra akan membantu Andri untuk mensterilkan kosannya, namun apabila hanya disetujui oleh Andri. Mantra akan memantau kosan itu dengan peralatan mereka. Entah sudah berapa lama mereka vakum dari dunia perhantuan, namun sejatinya mereka dulu memang suka menolong orang-orang yang mengalami gangguan mistis.

Andri menyetujuinya. Dirga segera membuat denah lokasi kosan berbentuk rumah itu. Andis memasang cctv dengan acuan denah yang dibuat oleh Dirga. Tama sibuk menyentuh beberapa barang. Dan Ajay membantu Andis memasang cctv.

Beberapa jam telah berlalu dengan segala persiapannya.

Ajay menjadi operator untuk memantau cctv, sedangkan yang lain melakukan aktifitas.

Tama pergi ke toilet untuk buang air dan mencuci tangan, ketika ia sedang mencuci tangan, tiba-tiba keran air di bak mandi berputar dan menyala dengan sendirinya. Ia menutup keran air di westafel dan hendak mematikan keran di bak mandi. Namun ketika ia mematikan keran, tiba-tiba suhu menjadi dingin bahkan membuat cermin berembun. Di tengah embun itu entah bagaimana caranya, embun di cermin itu bergerak seakan memang ada oarang yang sedang menulis dengan jarinya.

"PERGI !" tulisnya.

Embun itu mulai pudar dan membuat cermin menjadi normal kembali, Tama hanya terdiam melihat ada wanita berambut panjang dan bergaun putih sedang beranjak dari bak mandi. Namun ketika ia menoleh, tidak ada apapun di bak itu. Tama segera keluar dari kamar mandi.

Disisi lain, Andri sang pemilik kosan dan Dirga sedang bermain playstation. Ajay tiba-tiba menelpon Dirga.

"Dir, itu anak kecil siapa?" ucap Ajay.

"Anak kecil mana?" tanya Dirga.

"Yang di depan lu, lu ga liat?" timpal Ajay.

Tiba-tiba barbel milik Andri jatuh dari atas meja, mengaggetkan Dirga dan si Andri. Karena dorongan saat terjatuh, barbel itu menggelinding. Andri dan Dirga hanya melihat barbel itu bergelinding sambil masih memegang stik ps.

Anehnya barbel itu berbelok dan menggelinding hingga tepat mengenai lutut Dirga. Mereka berdua kabur ke tempat Ajay.

Sesampainya di kamar yang di gunakan sebagai ruang operator, mereka mencoba melihat beberapa rekaman cctv. Sebenarnya bukan hanya cctv, mereka juga menempel alat pendeteksi suhu dan alat rekam suara pada tiap cctv. Banyak kejadian janggal, dari suhu yang berbeda dari setiap kamar, sampai banyak suara anak kecil sedang tertawa dan berlari-larian, padahal tidak ada anak kecil di situ, bahkan di sekitar lingkungan juga.

Dari rekaman barbel gelinding tadi, Dirga tak melihat kejanggalan lain, namun Ajay bilang bahwa tadi ada anak kecil masuk ke dalam rumah dan berlari menuru ruang tv, anak kecil itu mengganggu Dirga dan Andri yang sedang bermain ps, namun karena Dirga menghiraukannya, atau secara logisnya tak melihat anak itu, dia ingin bermain dengan cara lain, yaitu dengan menjatuhkan barbel dan memberikkannya pada Dirga.

Ketika sedang serius melihat rekaman cctv.

BRAAAAK !!

"Astagfirullah," ucap Dirga kaget.

"Ayam-ayam," latah Andri.

Tama terlihat ngos-ngosan. Ia membuka pintu kamar dengan keras seperti sedang panik.

"Lu ngeliat apaan Tam?" tanya Ajay yang peka terhadap kondisi Tama.

Tama kembali menoleh ke arah luar sebelah kanan dari pintu. Ajay merebut smartphone yang sedang digunakan Dirga, ia meng close cctv di ruangan tv dan memindahkan fokus ke arah kamar mandi.

Terlihat wanita berambut panjang dengan gaun putih, wanita itu basah seperti habis tercebur.

"Assalamualaikum," tiba-tiba suara Andis yang baru saja datang dengan membawa beberapa bungkus makanan memecahkan suasana tegang itu.

Semuanya menuju Andis yang baru saja kembali setelah pergi keluar untuk membeli makanan, bak seorang ayah yang baru pulang kerja dan di tunggu-tunggu oleh keluargannya.

"Nape lu pada? kelaperan?" tanya Andis pada orang-orang ini.

"Gila Dis, serem juga kosannya," ucap Dirga.

"Lu ga liat apa-apa gitu?" tanya Ajay pada Andis.

"Entah ya, kuy kita balik ke kafe, malem ini tidur di kafe aja dulu, besok kemari lagi," ucap Andis.

"Gua gimana?" tanya Andri.

"Terserah, kalo lu mau ikut, nginep aja lagi di kafe kalo takut, kalo berani ya disini aja," ucap Andis.

"Kalo liat mah ya ada beberapa, tapi itu cuma cecunguk doang, sebenernya ada yang bikin gua penasaran," timpal Andis lagi.

"Apaan yang bikin lu penasaran Dis?" tanya Dirga.

Andis menjelaskan rasa penasarannya dan meletakan barang secara acak, bahkan sehabis makan bersama, Andis menyuruh untuk tidak membereskan sebagian piring kotornya. Setelah itu mereka berlima kembali ke kafe.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top