PROLOG
"Ical," panggil Windy pada pria itu. "Ical, kalo nggak bangun aku bakalan pergi sendiri!"
"Hng? Mmmm."
Seperti kebiasaan lelaki itu, bangun lebih pagi adalah hal yang sangat sulit. Semasa mereka masih berstatus sebagai suami istri, Raikal adalah pria yang sulit sekali bangun pagi sekali pun urusan pekerjaan. Alarm dari ponselnya tidak akan berguna sama sekali. Hobinya Raikal adalah bergumam tidak jelas ketika dibangunkan.
"Ical!! Kamu mau ngeliat anak kita nggak, sih!!?"
"Aww, aww, aww, aduh!"
Windy mencubit paha pria itu dengan sangat keras hingga sukses membuat Raikal terbangun.
"Sakiiittttt!!!" teriak Raikal yang masih belum membuka mata sepenuhnya.
"Makanya bangun!!!" balas Windy sama berteriaknya.
"Ini hari Sabtu, ngapain, sih bangunin orang pagi-pagi!?" protes Raikal.
"Katanya mau ikut nemenin periksa kandungan?! Jadi atau nggak, sih!? Kamu niat apa nggak!?"
"Astaga ...." Raikal baru mengingatnya. Dengan takut dia memandang mantan istrinya dan menyengir dengan rasa bersalah.
"Aku tunggu 10 menit lagi, kalo belum siap aku berangkat sendiri!"
Raikal langsung menyibak selimut dan tidak peduli Windy membuang muka saat melihat bentuk tubuh suaminya yang hanya menggunakan celana dalam ketika tidur. Saat tadi mencubit paha pria itu, hanya tangan Windy yang masuk supaya tidak menodai matanya. Jadi, dia terkejut saat menangkap bongkahan depan dan belakang milik sang mantan suami.
"Icaaalll, polusi pantat tahu!!!"
Raikal hanya tertawa melihat tingkah konyol mantan istrinya.
***
"Bayi kita sehat, Dy! Gendut pula."
Raikal tidak berhenti mengagumi bayi yang masih berada dalam kandungan Windy. Sudah lebih dari lima menit pria itu tidak kunjung mengalihkan pandangan dari hasil foto USG. Windy sendiri sudah sibuk memangku camilan dan menatap layar smart tv.
"Alhamdulillah, dong, kalo gitu, Cal."
Raikal mengangguk semangat dan tanpa aba-aba mencium pipi Windy. Kebiasaan mereka yang satu itu belum bisa dihapus.
"Ical, ih! Jangan dibiasain cium-cium lagi, dong!"
"Hehehe. Susah, Dy. Kebiasaannya udah mendarah daging." Lalu lelaki itu menyentuh perut mantan istrinya.
"Dy," panggil Raikal.
"Kenapa?"
"Nggak ada kesempatan buat kita balik—"
Ucapan Raikal terpotong karena bunyi ponsel Windy.
"Ibuku telepon, bentar, ya, Cal."
Raikal hanya bisa mengangguk pasrah dan menurunkan volume tv. Windy sudah terbiasa me-loudspeaker panggilan, karena dia malas memegang ponsel di telinga terlalu lama. Otomatis Raikal juga bisa mendengar panggilan tersebut.
"Assalamualaikum, Didi."
"Waalaikumsalam, Bu. Gimana, Bu? Ada masalah apa?"
"Emangnya orang nelepon harus selalu kalo ada masalah aja? Ibu nelepon soalnya ada yang mau ibu pastiin."
"Apanya yang mau dipastiin, Bu?"
"Kamu udah resmi cerai dari Raikal, kan?"
Windy sontak saja menoleh ke arah sang mantan suami yang duduk di sampingnya. Harusnya nggak usah aku loud speaker tadi!
"Hm ... Iya, Bu. Kenapa, Bu?"
"Kalian udah bercerai, udah pisah. Bukan suami istri lagi. Segera kamu pindah rumah juga, Didi."
Windy bisa melihat reaksi Raikal yang kaku. Pria itu menatap ke arah ponsel Windy tanpa melepaskannya. Tak mau membuat kondisi memburuk, Windy berniat pindah tempat untuk bicara dengan ibunya. Namun, Raikal mencegahnya dengan menahan tangan Windy dan menggeleng pelan. Gestur seperti itu sudah menjadi tanda bahwa Raikal ingin ikut mendengar percakapan itu.
"Bu, aku tahu maksud Ibu baik. Tapi—"
"Ada anak yang akan hadir diantara kalian. Kamu mau bilang gitu, kan?"
Windy semakin merasakan suasana tidak nyaman.
"Didi, kelakuan keluarganya udah bikin kamu nyerah. Anak, tinggal anak. Kamu dan ibu juga adikmu bisa ngurusin bayimu begitu lahir."
Raikal sontak menatap Windy ketika ibu perempuan itu menguak informasi yang membawa-bawa keluarga pria itu.
"Bu, kita bicarakan lagi nanti ya. Aku mau pipis. Assalamualaikum."
Windy buru-buru menutup panggilan itu. Namun, tatapan Raikal masih menghunusnya.
"Maaf, ya. Ibu nggak bermaksud —"
"Kamu nggak pernah bilang kalo kamu nyerah dengan pernikahan kita karena keluargaku. Kenapa?"
Windy mendesah lelah. Dia enggan membahas ini, tapi Raikal sudah terlanjur mendengarnya. Entah apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka setelah ini.
[Kalian udah baca di Karyakarsa 'kataromchick' belum? Aku update duluan di sana, loh. Prolog+chapter 1. Cerita ini nagih, loh. 🤭]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top