12 : Perjalanan Astral
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Hari ini suasana mantra tampak agak sepi karena turun hujan lebat sejak sore tadi. Mila dan Abet sudah mulai masuk bekerja. Andis yang sedang off day duduk di pinggiran kedai sembari membaca sebuah binder. Story of my Life, tertulis di sampul binder itu. Dengan ditemani secangkir kopi moccacino, ia sangat fokus membaca buku itu.
Aku hidup bersama ayahku. Ibu ku meninggal saat melahirkanku dan saudara kembarku. Saat usia kami menginjak 7 tahun, saudara kembarku mengalami sakit parah dan nyawanya tak terselamatkan.
Andis lanjut membaca jurnal hidupnya yang sengaja ia tulis dalam sebuah binder.
3 tahun setelahnya, saat aku menginjak usia 10 tahun. Aku mendapatkan pengelihatan yang tidak pernah aku inginkan sama sekali, aku bisa melihat mereka yang tak terlihat. Bisa, bukan berarti aku seperti melihat manusia lain, namun lebih ke arah yang mereka selalu menampakan diri padaku.
Setiap kali para makhluk halus hendak menampakan diri, alam selalu mengisyaratkan barisan penanda. Terkadang lewat bebunyian, aroma, suara, atau perubahan udara di sekitar kita. Bagiku, penanda itu terasa lebih intuitif. Aku punya suatu indera tambahan dari lima indera utama yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Dan daya indera keenam ini memiliki ketajaman yang luar biasa.
Saat-saat sunyi adalah saat yang rawan untuk mengaktifkan indra keenam ini. Ada 3 tingkatan bagiku untuk menggolongkan tingkat kesunyian. Pertama, aku mungkin hanya merasakan kesunyian seperti pada umumnya, seperti perasaan sepi dan sendiri. Di tingkat kedua, kepekaanku mulai menjadi tajam, aku bisa mendengar suara air yang menetes, ranting yang bergoyang, suara dari kejauhan, bahkan suara-suara yang tidak memiliki sumber sekalipun. Dan kesunyian yang terakhir adalah, ketika mereka mampu menampakan wujud mereka padaku.
Aku pernah dicap sebagai orang gila sewaktu sekolah, karena suka berbicara sendiri, begitulah yang orang lain lihat. Tak jarang aku berteriak mengusir mereka yang tak terlihat.
"PERGI !!!" ucapku.
Karena sejatinya ada 2 tipe makhluk, yaitu arwah penasaran dan roh jahat, mereka adalah 2 makhluk yang berbeda. Perbedaanya terletak pada niat mereka dan tentu saja wujudnya. Arwah penasaran cenderung berada di dunia karena sebuah penyesalan, namun roh jahat tercipta dari dendam dan juga tercipta dari arwah penasaran yang terlalu lama hidup di bumi, sehingga berbaur dengan kegelapan dari hati manusia.
Andis selesai membaca, ia mengambil pena dan menulis sesuatu.
Dalam hidupku, aku pernah beberapa kali menolong mereka agar bisa pergi ke tempat yang seharusnya. Dan kali ini di kampus baruku, aku diikuti oleh sesuatu yang jahat.
"Ngapain a" ucap Mila dengan logat sundanya.
"Duh kaget, kirain siapa" balas Andis menatap Mila.
"Lagi nulis apa?" tanya Mila kepo melihat Andis sedang menulis sesuatu.
"Corat-coret aja naskah buat podcast" jawab Andis berbohong dan segera menutup bindernya.
"Maaf deh kalo ganggu ya" ucap Mila merasa menganggu Andis.
"Ga kok, emang ga urgent-urgent banget sih, ga se urgent kedatangan kamu maksudnya" ucap Andis menggombal.
"Dasar kang gombal"
"Lagi sepi, jadi ga ada kerjaan nih" lanjut Mila.
"Lah siapa bilang ga ada?" tanya Andis.
"Emang disini kalo lagi sepi biasanya kerjaanya ngapain a?" Mila berbalik bertanya.
"Temenin aa" jawab Andis.
"Heh gembel, anak baru udah di godain aja" seru Dirga yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
"Paling-paling juga nulis jurnal tentang indra keenamnya" lanjut Dirga.
Mila melihat ke arah Andis.
"Aa teh indigo?"
"Indigay dia, indikasi gay" celetuk Ajay.
"Bangke lu Jay, dasar indihom, indikasi homo" balas Andis.
"Mil disini gausah manggil aa, abang, mas dan sejenisnya. Panggil nama aja udah, sistem kekeluargaan" Ucap Dirga.
"Okedeh, ngomong-ngomong Tama ga keliatan ya?" tanya Mila.
"Cie ada yang nyariin Tama" goda Andis.
"Ih enggak gitu" jawab Mila dengan wajah memerah.
Tiba-tiba waktu berjalan lambat untuk Andis. Ditengah kesunyian, Andis menutup mata, kepulan asap mengumpul membentuk anak laki-laki kecil berbaju putih yang berdiri di belakang Andis.
Ketika Andis membuka mata, ia berada di tempat yang gelap.
" Lagi-lagi seperti ini" gumam Andis.
"Mau apa lagi?" tanya Andis pada sosok yang ada di belakangnya.
tiba-tiba anak kecil itu itu menghilang di tengah kegelapan, dan waktu menjadi normal kembali. Andis sudah berada di tubuh aslinya berada. Ia menghela nafas panjang seperti kehabisan oksigen.
"Kamu kenapa?" tanya Mila pada Andis.
Andis beranjak dari duduknya tanpa sepatah katapun, ia berjalan menuju dapur mencari segelas air putih segar untuk menjernihkan pikirannya. Dirga mendekat pada Mila dan menjelaskan bahwa di kafe ini, mereka berempat memiliki kemampuan unik, Dirga menjelaskan kemampuan masing-masing mantra.
Ajay menyadari apa yang terjadi, karena memang ia sangat peka dalam membaca gerak tubuh manusia, Ajay menghampiri Andis, ia mengajak Andis menuju lantai atas untuk beristirahat.
"Jay gua butuh bantuan lu lagi" ucap Andis.
"Bikin gua jadi pemberani" lanjut Andis.
Memang selama ini Andis tidak pernah takut dengan hal-hal berbau mistis karena selalu beribadah dan juga diberikan motivasi oleh Ajay bahwa yang Andis lihat hanyalah imajinasinya semata. Namun Andis juga manusia yang bisa merasa takut, ketika ketakutan meggerogotinya, mereka yang tak terlihat akan semakin berusaha untuk terus berkomunikasi dengan Andis. Karena makanan mereka adalah rasa takut kita.
"Lu ga bisa bergantung sama gua terus-terusan Dis, tapi oke selama gua ada di deket lu, gua pasti bantu" jawab Ajay.
Ajay mengambil sebuah kotak, ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya.
Sebuah arloji tua.
Ajay memegang rantai arloji itu dan menggantungnya, ia menempatkan jam arloji itu tepat di wajah Andis.
"Ikuti secara perlahan, semakin lu ikutin, semakin lu akan mengantuk dan tidur" ucap Ajay.
Andis mengikuti gerak arloji itu kekanan lalu bergerak ke kiri secara berlahan.
"Masuk terus ke alam bawah sadar lu, pikirin semua masalah lu, pikirin semua ketakutan lu yang mengganjal"
Andis mengikuti semua perkataan Ajay. Andis mulai mengantuk dan ia tertidur.
Tama yang asik bermain game kini tidak memperhatikan game yang ia mainkan, ia ikut berfokus pada kedua orang itu.
Ajay menaruh arloji itu ke kotak nya lagi, sekarang ia berbaring di kasur dan tidur.
Baru beberapa detik Ajay memejamkan mata, ia kembali membuka matanya. Ajay berada di kamar dan melihat Tama yang sedang bermain game, Andis yang sedang tidur duduk di kursi dan melihat dirinya sendiri sedang tertidur.
Astral Projection atau Perjalanan Astral adalah istilah yang digunakan dalam esoterisme untuk menggambarkan pengalaman keluar dari tubuh atas keinginan sendiri, yang diduga sebagai suatu bentuk dari , yang mengasumsikan adanya jiwa atau kesadaran yang disebut "tubuh astral" yang terpisah dari tubuh fisik dan mampu melakukan perjalanan ke luar ke seluruh penjuru alam semesta.
Ajay masuk kedalam pikiran Andis, ia bisa memanipulasi mimpinya sendiri dan mimpi orang lain serta masuk ke dalam mimpi orang lain dengan kemampuan nya. Dream bender, adalah sebutan mereka yang memiliki kemampuan seperti itu, sangat membantu psikiater untuk menghilangkan phobia seseorang melalui metode lucid dream.
Ajay kini berada di tempat yang sangat gelap, dan tidak terlihat apa-apa, hanya kegelapan yang sunyi.
"Mikirin apa sih nih orang" pikir Ajay.
Ajay menjentikan jari dan tempat yang mulanya gelap itu berubah menjadi terang benderang. Terlihat sosok anak kecil mirip Andis di tempat itu, Ajay menghampirinya.
"Andis ada dimana?" tanya Ajay pada anak itu.
Anak itu menunjuk ke arah kanan, Ajay mengedipkan mata dan tempat ia berdiri berubah menjadi sebuah hutan. Disana ada Andis yang sedang duduk di tepi danau.
"Di dunia ini ga ada yang namanya hantu, semua cuma imajinasi lu yang berlebihan" ucap Ajay pada Andis.
"Gua udah bikin terang dunia lu yang gelap dan sunyi ini, ketika lu bangun, jangan pernah takut sama makhluk-makhluk aneh yang lu liat, mereka cuma imajinasi lu"
Seketika mereka berdua bangun dari tidurnya.
"Lu mikirin apa Dis? kok ada anak kecil sih?" tanya Ajay.
"Anak kecil?" tanya Andis.
"Mukanya mirip lu"
"Oh itu" jawabnya sambil tersenyum.
"Temen imajinasi lu apa gimana? gua selama masuk ke mimpi orang, belum pernah ketemu orang lain lagi, baru di dalem mimpi lu aja ketemu sama imajinasi lu"
"Dia bukan imajinasi kok"
"Namanya Arka" lanjut Andis.
"Lu yang kasih nama?" tanya Ajay.
"Bukan, bapak gua yang kasih"
Ajay merasa bingung dengan jawaban Andis.
"Itu almarhum kakak gua sekaligus kembaran gua, Arkasagara" jawabnya tersenyum.
Yaaa Andis merasa lega, karena sesuatu yang selalu mengikutinya bukanlah sosok makhluk yang jahat, melainkan kembarannya sendiri. Mungkin selama ini, semua pengelihatan ghaib yang ia dapat adalah pengelihatan kembarannya.
"Makasih Jay buat terapinya"
"Jajanin gue magelangan ya, okeeee?"
"Langsung gas" jawab Andis.
Sekarang aku tak perlu takut lagi, karena aku tau, kau selalu menjagaku bro.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top