2 :: Kembali Bertemu ::

 
Aina menghela napasnya, dia sudah mengurangi makan dan juga berolahraga sebisanya tapi hanya turun tiga kilo selama dua bulan. Aina menapat seragam kebaya yang hari ini dia kenakan di pesta pernikahan Lala yang terlihat sesak di tubuhnya. Aina memiliki tinggi badan 168 cm dan beratnya yang dulu hanya lima puluh delapan kilo kini menjadi tujuh puluh delapan. Bobot tubuhnya sudah tidak bisa di tolerir lagi.

Bukan karena ingin tampil mumaku semua mata yang memandangnya, tetapi dia sudah mengalami sakit-sakit di tubuhnya terlalu sering dan juga mudah merasa lelah. Aina tahu tubuhnya sudah tidak sehat, tidurnya juga tidak nyenyak. Dan jika sudah terbangun tengah malam akibat gelisah tidur, Aina memilih membuka lemari pendingin mengambil apa saja untuk dia makan. Terkadang hanya sekedar indomie mentah yang dia jadikan snack tengah malam.

Kembali ke penampilan Aina yang terlihat sangat kesusahan dengan kebaya berwarna maron saat ini, meski wajah khas wanita keturunan Arab terlihat di wajahnya tapi tetap saja dia merasa buruk rupa saat ini.

"Na, udah siap belum?" tanya Siti salah satu sahabat Aina yang juga menjadi bridesmaid Lala.

"Udah," jawab Aina lesu. Siti melihat wajah Aina yang murung, dia juga terlihat ingin mengatakan sesuatu. Aina tidak bertanya, dia berpikir mungkin saja Siti ingin mengomentari penampilannya.

"Aduh gue malu mau ke sana," kata Aina tiba-tiba saja dia berbalik badan.

"Na, apaan sih?! gak kasihan sama Lala. Dia kan sahabat kita, lo itu cantik. Gak ada yang aneh sama lo, selain lo semakin membesar." Siti kemudian tertawa, begitulah semua sahabat sejati Aina yang gemas membully satu sama lain.

"Nyadar dong, liat badan sendiri." Fitri dari belakang mereka ikut berkomentar dan mereka semua tertawa. Aina menjadi kembali percaya diri lagi, aksi sindir dan saling ejek sudah jadi santapan mereka yang tidak pernah absen. Beda cerita jika orang lain yang mengejek salah satu diantara mereka, semua akan memberikan pelajaran untuk orang lain tersebut.

Aina berjalan dengan sedikit tertawa karena celoteh Fitri, mereka akan menuju ke ballroom untuk mendengarkan arahan dari tim wedding Lala dan Doni. Saat masuk ke dalam ballroom itu Aina belum menyadari ada seseorang yang menatap kehadiran dirinya di sana. "Tim WO-nya mana? tanya Fitri kemudian Afdal satu-satunya sahabat pria dalam geng mereka melambaikan tangan. Siti menunjuk kearah Afdal berada, Aina yang juga menatap ke sana tertegun.

Matanya seolah sedang melihat hantu "Mau ke mana lo?" tanya Siti dan Fitri bersamaan saat tahu Aina memutar tubuhnya untuk pergi.

"Gue gak bisa, di sana ada Daffa."

"Na, lo gak bisa kaya gini. Ini nikahan sahabat lo, lagian mau sampai kapan lo kaya gini? gak capek sama keadaan lo? hadapi Na, jangan malah berbuat hal seperti ini." Siti yang memang wataknya tegas berbicara terus terang saja kepada Aina. Fitri menatap Aina sedih, dia tahu Aina sangat tidak siap dengan keadaan seperti ini.

Aina menghela napasnya dan dia menatap kedua sahabatnya itu "Gue bakal ke sana, tapi kalian janji jangan ada lagi yang menyebut tentang gue dan Daffa apalagi mengungkit masa lalu gue. Lupakan kalimat gue gagal move on, paham?!" seru Aina dengan nada bicara yang sangat pelan.

"Siap bos," jawab keduanya kemudian mereka bersama-sama mendekati Afdal yang juga bersama teman-teman dekat dari Doni. Melihat warna baju senada dari Daffa saja Aina sudah tahu jika Pria itu akan menjadi pendamping pria hari ini. Sungguh Aina tidak menyangka dia akan bertemu dengan Daffa hari ini, karena yang dia tahu Daffa sedang berada di luar negri.

"Hai guys," sapa mereka semua ramah dan bertos ria dengan tiga pria lainnya disana. Daffa, Andrew, dan juga Basti. Mereka bertiga memang adalah teman dekat Doni sedari dulu. Berawal karena Daffa dan Aina berpacaran, Lala sahabatnya dan juga Doni sahabat Daffa ikut berkenalan hingga akhirnya menjalin kasih sampai memutuskan menikah. Sementara hubungan Aina dan Daffa kandas setelah mereka lulus dari bangku sekolah.

Daffa menyapa Aina dengan senyuman ramah khas seorang Daffa, dan Aina membalas sapaan itu dengan singkat saja. Dia kemudian memilih untuk sibuk mengobrol dengan yang lainnya. Setelah mengetahui tugas mereka saat acara nanti dari tim WO semuanya ingin kembali ke tempat masing-masing. Tidak sengaja Aina tersandung karpet hingga nyaris saja jatuh jika tidak Daffa tahan tubuhnya buru-buru. Fitri dan juga Siti juga ikut kaget dengan hal itu, Aina dan Daffa saling tatap satu sama lain beberapa waktu hingga untungnya Afdal langsung menarik tubuh Aina.

"Terima kasih Daf," ucap Aina sambil dia memberikan senyuman kaku.

"Tidak masalah Ai," jawab Daffa membuat hati Aina berdesir. Panggilan itu, nada bicara itu seolah mereka masih bersama seperti dulu. Aina buru-buru berlalu dari hadapan Daffa dan dua pria teman pria itu, sementara Daffa beserta Andrew dan juga Basti berjalan di belakangnya.

Mereka akan menunggu Dion dan berjalan di belakang pria itu, sementara Aina dan teman-temannya akan masuk dan berjalan di belakanng Lala. Setelah pengantin duduk di tempat mereka masing-masing, semua pendamping juga duduk di bangku yang sudah di siapkan. "Aina yang dulu berubah jadi seperti ini," ucap Basti dan Daffa menaikkan satu alisnya "tapi tetap saja masih sangat menggemaskan." Lanjut pria itu dan Andrew tertawa pelan. Daffa tidak ingin menanggapi, dia tahu dua sahabatnya itu hanya ingin memancingnya untuk bertanya perihal Aina.

Daffa memang terkejut saat kembali di pertemukan dengan Aina, meski sudah tahu kalau tentunya wnaita itu ada di acara pesta pernikahan ini dia tetap memiliki keterkejutan. Aina memang berubah, bukan hanya bentuk tubuhnya tapi juga cara wanita itu berbicara dengannya. Aina yang dulu selalu bersemangat kini menjadi wanita yang lebih lemah lembut dan juga semakin terlihat dewasa.

"Kau tidak ingin bertanya apakah Aina memiliki kekasih saat ini atau tidak?" tanya Andrew kepada Daffa yang menggelengkan kepala.

"Apa dia sudah memiliki kekasih?" pertanyaan itu akhirnya dia lontarkan juga. Percuma saja dia diam, dia juga ingin mengetahui sedikit tentang Aina pada kenyataannya.

"Setahu ku Aina sibuk menjelajah setiap makanan enak dan juga dia menghabiskan waktu dengan bekerja. Setiap Lala dan Doni serta yang lain berkumpul bersama kami di akhir minggu dia jarang ikut bergabung dan memilih lembur. Terbukti dia sudah diangkat menjadi manager pemasaran saat ini di tempat dia bekerja." Andrew benar-benar menjelaskan secara detail apa yang Aina lakukan.

"Dengar-dengar dia masih belum bisa melupakan mu," ujar Basti pada akhirnya. Mereka berdua menunggu reaksi Daffa, tapi pria itu hanya diam sana dan menaikkan satu alisnya. Andrew dan Basti menebak kalau Daffa sudah tidak lagi tertarik kepada Aina atau memiliki perasaan yang sama seperti dulu.

Acara foto-foto dengan para pendamping kedua pengantin akhirnya dilakukan. Semua sibuk bergaya dengan hebohnya, mereka semua sangat bahagia dan Aina berusaha mengabaikan Daffa yang juga ikut berfoto bersama mereka. Hingga pada akhirnya salah satu sesi foto Aina terkejut saat tangannya di sentuh Daffa, dia menatap Daffa dan hal yang sama Daffa lakukan dengan senyumannya.

"Kenapa memegang tangan ku?" tanya Aina saat mereka sudah selesai dalam sesi foto itu. Aina terlihat sangat tidak suka, suaranya yang bertanya kepada Daffa mengundang beberapa teman mereka untuk memperhatikan. Mereka memang sedang berada di luar ballroom hotel untuk sesi pemotretan itu.

"Semua orang mengangkat tangannya ke atas, dan kau ada di sebelahku. Maaf jika itu menganggu mu," ujar Daffa lalu pergi dari hadapan Aina begitu saja hingga Aina menggerutu dibuatnya.

"Dasar menyebalkan!" Daffa berhenti melangkahkan kakinya dia mendengar apa yang baru saja Aina katakan. Dia berbalik menatap Aina, tapi hanya menggelengkan kepalanya saja.

****

Acara pernikahan itu sudah selesai, hari juga sudah larut malam. Aina pulang menggunakan mobil yang dia bawa, tanpa sengaja dia melihat Basti yang masih di luar hotel memegang ponselnya. Aina menurunkan kaca mobil dan memanggil Basti, dia tidak enak jika tidak memberikan tumpangan kepada Basti yang jelas-jelas dia kenal dekat.

"Bas, mau ikut pulang gak?" tanya Aina dari dalam mobil dan Basti tersenyum menganggukkan kepalanya. Pria itu menatap ke belakangnya membuat Aina heran hingga muncul wajah Daffa. Menyesal sudah Aina menawarkan Basti tumpangan.


Bersambung....

Hai...berikan komentar kalian ya...aku tunggu loh... jangan lupa follow ig wp.nadramahya atau nadraelmahyabakrie ya...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top