🍭 4 🍭

SIDERS?

Makannya votement sayangqu~

Warning! Chap ini. Mengandung adegan yang agak ehem. Jika tidak suka, ya skip aja sih.

🍭

Ini sudah jam 9 pagi, Jaewon sudah mandi lagi, tubuhnya sudah harum karena bau sabun dan parfum beraroma mint kesukaannya, oh iya jangan lupakan dirinya yang sudah memasak makaroni schotel untuk dirinya dan juga adiknya. Ralat bukan adik, tapi kesayangan Jaewon.

Sementara itu, kesayangan Jaewon masih terlelap sembari memeluk gulingnya. Sepertinya Hana tidak punya niatan untuk bangun dari tidurnya kecuali tubuhnya ingin pipis.

Jaewon yang sudah rapih dan wangi itu akhirnya duduk kembali diatas ranjang. Tangannya mengelus lembut pipi serta rambut Hana. Dia tersenyum memandangi wajah adiknya yang tetidur begitu damai. "Cantik," ucapnya pelan.

Jika saja Jaewon bukan panitia reunian tim basketnya, pasti dia juga masih terlelap disamping Hana, memeluk tubuh mungil adiknya dengan erat.

Habisnya masalah pekerjaan membuat mereka jauh. Jaewon diharuskan berkerja di cabang perusahaan Ayahnya yang sialnya berada jauh dari sini, di LA. Kalau bisa dia ingin disini saja, agar tidak usah jauh-jauh dari Hana.

Tapi kalo Jaewon masih bersikeras ingin disini, ya sudah dipastikan Jaewon akan dijodohkan dengan Jennie--perempuan gila yang menguntitnya sampai kamar mandi kampus--Jaewon hanya tidak ingin dijodohkan, dia hanya ingin bersama Hana.

Sayangnya mereka itu adik kakak.

Sayang sekali.

"Hana," panggil Jaewon lembut tepat didepan telinga Hana. Sang empu jelas merinding lah dibuatnya. Tapi Hana tidak langsung bangun. "Emh?"

Jaewon tidak menyerah begitu saja. Dia menusuk-nusuk pipi Hana dengan jari lentiknya. "Sayangg, mau sampe kapan kamu hibernasi? Bangun sayangg."

Hana menepis tangan Jaewon. "Bacod kau megantropus!"

Jaewon mengelus dadanya. Sabar aja dia mah dikatain megantropus sama adiknya juga. "Hana, kok kamu ngomong kasar sama Daddy."

"Daddy ndasmu!"

"Ih sayang, mau Daddy BDSM-in hah?" Jaewon pun menindih Hana.

Sebelumnya, Jaewon sempat menelan ludahnya dulu ketika sadar kalau Hana yang sekarang bukan Hana yang dulu. Yang kalo pake piyama pororo keliatan imut. Sekarang Hana kelihatan dewasa dan seksi, bahkan dengam piyama pororo sekalipun. Apalagi dua kancing atas piayamanya Hana terbuka, dan dibalik piyama itu enggak ada kaos dalam atau apapun lagi. Dia tampak sangat seksi dimata Jaewon.

Oh sial. Sepertinya sekarang Jaewon junior akan bangun.

"Hanaa," sekali lagi Jaewon memanggil nama orang yang sedang dia tindih.

Hana menyahut dengan sebal. "Apa setan?!"

"Bangunn!"

"Ga mauu, masih ngantuk."

"Bangun atau Daddy cium?"

"Mau bobo aja."

"Yaudah." Selanjutnya Jaewon menempelkan bibir tipisnya diatas pipi Hana lalu mengigitnya. Hana? Jelas berontak dia.

Cuman mau gimana lagi?

Tenaga Jaewon lebih kuat.

"A-anying!" pada akhirnya dengan terpaksa Hana membuka matanya dan mengumpat. Dia kemudian mendorong Jaewon. "Jaewon setann!"

"Setan apa sayang?" balas si Jaewon dengan senyum nakalnya yang sialannya dapat membuat jantung Hana berdetak kencang.

"Setan! Pergi sanaa! Gua alergi setan, hiyy." Lagi-lagi Hana mendorong Jaewon. Tapi yah yang namanya Jaewon, semakin didorong untuk menjauh Jaewon semakin lah dia mendekat.

Malah kini wajah Jaewon sudah berada didepan wajah Hana, jarak antar keduanya sangat dekat, hanya terpisahkan hidung masing-masing.

"Mau apa lo?" Hana bertanya dengan galak.

"Ih jangan galak-galak dong. Mau di enakin ga?"

"Dih najis."

"Bener nih?" Jaewon memainkan jarinya diantara rambut panjang Hana. "bener ga mau dienakin sama Daddy?"

"Bang tobat ih, astagah! Canda mulu. Ga lucu tau!" respons Hana dibarengi dengan tatapan tajamnya yang tampak sebel dengan Jaewon.

Jaewon menarik sudut bibirnya. Senyumnya kini menjadi nakal. "Tapi kamu lucu Hana. Daddy pengen makan kamu."

"Bangun bangsat."

"Ini udah bangun, malah 'adik'nya daddy juga udah bangun," ucap Jaewon lengkap dengan smirk andalannya.

Tubuh Hana menegang mendengar dirty talknya Jaewon. Sialan, kenapa darahnya malah berdesir ketika sang kakak memggodanya?

Bangsat emang si Jaewon.

"Ya bodo."

"Kamu harus tanggung jawab Hana."

"Engga--hmph!!" mata Hana membulat tatkala merasakan bibir Jaewon menekan bibirnya. Tubuhnya menjadi lemas seketika, seperti akan disidang dosen.

Awalnya bibir Jaewon hanya menekan bibirnya, namun lama kelamaan Jaewon semakin liar. Dia menggosokan lidahnya pada luar bibirnya Hana yang masih terkatup rapat. Kemudian lelaki berumur 26 tahun itu memiringkan kepalanya ke sisi kanan dan mengigit pelan bibir bawah Hana.

"Arh." Begitu Hana meringgis kesakitan, Jaewon segera memasukan lidahnya kedalam rongga mulut Hana, mengajak lidah Hana berdansa bersamanya, tak lupa lidahnya mengabsen seluruh isi mulut Hana.

Hana sebenarnya sudah pasrah dan tidak berniat untuk membalas ciuman Jaewon. Namun, entah ada bisikan setan darimana sehingga Hana membalas tantangan perang lidah dari Jaewon dengan memutar lidahnya. Bahkan sampai melingkarkan kedua tangannya di leher Jaewon, tangannya mendorong kepala Jaewon agar memperdalam ciumannya. Hana sepertinya lebih agresif dari Jaewon.

Iya.

Kalau saja telpon Jaewon tidak berbunyi dan Jaewon tidak menjawabnya. Mungkin pagi Hana dipenuhi oleh basahnya saliva hasil perang mereka.

"Ya?" kata Jaewon setengah kesal ketika mengangkat telponnya.

"Lu dimana Hyung?" tanya Hanbin. Jaewon dapat mengenal dirinya tanpa harus melihat nama penelponnya, menurut Jaewon suaranya Hanbin itu khas.

"Masih di rumah," balas Jaewon.

"Cepet kesini. Disini dah rame."

"Iya bawel."

Bip!

Jaewon kemudian mematikan sambungan telponnya. Ia lalu menatap Hana yang sudah memeluk gulingnya kembali.

"Han, gua reunian dulu ya?" ucap Jaewon lalu mengecup telinga Hana, tak lupa ia menjilatnya. Jelas dalam hati Hana sudah memberikan berbagai macam umpatan untuk Jaewon. "lu ga akan bangun?"

Hana hanya mengegelengkan kepalanya sebagai reaksi.

"Emang lu ga bakal kemana-mana gitu?" tanya Jaewon lagi.

"Enggak tau, kalo mood gua keluar cari ide bersama Conan," balas Hana, dia menatap Jaewon. "yaudah, pergi sana lo."

"Iya-iyaaa, jangan kangen."

"Ga mungkin gua kangen sama upil badak."

"Anjir!"

"Udah sana."

"Cium lagi dong," goda Jaewon dengan nakalnya.

"Hah?"

Begitu Hana menolehkan kepalanya, Jaewon sesegera mungkin mencuri satu ciuman dari bibir adiknya itu. Ciuman yang singkat dan tidak seintim tadi. Namun dapat membuat jantung keduanya sama-sama berdegup kencang.

Syial.

"Jangan lupa dimakan makaroni schotel nya," kata Jaewon setelah menjauhkan bibirnya dari bibir Hana. Dia mengusap kepala Hana. "i love you."

Lelaki itu lalu mengambil ponsel dan dompetnya lalu pergi. Meninggalkan Hana yang masih terdiam diatas kasurnya.

Hana memegang bibirnya sendiri.

Kadang dia berpikir kalau ini adalah hal yang salah karena Jaewon adalah kakaknya, tapi Hana juga tidak bisa bohong kalau dia menyukai semua yang dilakukan Jaewon padanya. Entah itu candaan garingnya, ataupun sentuhannya yang membuatnya candu.

Mau bagaimana lagi? Hana terlanjur menyukai kesalahan yang dia buat bersama Jaewon, maksudnya hubungan incest ini.

Malah orang yang menjadi first kissnya Hana itu Jaewon, itu terjadi saat Hana berumur 17 taun.

Jaewon juga menjadi orang pertama yang mengisi hatinya, sebelum Mark malah. Tapi tetep kan, dosa terbesar Hana adalah ketika dia dan Jaewon diam-diam memiliki hubungan yabg bukan seperti adik-kakak, tapi seperti perempuan dengan lelaki yang sedang di mabuk cinta.

Untungnya hal terjauh yang mereka lalukan adalah seperti beberapa menit yang lalu. Jaewon tidak sampai merusak segel adiknya.

Emang sih, sekarang udah enggak. Perasaan Hana terhadap Jaewon enggak separah dulu. Hana banyak menemui lelaki yang mencuri hatinya--seperti Mark contohnya--walaupun pada akhirnya Hana berhasil mendapatkan hatinya kembali.

Kalau Jaewon sih ga tau. Tapi denger-denger dari Seungri--temannya Jaewon yang juga kenal sama Hana--Jaewon tidak pernah bersama perempuan ketika di LA. Malah pernah ketika Jaewon mabok, Seungri mendengar nama Hana disebut terus-terusan.

Kadang Hana merasa bersalah dengan lelaki yang menyukainya. Pada Jaewon juga. Karena jujur, Hana saat ini tidak punya perasaan apapun pada lelaki manapun.
Bohong sih, perasaannya pada Jaewon masih ada sekitar 40% lagi.

"Ah udah lah, ngapain sih mikirin itu," Hana meyibak selimutnya lalu bangun dari tidurnya. Gara-gara Jaewon tadi Hana jadi enggak bisa tidur dan malah lapar, kan.

"ayo fokus cari ide yang fresh." Hana lalu mengambil ponselnya yang ada didekat laptopnya.

🍭

Jeno lagi-lagi mengehela napasnya ketika otaknya mentok dalam merangkai kata-kata. Bibirnya berkomat-kamit layaknya dukun beranak, berharap idenya akan kembali menyapanya sehingga tugas akhir kuliah s2nya tidak terabaikan begini.

Sayangnya kenyataan tidak semanis harapan Jeno. Idenya tidak kunjung kembali menyapa dirinya.

Yang ada malah ponselnya bergetar dari saku boxernya. Jeno mengambil penda berbentuk persegi panjang dengan logo apel yang tergigit dibelakangnya itu.

Tadinya sih Jeno mau memarahi yang menelponnya lewat line itu, tapi begitu melihat nama 'Hana Lee❤' yang menelponnya, Jeno enggak jadi marah.

Mana bisa dong marah sama gebetan sendiri?

Malah sebelumnya Jeno berdehem dulu biar suaranya kedengeran jelas. "Halo, Han? Tumben nelpon?"

"Pengen aja. Lu sibuk ga Jen?" tanya Hana dibalik teleponnya.

"Enggak kok," kata Jeno dengan sedikit berdusta. Padahal mah lagi sibuk nyari rangkaian kata yang pas buat tesisnya. "emang kenapa?"

"Makan bareng yu? Sekalian nebus kesalahan gua yang kemarin. Gue stress kalo di rumah terus."

"Tapi emang elu ada salah sama gua? Seinget gue lu kemarin ga ngapa-ngapain dah Han."

"Ada Jen. Ntar aja pas ketemu gua bahas."

"Oke."

"Kalo mau bawa tugas akhir lo bawa aja. Siapa tau gua bisa bantu nyusun kata-katanya."

"Oh boleh deh. Mau ketemuan dimana?"

"Entah, lu punya saran tempat bagus yang dingin dan makanannya enak gitu?"

"Em ada sih. April cafe mau? Baru dibuka minggu kemarin. Arah dari rumah gue mau ke kampus

"Ayo dah. Bareng ya kesananya, gua baru denger tuh tempat."

"Mau gua jemput Han?"

"Gua aja ke rumah elu, ntar kesananya bareng-bareng. Biar elu ga usah muter."

"Eh ga usah gua jemput aja."

"Engga ah, kasian elunya bolak-balik."

"Tapi Han--"

"Yaudah gua mandi dulu ya? Lu juga siap-siap. Kayanya gua sampe ke rumah lo 30 menit lagi."

"Iya sayangg."

"Bye, Jen."

"Bye sayang."

Jeno menutup telpon dari Hana dengan perasaan bahagia. Bahagia banget malah.

Keajaiban tau pas ngedenger Hana ngajakin dia makan. Biasanya kan Hana itu males diluar. Lebih memilih memakan mie instan di apartemennya.

Dan ini Hana yang ngajakin duluan buat makan di luar. MANTAP KAN?

"Yeayyy!"

Sementara Jeno sedang berbahagia karena diajakin makan duluan sama sang gebetan, ada sepasang mata yang menatapnya sebal, kemudian orang itu mendecih sebal lalu membalikan badannya.

"Cih, sialan."

🍭

Next?

Btw ada yang bisa nebak itu cowoknya siapa?

EH Udah hot apa belum adegan kiseunya? 😂😂
Kelo belum hot ntar gua hotin lagi deh 😂 pake boncabe


Hey You! Votementnya dong -Mark lee

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top