11 : Anak Baru

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Mantra telah berbaur dengan Jogja, hampir setiap malam kafe itu ramai di kunjungi.

"Kita butuh crew tambahan nih, ga mungkin juga kita jaga tiap hari, kalo ada tugas gimana?" ucap Ajay.

"Sepakat sih, menurut lu gimana Tam?" sambung Andis.

Tama menganggukan kepala sembari menyodorkan jempol kanan nya. Mereka bertiga menunggu keputusan sang ketua.

"Hmm...." Dirga tampak sedang berfikir keras.

"Yaudah bikin lowongan dan skill yang di butuhin deh" 

Akhirnya mereka berempat berunding dan mendapatkan hasil bahwa mantra membutuhkan junior barista dan waiters. Tama membuat desain sayembara lowongan dan telah di publish di jobstreet.

Selama beberapa malam ini, banyak orang datang untuk melamar, terutama mahasiswa tingkat akhir yang sedang membutuhkan part time untuk menambah biaya print skripsi . Dirga menginterview mereka, serta melakukan tes lapangan dengan membuat kopi.

Seorang wanita berambut hitam, kira-kira panjang rambutnya sepunggung. Dengan kacamata bundar, masuk kedalam mantra. 

Dengan sikapnya yang pemalu ia masuk ke dalam kafe, seperti baru pertama kali datang ke tempat-tempat seperti itu, ia terlihat bingung celingak-celingukan. Andis menghampiri wainta itu sembari membawa kertas kosong dan menu hidangan.

"Ada yang bisa di bantu?" tanya Andis.

"Sa--saya mau ngelamar mas" jawabnya malu-malu.

"Saya belum ada niat menikah mbak" 

"Ngelamar kerjaan maksudnya mas" sambil menunjuk poster sayembara lowongan yang tertempel di pintu kaca mantra coffee.

"Oalah ahahhaa, mari ikut saya" Andis membawa wanita itu ke arah bar.

Sesampainya di bar, wanita itu disuruh untuk menunggu. Tidak butuh waktu yang lama untuk menunggu, Dirga datang untuk menginterview wanita itu. Dirga membaca CV yang sudah di sediakan oleh gadis itu.

"Karmilla Urmita Putri, asal bandung, mahasiswa Atmajaya semester 5 jurusan hukum"

"Dulu SMK jurusan tata boga dan punya sertifikat barista" masih membaca CV itu.

Karmilla hanya duduk dan menjawab dengan seadanya jika di tanya.

"Dipanggilnya siapa nih?" tanya Dirga.

"Milla" jawabnya malu.

"Coba dong bikinin kopi pake metode v60" ucap Dirga sambil membawa Milla ke dalam bar.

Tama memberikan apron yang ia kenakan kepada Milla. Kemudian Milla mengenakan apron dan mulai membuat kopi. Step demi step ia lalui dengan sangat lembut dan rapih. Tidak butuh waktu lama, ia sudah menyiapkan 4 cangkir kopi untuk di hidangkan kepada dewan juri (Dirga, Andis, Tama, Ajay).

Para dewan juri menyeruput kopi buatan Milla dan saling bertatapan.

"Ini pas banget sih di mulut" uacap Dirga.

"Sabi--sabi--sabi" kata Ajay.

Tama menggacungkan jempol andalannya.

"Masuk--masuk" ucap Andis.

Dengan semua respon positif itu Milla tersenyum manis.

"besok dateng lagi ya bawa salinan jadwal kelas, abis itu kita buatin jadwal shift nya" ucap Dirga.

Milla menyodorkan jadwal kelasnya langsung pada Dirga.

"Wah gercep juga ya" Dirga mengambil kertas jadwal kelas milik Milla.

"Besok malem udah mulai bisa masuk ya Milla, jadwalnya shift nya di bikinin besok ya"

"Baik mas Dirga" jawabnya sambil tersenyum.

Setelah banyak cincong, Milla berterimakasih pada Dirga dan tidak langsung pulang, ia duduk memesan menu dan menikmati sisa malamnya di tempat kerja barunya. Tidak lama setelah itu, datang pria berkemeja kuning yang penuh dengan tatto di tubuhnya. Pria itu memiliki berewok & janggut serta rambut yang di warna.

"Dis lu bikin masalah?" tanya Ajay.

"Itu mah pelanggan, suuddzon aje lu jay" jawab Andis. Andis menghampiri pria itu, membawa menu dan kertas untuk menulis menu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Andis.

"Dirga mana?" cari pria itu.

"Ampun Dirga cari masalah sama preman" pikir Andis.

Andis memanggil Dirga dengan perasaan was-was. Dirga langsung menghampiri pria itu.

"Yo" sapa pria itu pada Dirga yang baru saja menghampirinya.

"Yo" balas Dirga. Kemudian Dirga mengajak pria itu menuju bar.

"Kenalin, musuh gua waktu tawuran, Abet" Dirga mengenalkan Abet pada mantra.

Semuanya kaget terkejoet.

"Tawuran?" tanya Andis.

"Ya masa lalu itu" jawab Dirga.

"Gua denger lu buka lowongan? gua minat" kata Abet.

"Hahahahaha" Dirga tertawa terbahak-bahak.

Jujur saja, pria seperti itu sangat di pandang buruk di mata orang karena bertatto, karena di negara ini seni tatto merupakan seni kegelapan dimana orang yang bertatto akan selalu di pandang sebagai pribadi yang buruk. Seluruh anggota mantra hanya takut jika Abet bergabung, maka akan membuat suasana yang tak nyaman di mantra coffee.

"Dengan kondisi lu itu, lu di pandang buruk bahkan sama temen-temen gua" ucap dirga sambil menunjuk Andis, Ajay dan Tama.

"Emang lu semua mandang gua buruk?" tanya Abet pada ketiga mantra.

"E--enggak lah, yakali hahahaha" ucap Andis berkeringat dingin.

"Biasa aja sih" ucap Ajay.

Sedangkan Tama hanya diam tanpa jempol gacokannya.

"Gini aja deh, sini gua tes lu, kalo lu bisa dan temen-temen gua sepakat, lu bisa join"

Abet menerima tantangan Dirga.

"Lu buat latte sekalian sama latte art nya" Ucap Dirga menantang Abet.

"Oke" jawab Abet singkat.

Dirga membwa Abet menuju tempat meracik kopi, Abet mengambil apron yang tergantung, dan mengenakannya. Ia mulai membuat apa yang Dirga suruh, semua mantra berharap Abet gagal dalam ujian ini, karena mereka semua takut pada sosok Abet.

Tak perlu lama menunggu, Abet membawa secangkir kopi dan gelas yang berisi susu dan menciptakan sebuah sihir yang memukau para mantra dengan finishing nya.

"Coba jelasin pengetahuan lu tentang latte bet" tanya Dirga.

"Coffee latte dalam bahasa Italia memiliki arti "kopi susu". jawabnya singkat.

Jawaban yang sangat standar. Sebelum semua mencicipi kopi latte buatan Abet. Abet melanjutkan kata-katanya.

"Rasio campuran espresso dan susu dari kopi latte adalah 1:2. Jadi misalnya espresso 30 ml maka campuran susunya sebanyak 60 ml. Susu yang telah di-steam dicampurkan dengan espresso dengan menuang susu tepat ke tengah kopi secara perlahan" lanjutnya.

"Untuk membuat minuman espresso based, jangan lupa perhatikan susu yang digunakan. Kopi latte adalah minuman yang teksturnya kental dan kaya akan rasa susu, karena itu jangan gunakan susu rendah lemak atau low fat. Dan untuk kopi sebenarnya dapat gunakan jenis biji kopi apapun sesuai selera. Tidak ada aturan mutlak untuk jenis biji yang digunakan sebagai campuran. Namun, profil body dari kopi yang digunakan harus tebal atau bold agar rasa kopinya tidak kalah dengan susu." lanjutnya lagi.

"Dan komposisi terbaik untuk membuat latte art adalah paduan 1/3 kopi, 1/3 hot fresh milk  dan 1/3 foam. Rata-rata suhu untuk minuman jenis cappucino atau latte tidak boleh terlalu panas dengan suhu maksimal 80 derajat" sambungnya lagi makin barbar.

Semua melongo dengan penjelasan Abet. Tepuk tangan meriah di hadiahkan untuk Abet dari para pelanggan yang hadir dan mendengar penjelasan Abet, termasuk Karmilla.

"Gimana boi? ini barista rekomendasi gua" ucap Dirga pada teman-temanya.

"SETUJU" jawab Andis, Ajay dan Tama.

"Mila sini deh" Panggil Dirga.

"Ini kenalin, Abet, bakalan jadi tandem kamu" lanjut Dirga.

"Milla" menjulurkan tangan nya mengajak Abet bersalaman.

"Abet" menerima jabat tangan Mila.

"Mulai besok udah bisa masuk ya"

Mila dan Abet mengagguk.

"Mila lebih fokus ngelayanin pelanggan ya, bantu-bantu dapur kalo emang lagi ada Andis atau lagi banyak order aja, ok?"

"Siap deh" jawab Mila.

"Lu bet, jangan nakut-nakutin pelanggan. Urusan dapur gua serahin sama lu"

"Gua jatohnya lead barista ini mah" meledek skill Tama dan Dirga sebagai barista.

Tama merasa posisinya sebagai barista tidak lagi se urgent biasanya, kini ia lega karena bisa ikut manggung akustikan bersama Aqilla.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top