8 - MTM
Windy yakin dirinya akan baik-baik saja meski sudah membaca surat yang seharusnya tak perlu dibaca saja. Karena setelah membacanya, Windy menjadi takut untuk mengakui sesuatu di dalam dirinya sendiri. Sesuatu yang berangkatnya dari rasa cemburu dan tidak bisa dirinya luapkan selayaknya biasa, sebab status hubungannya dan Raikal memang sudah tak seperti dulu. Hubungan itu mungkin sudah tak bernama bagi mereka, tapi bagi anak di dalam kandungan Windy mereka jelas berstatus sebagai orang tua. Apa wajar jika Windy cemburu pada ayah dari bayinya yang mulai didekati oleh mantan kekasihnya lagi?
Ucapan selamat ulang tahun. Windy bahkan tidak pernah memberikan kado mahal, dibungkus dengan rapi dan mahal, serta diselipkan kartu kecil yang menambah kesan romantis. Saat menjadi sepasang kekasih dan akhirnya menikah, Windy dan Raikal memang tidak memiliki interaksi seperti itu. Oh, mungkin Raikal pernah melakukannya. Raikal suka membelikan Windy hadiah, itu pun ketika mereka menikah. Pria itu tak perlu menunggu saat-saat spesial untuk memberikan hadiah dan kata-katanya selalu diucapkan secara langsung, tanpa tulisan tangan. Sedangkan Windy memang tidak pernah melakukannya. Sebab Windy sadar diri, dia tak punya uang berlebih untuk memberikan kado Raikal. Juga Windy tidak lagi memiliki penghasilan setelah menikah dengan pria itu. Keluarga Windy dikirimi secara rutin oleh Raikal ketika mereka masih menjadi pasangan, entah sekarang masih atau tidak, karena ibu tak pernah lagi membahasnya.
Mendapati hadiah yang Windy taruh di nakas kamar Raikal, dia menjadi sadar bahwa levelnya dan mantan suaminya sangat jauh berbeda. Tidak bisa Windy mengimbanginya karena memang beginilah seharusnya pasangan yang satu level. Saling memberikan hadiah ketika ada momen khusus. Windy seolah kembali tersadar bahwa keputusannya untuk tak lagi bersama Raikal adalah benar adanya. Dia mungkin akan lebih menyakiti diri sendiri jika tetap memutuskan bersama dengan Raikal.
"Baru cerai beberapa bulan aja kamu udah diincar sama mantan pacar kamu, Cal." Windy menarik napas dalam-dalam. "Berarti memang benar bahwa banyak yang mendoakan kita untuk pisah. Kamu bisa hidup dengan wanita yang lebih pantas sama kamu, Cal."
Sudah cukup bagi Windy untuk terus bersedih dan meratapi nasibnya yang tak beruntung secara ekonomi. Dia harus segera mencari pekerjaan agar tak banyak menyibukkan diri untuk memikirkan hal yang tak seharusnya memberatkannya. Jika terus berada di rumah dan melihat sendiri semua interaksi romantis ini, Windy bisa gila sendiri. Lebih baik sibuk di tempat kerja dan tidak perlu tahu apa pun mengenai hubungan pribadi mantan suaminya. Windy percaya, jika dia sibuk bekerja, maka niscaya perasaannya tidak akan mengambil alih logikanya pada sang mantan suami.
Padahal, seberapa besar usaha Windy untuk menyangkal perasaannya sendiri, maka tak akan ada jalan keluar terbaik untuk bisa menjaga perasaannya dari rasa sakit hati. Meski tak jelas, tapi cinta, cemburu, dan teman-temannya memang tidak akan bisa begitu saja terlupa. Logik boleh berkata mereka tak memiliki ikatan apa pun lagi. Namun, hati tak kuat untuk berhenti menyapa cinta yang kuat dan terbiasa ada selama beberapa tahun bersama.
"Saat nanti ayah kamu punya keluarga baru, kamu nggak boleh marah, ya. Kami akan tetap jadi orang tua buat kamu, tapi ayah kamu mungkin akan punya keluarga lain yang akan jadi prioritasnya."
Sialan, ternyata ngomong begini ke bayi di perut masih aja sakit!
Tak mau semakin tergulung dengan ombak bernama kenangan, Windy buru-buru pergi dari kamar Raikal dan menutup pintu kamar mantan suaminya tanpa berniat menengok ke belakang. Windy tak mau berujung mengambil hadiah dan surat itu dan membakar keduanya karena rasa cemburu.
***
Derek tidak hanya mengajak Raikal untuk mengobrol malam ini, tapi juga Gutama dan Bantara. Mereka berempat adalah kwartet terkenal semasa di kampus. Anak-anak jurusan komunikasi yang selalu dikatakan sebagai jurusan yang mudah-mudah saja. Masing-masing dari mereka yang pada dasarnya memang anak orang kaya, tidak sibuk dengan jurusan kuliah karena memiliki jalan sukses tersendiri dengan fasilitas keluarga yang tak main-main. Raikal memang tetap pada jalan lurus dengan masuk ke perusahaan papanya, Gutama sibuk membuka usaha kuliner, Derek memiliki passion sebagai produser film, dan Bantara yang hobi menjadi pelukis serta fotografer.
Diantara mereka berempat yang sudah menikah adalah Raikal, dan Derek. Gutama dan Bantara masih merasa belum menemukan apa yang mereka yakini sebagai teman hidup. Tidak ada yang bisa membantah Bantara si seniman yang memang sulit ditebak jalan pikirannya, tapi Gutama selalu menjadi topik pembicaraan kenapa tidak juga menikah dengan usia yang sudah kepala tiga. Namun, malam ini, topik pembicaraan bukan lagi Gutama, melainkan Raikal.
"Bini gue nanya, kenapa Tiara sibuk nyari hadiah buat lu, Kal." Derek memulai pembicaraan yang serius.
Gutama dan Bantara saling menatap karena keduanya sama-sama lajang.
"Nyari hadiah buat gue? Kok, bini lu tahu?"
"Ketemu di mal, sama mama lu juga, kok." Derek membuang abu rokoknya pada asbak dan kembali bicara. "Ini gue bukannya jadi kompor atau tukang gosip. Cuma gue mau mastiin aja salah satu temen gue nggak aneh-aneh, sih. Kita berempat udah punya prinsip dari dulu buat nggak mainin perasaan perempuan. Dan sebagai temen yang baik, gue mau coba mastiin, apa lu cerai sama bini lu karena mau balikan sama Tiara?"
Raikal langsung menggelengkan kepala. "Gue nggak ada pikiran begitu. Siapa yang bikin gosip begitu? Lagian gue masih tinggal sama Windy, dia lagi hamil anak gue."
Derek menghela napasnya seiring dengan asap rokok yang keluar dari mulutnya. "Dunia hiburan lagi seneng-senengnya ngulik kehidupan pribadi tokoh penting. Nggak menutup kemungkinan lu masuk lambe-lambean karena Tiara anak orang pemerintahan. Mana lu dah cerai, masih tinggal sama mantan, mau punya anak lagi. Bisa muncul berita miring nanti. Kasihan sama Windy yang nggak biasa sama dunia begituan. Ditambah, mantan istri lu nggak bakal kuat buat nahan sakitnya difitnah sana sini, karena pihak Tiara tetep bakalan menang. Dia anak orang kaya, bisa bayar orang buat belain dia dan giring opini buruk ke mantan istri lu. Pastiin orang tua lu dan Tiara nggak berbuat sesuka hatinya."
Raikal mengernyit dengan ucapan panjang lebar Derek ini. "Tunggu, tunggu! Biasanya kalo lu udah bikin kalimat begini, berarti ada yang lu tahu? Bini lu orang media, berarti kemungkinan kehidupan pribadi gue digoreng sama media emang udah ada?"
Derek menghela napas berat dan mengangguk. "Itu sebabnya gue mau ngumpul. Gue nggak mau kehidupan pribadi temen gue malah dijadiin konsumsi emak-emak online yang hobi julid."
Keempatnya terdiam untuk beberapa saat. Gutama berdehem dan mencoba mencairkan suasana. "Mungkin lo bisa mulai prepare nutup pemberitaan itu, Kal. Nggak perlu cemas berlebihan, kita bakala bantu sebisanya. Ya, kan, Rex?"
"Ya, gue coba bantu sebisanya. Lagian bini gue itungannya udah bantu dengan kasih tahu duluan kemungkinan ini. Cuma masalahnya, kalo bom waktu udah keluar, gue juga nggak bisa apa-apa. Ini masalahnya, mama lu juga menguatkan dugaan kalo Tiara lebih baik ketimbang mantan istri lu, Kal."
Gutama mendesis pada Derek. "Bisa nggak lu jangan nambah beban pikiran, Rex?"
"Lah? Gue mah orangnya nggak mau kasih yang enak-enak doang. Face the problem, Bro!"
"Menurut gue juga gitu, Kal. Hadapi masalah yang bakal dateng. Dan yang terpenting, jangan pernah kabur buat ibu dari anak lu. Gue perlu garis bawahi, orang tua lu yang suka memandang sebelah mata kerjaan gue sebagai seniman itu memang harus di--"
Gutama langsung menutup mulut Bantara yang sadis jika sudah bicara.
"Kal, lu udah dewasa. Pikirin aja baiknya gimana, nggak usah kabur. Omongin juga semua kemungkinan itu sama Windy. Gue, T-rex, sama Tara pasti dukung dan bantu sebisa kita."
Seketika saja Raikal merasa sangat bersalah pada Windy. Pria itu sudah menarik Windy yang sederhana masuk dalam hidupnya yang tidak ramah pada orang kecil. Windy yang harusnya bisa tenang dengan kehidupan sederhananya, tak bisa lagi seperti itu karena masuk dalam lingkaran kalangan atas yang rumit. Dy, maafin aku, Dy.
[Silakan yang mau baca duluan bab 11, yes! Aku tunggu kedatangan kalian di sana.]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top