14 : Sekar Sari
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Malam minggu, malam yang di tunggu-tunggu oleh para bucin untuk menebarkan benih-benih kecemburuan pada jomblo.
Udara dingin menusuk kulit, menembus relung hati terdalam. Waktu yang tepat bagi secangkir kopi hangat untuk menjadi pemeran pahlawan, memerangi dinginnya rindu.
Seperti biasa, jika ada stok yang habis, Andis selalu menjadi pilihan utama untuk pergi berbelanja, karena letak kampusnya yang dekat dengan toko yang menjual kebutuhan mantra coffee.
Sabtu ini memang tidak seperti malam minggu biasa, Andis harus stay di kampus karena dia bergabung dengan UKM radio.
"Dis gua tinggal dulu ya" seru seseorang yang tidak penting dalam cerita ini.
"Bareng deh, gue juga mau caw nih, mau belanja barang" jawab Andis.
Andis dan orang yang mukanya ngeblur itu jalan menuju parkiran. Di perjalanan menuju parkiran, Andis kerap melihat sesosok wanita bergaun putih sedang duduk di kursi panjang dekat parkiran, wanita itu selalu membelakanginya.
"Hampir setiap malam dia duduk begitu" gumam Andis dalam sanubarinya. Entah inisiatif dari mana, Andis menghampiri wanita itu. Sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Andis, melihat maklhuk-makhluk seperti itu. Terkadang memang rasa takut menghantuinya, namun tidak jarang Andis menolong mereka karena perasaan iba.
"Assalamualaikum" salam Andis.
Wanita itu menoleh, ia tidak memiliki wajah, alias muke rata.
"Eh sorry, panas ye?" Tanya Andis.
"Duduk ya" izin Andis kepada wanita itu, untuk duduk di sebelahnya.
Wanita itu hanya diam.
"Kenapa si mukanya begitu? Aurat po? Jadi ga di kasih liat" Tanya Andis.
Wanita itu tetap diam.
"Gue Andis" memperkenalkan diri, namun tampaknya wanita itu menghiraukan Andis.
Yah mungkin karena suatu alasan, wanita itu hanya duduk dan diam membisu. Andis memutuskan untuk melanjutkan jalannya dan segera membeli beberapa bahan-bahan yang sudah habis.
***
Keesokan harinya, bahkan seterusnya, wanita itu tetap melakukan hal yang sama, namun Andis yang selalu lewat, menyempatkan diri untuk menyapa wanita itu. Hingga pada suatu hari, saat Andis menyapa, wanita itu membalas dengan tawa nya "hihihihi" khas kuntil anak. Berbeda seperti hari sebelumnya ketika wanita itu bermuka rata, malam ini kuntay itu memiliki wajah. Andis menghampirinya lagi sepulang siaran radio.
Andis berkomunikasi dengan arwah wanita itu, hingga Andis tau bahwa kuntil anak itu bernama Sekar. Andis berkomunikasi hingga larut malam.
"Kalo hantu suka kopi ga sih?" Tanya Andis penasaran, karena hampir semua setan menyukai kopi hitam yang Andis buat.
Sekar hanya mengangguk.
"Selain kopi item?"
Sekar menggeleng.
"Mainlah keluar, betah banget duduk disini" kata Andis.
Sekar menggeleng.
"Wah Tama bgt ini, Tama kalo mati begini kali ya hantunya" pikir Andis.
"Besok tak bawain kopi enak, di minum ya" ucap Andis yang sudah beranjak dari duduknya.
"Hihihihi" hanya tawa yang agak sedikit menyeramkan yang terlontar dari mulut kuntil anak itu.
Andis pamit dan segera meninggalkan kunti itu sendirian.
***
Keesokan harinya setelah siaran radio, Andis menuju tempat angker itu lagi.
"Ini" Andis memberikan sebotol kopi moccacino kepada Sekar.
"Ih kopi apaan ini?" Tanya Sekar yang belum pernah minum kopi jenis itu, karena memang bertahun-tahun meminum kopi hitam bekas sesajenan.
"Cie akhirnya ngomong, udah minum aja dulu" ucap Andis.
Sekar tampak celingak-celinguk melihat segelas moccacino itu.
"Di Italy kuntil anak nya minum gituan" ucap Andis lagi.
Sekar menimun saripati kopi itu. Lalu Andis mencoba meminum kopi aslinya.
"Bener ya, kalo udah di minum setan, rasa kopinya ilang" ucap Andis yang habis meminum kopi mocca nya.
"ENAAAAAAK !!" Ucap Sekar berbinar-binar.
"Kapan-kapan main ke kedai kopi aku ya, banyak yang lebih enak" ajak Andis.
"Aku ga bisa" balas Sekar menunduk.
"Aku ga bisa pergi dari tempat ini" lanjutnya.
"Kenapa? jaga parkir?" tanya Andis bercanda.
"Aku masih menunggu seseorang" jawab Sekar serius.
"Siapa sih?" tanya Andis kepo.
"Seseorang" jawab sekar dengan wajah murung.
"Kamu hidup berapa lama?" tanya Andis.
"Aku ga hidup" jawab Sekar.
"Kamu mati berapa lama?" tanya Andis lagi.
"Aku ga mati"
"Helaaah" ucap Andis merasa dongkol.
"Berapa kali kamu jatuh cinta?" tanya Andis lagi.
"Sekali" ucap Sekar.
"Dia berarti banget dong ya buat kamu"
Sekar mengangguk sambil meminum saripati kopi mocca.
"Sini aku bantu, biar bisa ketemu sama orang yang kamu tunggu" Andis menawarkan bantuan.
"Beneran?!"
"Iyaaa"
"Makanya aku tanya, udah berapa lama kamu mati?" lanjut Andis.
Sekar menggeleng.
"Aku ga tau" jawabnya.
"Apa orang yang sudah mati akan melupakan segalanya? semua kenangannya? apa yang mereka ingat hanya sesuatu yang mengganjal mereka sehingga masih tertahan di dunia?" gumam Andis.
"Namanya Bayu" ucap Sekar.
"Bayu siapa?" tanya Andis.
"Lupa aku"
"Idih alah, payeh kuntay" ledek Andis.
Andis bertanya pada sekar tentang ciri-ciri orang yang bernama Bayu itu, meskipun ia tidak yakin bahwa orang yang Sekar cari itu masih hidup karena Andis tidak tau usia Sekar. Bisa jadi Sekar menunggu pria itu sudah dari berpuluh-puluh tahun atau mungkin beratus-ratus yang lalu.
***
Beberapa hari telah berlalu, Andis mencari orang dengan ciri-ciri yang sudah di sebutkan oleh Sekar dengan daya ingat seada-adanya. Namun ia sama sekali tidak menemmukan petunjuk apapun. Hari ini dia membawa Tama ke kampusnya, sebelumnya Andis sudah menceritakan tentang hantu itu pada mantra.
"Coba Tam pegang bangkunya, siapa tau ada petunjuk" pinta Andis.
Tama membuka sarung tangan hitamnya dan menyentuh kursi itu. Sekelibat cinematic mulai bermunculan dalam kepalanya, ia melihat semua kenangan tentang bangku itu hingga ke awal pembuatannya.
"Ga ada cewek yang namanya Sekar dalam sejarah bangku ini" ucap Tama sambil mengenakan sarung tangannya kembali.
"Kira-kira berapa umur nih bangku Tam?" tanya Andis.
"Sekitar 8 tahun maybe"
Tiba-tiba muncul beberapa teman Andis di kampus.
"Woy dis, ngapain lu?" tanya seorang pria berkemeja merah.
"Mau tau aja lu pada" jawab Andis.
"Eh Dis temen lu siapa nih?" tanya seorang gadis berambut panjang yang mengenakan kacamata.
"Oh ini Tama, temen kontrakan gua" jawab Andis.
"Oh anak mantra ya" gadis itu menghampiri Tama. Ia menjulurkan tangannya mengajak Tama bersalaman.
"Riski Amelia, Kiki" ucap gadis itu.
Tama menyambut tangan itu untuk bersalaman.
"Retsa Pratama, Tama"
"Kapan-kapan gua ke mantra deh Dis" ucap Kiki.
"Santuy, dateng aja"
Setelah itu teman-teman Andis pergi, dan Andis melanjutkan pencarian bersama Tama. Tama menyentuh benda-benda di sekitar tempat Sekar sering berdiam diri, namun tidak ada petunjuk yang berarti.
"Kita lanjut besok aja Tam" Andis menyudahi pencarian pada hari ini karena melihat Tama yang kelelahan. Andis menyuruh Tama untuk pulang duluan
***
Beberapa jam telah berlalu, mentari mulai bersembunyi di balik bayang-bayang malam.
"Kamu ga perlu repot-repot bantu aku, aku udah terbiasa menunggu" ucap Sekar yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Andis.
"Kamu pasti kesepian sendirian disini kan? makanya sebisa mungkin aku mau bantu" ucap Andis yang tampak sudah kucel karena mencari petunjuk seharian.
"Eh--" Sekar terkaget mendengar perkataan Andis.
"Andis---" Panggil Sekar. Andis menoleh menatap wajah Sekar yang pucat.
"Bukanya--yang kesepian itu kamu?"
DEG !!
Andis terhentak mendengar pernyataan Sekar barusan. Ia tersenyum pada Sekar seraya berkata
"Makanya aku ga mau ada orang lain yang ngerasain hal yang aku rasain" ucapnya pada Sekar sambil tersenyum.
"Eh--"
"Kan aku bukan oraaaang" ucap Sekar menyadari bahwa dirinya adalah hantu.
"Tak perlu kau katakan, sedih mu jelas terbaca Sekar" Gumam Andis dalam hatinya.
"Mungkin karena itu banyak jenis hantu seperti mu yang tertawa di atas pohon sendirian, hanya untuk sekedar mengusir sepi"
"Yaaaah Apapun itu, aku yang mau bantu" ucap Andis.
"Oh iya sekar" Andis mengambil sesuatu di kantung celanannya.
"Ini ponsel buat kamu, siapa tau kamu gabut, bisa video call aku aja ahahaha" ucap Andis.
"Emangnya hantu bisa pake ponsel?" tanya Sekar.
Andis pernah mendengar rumor tentang nomor hantu, yang dimana jika nomor itu di telfon maka akan ada hantu yang mengangkatnya. Dan masih banyak kisah lain, seperti hantu narsis yang tertangkap kamera karena ingin di foto. Andis memberikan ponsel agar Sekar tidak gabut dan tau tentang informasi dunia pada zaman ini.
Namun Sekar tidak bisa meraih ponsel itu, ia selalu menembusnya ketika hendak mengambilnya.
"Aku ga bisa meganggnya" ucap Sekar yang masih berusaha untuk menyentuh benda itu.
"Coba sini sebentar" Andis mengambil ponsel itu dan membantingnya ke tanah.
"Eh--" Sekar kaget melihat apa yang Andis lakukan.
Tidak lama setelah itu ponsel yang dibanting tadi mengeluarkan arwah.
"Tuh kan HP nya udah mati" kata Andis.
Sekar mengambil arwah ponsel genggam itu dan mencoba fitur demi fitur. Andis mengajarkan cara menggunakan ponsel genggam pada Sekar.
Mengingat malam semakin malam, Andis menelfon Dirga untuk menjemputnya di kampus.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top